VANUM ‘Ageless Fire’ ALBUM REVIEW
Profound Lore Records. February 15th, 2019
Melodic black metal/Atmospheric black metal
Tujuh tahun lalu Mike Rekevics (YELLOW EYES, FELL VOICES, RUIN LUST) dan big boss label DIY Psychic Violence Records, Kyle Morgan (ASH BORER, PREDATORY LIGHT, SUPERSTISION) membentuk aliansi black metal mematikan bernama VANUM, dengan formasi duo tersebut mereka menghasilkan debut album ‘Realm of Sacrifice’ (2015) via Profound Lore Records, dan dua tahun setelahnya sebuah mini-album/EP berisikan tiga lagu ‘Burning Arrow’ (2017). Dalam kedua rilisan tersebut VANUM membawakan konsep black metal yang masih belum jauh dari jalur atmospheric black metal, yang saat itu memang lagi berada dalam puncak tren. Meskipun materi dalam ‘Realm of Sacrifice’ dan ‘Burning Arrow’ tersebut masih lumayan, namun keduanya terdengar terlalu pasaran malah bisa dibilang terlalu mirip DRUDKH era awal, tak sebanding dengan karya-karya para personil bersama FELL VOICES (‘Regnum Saturni’) atau ASH BORER (‘Cold of Ages’) yang jelas lebih berakarakter komposisi-nya. M. Rekevics dan K. Morgan tak mau mengulangi kesalahan fatal tersebut pada album awal mereka, lalu mengundang dua personil baru untuk memperkaya warna musik VANUM, Luke Sheppard yang merupakan teman seperjuangan di PREDATORY LIGHT dan sosok misterius asal scene Brooklyn, E. Priesner yang diduga kuat mengisi posisi drum.
VANUM dalam ‘Ageless Fire’ memang masih belum membuang sepenuhnya sound Cascadian black metal dari debut dan EP sebelumnya, Namun Scope dalam album nomor dua dari VANUM ini jelas lebih luas tak hanya muter-muter dalam ruang lingkup atmospheric black metal/post-black metal yang udah mulai habis diperas tanpa tersisa, mereka juga turut memasukan berbagai gaya black metal sekolah lama mulai dari nuansa Epic/Viking metal dari trilogi klasik BATHORY (‘Blood Fire Death’, ‘Hammerheart’, & ‘Twilight of The Gods), hingga aransemen lebih melodic dipengaruhi band-band Hellenic black metal macam ROTTING CHRIST, VARATHRON, AGATUS, ZEMIAL, dll yang sound nya kental unsur traditional heavy metal. ‘Ageless Fire’ dimulai dengan track introduksi instrumental “War”, yang menampilkan riffing dan permainan lead guitar lebih melodius dengan atmosfir lebih bersemangat, tapi sayang lagu tersebut malah di lanjutkan dengan “Jaws of Rapture”, sebuah lagu atmo-black substandard yang bagian noteworthy nya hanya bagian guitar solo singkat pada menit-menit pertengahan, alur album ini bakalan lebih joss apabila “Eternity” yang eksplosif lengkap dengan drum intro bombastis di naikan posisi nya dalam tracklist. Dibandingkan rilisan-rilisan black metal dari scene bawah tanah “Ageless Fire” juga cenderung lebih bersih/clean produksinya, cuma sound gebukan snare dan kick saja rada kurang klop, lebih cocok buat rekaman power metal seperti FALCONER dibandingkan album black metal.
Selanjutnya “Under the Banner of Death” merupakan lagu terbaik dari album ini, memadukan gaya epic black metal yang di cetuskan oleh Quorthon (kemudian dikembangkan ENSLAVED dan BORKNAGAR) dengan melodi gitar melankolis tipikal AGALLOCH. “Under The Banner of Death” juga menjadi lagu yang paling bisa mendefiniskan overall concept ‘Ageless Fire’, mempertegas jalur melodic black metal yang kini di ambil oleh VANUM, konten lirik begitu pula riff plus melodi gitar dan synth yang ditulis oleh VANUM memang sangat positif dan optimistis, judul “Ageless Fire” sendiri sepertinya merupakan representasi jiwa heroisme dalam manusia yang tak akan pernah padam, tak ikut-ikutan jadi nihilist atau depresif. Title track album yang jadi sajian pamungkas dalam album (karena “Erebus” hanya sebuah outro pendek) kurang lebih masih mengandalkan format komposisi sama dari lagu-lagu sebelumnya dengan sedikit twist menjelang menit ke-empat yang sarat unsur NWOBHM walaumcuma sebentaran dan langsut lanjut lagi ke rumus tremolo riffing + blast beat. Meskipun masih belum orisinal-orisinal amat ditambah performa vokalnya masih terlalu datar dan minim emosi, setidaknya “Ageless Fire” tak terasa membosankan sama sekali layaknya 80% album dengan tag atmospheric black metal pasca tahun 2016, banyak ide-ide segar yang bisa dikembangkan lebih lanjut pada album-album berikutnya, khususnya elemen epic black metal dan traditional heavy metal yang bisa di integrasikan lebih jauh next time, supaya bisa keluar sepenuh nya dari label atmospheric black metal. (Peanhead)
7.5 out of 10
“Under the banner of death I am alive.
Amidst the storm of infinite darkness/my spirit still burns.
With the unyielding force of the tyrant/I live free.
A flaming spear cast into the heavens”