ALBUM REVIEW: UNDEATH – MORE INSANE

UNDEATH ‘More Insane’ ALBUM REVIEW

Prosthetic Records. October 4th, 2024

Death metal

Meskipun baru berdiri tahun 2018, UNDEATH sepertinya sudah berhasil menjadi poster boy aliran death metal, bahkan kalau dilihat-lihat, sekarang mereka sudah ngalahin popularitas GATECREEPER, dan hanya kalah pamor sama BLOOD INCANTATION saja. Selain karena faktor koneksi personilnya yang memang menjuntai kemana-mana dan produktivitas tinggi, UNDEATH juga dikenal mampu menghasilkan nomor-nomor death metal yang sangat easy listening, lengkap dengan konsep dan lirik yang, yang lebih fun alias tak terlalu serius, banyak mengangkat tema berhubungan dengan horror, gore, hingga zombie, faktor-faktor dari segi musik dan lirik tersebut lah yang membuat band asal New York ini banyak dibanding-bandingkan dengan CANNIBAL CORPSE, karena UNDEATH lewat dua album pertama mereka, ‘Lesions of a Different Kind’ dan ‘It’s Time​.​.​.​to Rise from the Grave’, mampu merangkul demografi yang sama sepertinya dengan senior mereka itu. Dua tahun berlalu pasca full-length kedua, Alexander Jones, Kyle Beam, Matt Browning, Tommy Wall, dan Jared Welch sudah nongol lagi dengan ‘More Insane’!!!, dan sesuai judul album ketiga-nya yang berarti LEBIH GILA!!!, rilisan yang berdurasi 33 menit ini memang sudah terdengar sudah lebih berani di lagu pertama “Dead From Beyond”, yang punya komposisi lebih kompleks dan nyerempet technical death era 90’an, begitu pula dengan trek kedua yang sekaligus title track, lengkap dengan betotan bass lebih nyaring dan merdu dari biasanya.

“Brandish The Blade” punya influence yang sedikit bergeser, karena lebih terdengar seperti lagu melodic death, dengan chorus simple tapi sangat catchy dan anthemic, yang menurut ogut mampu bersaing dengan “Rise from the Grave” dari LP sebelumnya, sebagai trek paling radio-friendly dari UNDEATH, gak bakal salah tempat kalah kalau ditaruh dalam playlist radio game Saint’s Row misalnya. Tetapi setelah 3 sajian mengugah selera, ‘More Insane’ malah nyungsep perlahan tapi pasti, “Disputatious Malignancy” terdengar sangat hambar, yang terselematkan “Sutured For War”, yang punya timbre rada nyerempet THE BLACK DAHLIA MURDER (R.I.P Trevor Strnad), sedangkan “Cramped Caskets (Necrology)” meskipun lumayan groovy, namun secara keseluruhan masih terdengar nanggung banget. Walau udah dengerin puluhan kali empat lagu sisa dari ‘More Insane’ (“Bounty Hunter”, “Wailing Cadavers”, dan “Bones Clattering in the Cave”) hanya “Disattachment of a Prophylactic in the Brain” yang nyangkut di otak, padahal ‘It’s Time​.​.​.​to Rise from the Grave’ kemarenan justru side-b menuju akhirnya banyak lagu-lagu killer layaknya “Human Chandelier”, “Bone Wrought”, dan “Trampled Headstones”, selain itu produkusnya terlalu kelewatan bersih, UNDEATH jelas banget agak salah menunjuk Mark Lewis, yang lebih cocok kayaknya kalau nanganin materi lebih modern ataupun techdeath. Meski dengan segala hype bejibun, jujur ogut agak kecewa dengan ‘More Insane’, memang gua akuin, empat lagu pertama, berserta dua lagu lain (“Sutured For War” dan “Disattachment…”) masih serviceable, tapi diluar 6 lagu tersebut, UNDEATH ya lumayan flop dan kurang greget dengan album terbarunya, melanjutkan tren album kurang nampol dari para OSDM revivalist, kompak dengan INNUMERABLE FORMS, SANGUISUGABOGG, dan FROZEN SOUL dalam kurung dua-tiga tahun terakhir. (Peanhead)

7.0 out of 10