ALBUM REVIEW: TRIVIUM – IN THE COURT OF THE DRAGON

TRIVIUM ‘In The Court Of The Dragon’ ALBUM REVIEW

Roadrunner Records. October 8th, 2021

Metalcore/Thrash metal

Penundaan semua kegiatan tur sepertinya tak membuat TRIVIUM jadi leha-leha belaka, selagi nunggu kepastian jadwal manggung lagi, Matt Heafy, Corey Beaulieu, Paolo Gregoletto, dan Alex Bent langsung gercep memanfaatkan waktu kosong tersebut untuk menggarap album baru, padahal waktu pertama kali info mengenai album kesepuluh yang katanya lebih pissed-off tersebut dibeberkan ke publik, TRIVIUM baru aja merilis ‘What the Dead Men Say’ beberapa bulan sebelumnya, hal tersebut tentunya merupakan kabar baik bagi fans, tetapi bagi yang udah ngikutin band ini dari lama, pasti agak sedikit skeptis karena proses penulisan albumnya kelewat cepet, dan TRIVIUM udah punya track records kurang bagus, karena suka kurang konsisten, tengok aja ‘In Waves’ yang bisa dibilang kemunduran total, padahal tiga tahun sebelumnya mereka menelurkan ‘Shogun’ yang notabene salah satu album metalcore terbaik era 2000’an, dan ‘What the Dead Men Say’ sendiri agak menurun kualitasnya kalau dibandingkan dengan ‘The Sin and the Sentence’, debut drummer sinting Alex Bent (BRAIN DRILL, DRAGONLORD, ARKAIK) yang sekaligus menjadi momen rejuvenasi TRIVIUM, yang seperti kehilangan arah pasca ditinggal Travis Smith 2010 silam.

‘In The Court Of The Dragon’ jelas merupakan album yang jauh lebih konsisten dari ‘What The Dead Men Say’, malah kalau menurut saya album ini telah berhasil menggeser posisi ‘The Sin and The Sentence’ sebagai album TRIVIUM terbaik kedua setelah ‘Shogun’, karena  ‘The Sin and The Sentence’ masih ada lagu-lagu filler dan radio-friendly rada chringeworthy lirik dan komposisinya, kayak “Beauty In The Sorrow”, “Endless Night” dan “The Heart from Your Hate”, sedangkan ‘In the Court of the Dragon’ dari awal hingga akhir selalu dipenuhi momen-momen fantastis, entah itu chorus yang memorable, solo gitar bombastis, gebukan blast-beat padat, hingga betotan bass bang Paul yang semenjak album sebelumnya jadi semakin nyaring, dan tentunya album ini didukung oleh gambar sampul yang eye-catching, gak kayak rilisan-rilisan sebelumnya yang artwork nya terlalu medioker. TRIVIUM telah mampu menyempurnakan ramuan yang mengkombinasikan thrash metal, metalcore, dan traditional heavy metal yang telah menjadi akar grup ini semenjak dulu, dengan elemen melodic death metal dan sampai progressive metal, hanya saja kadang dalam lagu berdurasi agak panjang, transisinya suka maksa dan dadakan, seperti dalam title track dan “Fall Into Your Hands”, namun setidaknya materi yang berdurasi 7-menitan dalam album ini, tidak terlalu garing seperti “The Revanchist” dulu. Bagi pendengar casual masih ada lah trek enteng kayak “Feast Of Fire” (yang verses nya entah kenapa kok jadi mirip-mirip PUDDLE OF MUDD jir) dan tentunya “No Way Back Just Through” yang cukup enerjik.

Sama seperti dua album sebelumnya, Alex Bent kembali menjadi primadona album ini, Bang Mamat Heafy termasuk hoki gede berhasil menggaet drumer eks band technical death metal serba bisa, jadi dilemparin tugas untuk mengisi part model kayak begimana pun gak masalah, dan doi punya andil besar mendongkrak posisi TRIVIUM menjadi band metal mainstream terbaik saat ini. Pentolan band black metal  legendaris EMPEROR, yaitu Vegard Sverre Tveitan aka Ihsahn, kembali terlibat dalam proses pengerjaan album ini, setelah sebelumnya sempat menyumbangkan intro buat ‘Silence in The Snow’, Kali ini Ihsahn tak hanya ngerjain track ancang-ancang doang, namun ia cukup banyak berkontribusi mengerjakan orkestrasi hampir semua lagu dalam ‘In The Court Of The Dragon’. Meskipun lebih susah langsung nyangkut ditelinga dan tidak terlalu variatif kayak ‘The Sin and The Sentence’, ‘In The Court Of The Dragon’ merupakan album paling konsisten dan heavy yang pernah dihasilkan oleh TRIVIUM, walaupun tentunya masih belum bisa membujuk para hater buat tiba-tiba nyetel, karena vokalnya masih acquired taste dan breakdown nye masih bisa bikin old-school thrasher langsung memalingkan muka. Mesikpun durasinya lebih panjang dari ‘What The Dead Men Say’, tapi karena gak ada lagu filler nyampah album ini jadi sangat enjoyable, malah kadang gak terasa pas udah tamat, apalagi sebagai pencuci mulut, TRIVIUM memboyong lagu dibuang sayang dari sesi rekaman ‘Shogun’ dulu, lumayan lah buat sedikit nostalgia ke jaman masih sekolah dulu. (Peanhead)

8.5 out of 10