fbpx

ALBUM REVIEW: SSSLOTHHH – CELESTIAL VERSES

SSSLOTHHH ‘Celestial Verses’

Disaster Records. December 20th, 2019

Atmospheric sludge metal/Post-metal

Akhirnya setelah lima tahun terakhir puasa merilis materi baru, grup post-metal asal Kota Bandung, SSSLOTHHH, merilis album kedua mereka dalam tajuk ‘Celestial Verses’. Selama lebih dari lima tahun tersebut Vinsensius Widi Sulistya (Gitar/Vokal), Syahroni Al Fateh (Bass), dan Dinarson Gandhy (Drum) mencoba mengembangkan kembali formula dan racikan komponen musikal dari mini album/EP ‘Infinite Fracture’ (2012) dan album penuh perdana ‘Phenomenon’ (2013), alhasil dalam karya sophomore dari SSSLOTHHH kali ini sudah berhasil jauh melampaui pencapaian mereka sebelumnya kalau dilihat dari komposisi materinya. Bagi yang belum mengenal band ini, SSSLOTHHH merupakan unit atmospheric sludge metal/post-metal yang dibentuk dalam format trio dan dipengaruhi grup-grup Internasional seperti NEUROSIS, CULT OF LUNA, RUSSIAN CIRCLE, PELICAN hingga ENVY, dalam perjalananya semenjak perilisan debut mereka, SSSLOTHHH akhirnya turut serta melibatkan Angga Kusuma sebagai gitaris kedua ditengah penggarapan ‘Celestial Verses’, yang walaupun memakan waktu penulisan dan rekaman yang tidak pendek album ini datang juga di penghujung tahun 2019 bekerja sama dengan Disaster Records.

Sebenarnya kalau didengarkan sekilas tidak ada yang terlalu banyak berubah dari tubuh SSSLOTHHH, memang pelibatan gitaris kedua berhasil membuat komposisi musik mereka jadi lebih penuh dan berisi dan berhasil mengisi ruang-ruang kosong yang agak membuat gamang beberapa bagian ‘Phenomenon’, tapi untungnya SSSLOTHHH masih kekeuh merancang struktur lagu yang compact tidak terlalu bertele-tele dan menjulai kemana-mana, tak seperti kebanyak band ber-genre sejenis yang kadang terlalu berlarut-larut yang walhasil banyak membuat orang malas ngulik post-metal. Durasi yang paling banter rata-rata cuma lima menitan (maksimal 7:35 menit pada lagu terakhir) membuat SSSLOTHHH tidak terlalu terjebak pada struktur lagu naik-naik ke puncak gunung (baca: crescendo) atau pola loud/quiet yang mulai usang sekaligus membosankan karena sudah terlalu sering di eksploitasi, memang arsitektur tiap-tiap lagu penuh progresi dan jarang mengulang riff/pattern sama tapi keputusan mempertahankan pakem yang tidak berdeviasi tak terlalu jauh dari struktur lagu tradisional tersebut justru membuat lagu-lagu seperti ‘Transient Noumenon’, ‘March of the Phantom Phase’ dan lagu yang saya rasa lebih pantas jadi single pertama yaitu ‘Meridian’ gampang nyangkut dikepala dan tak sekedar “misi bang, numpang lewat”. Dan ketika mereka memutuskan untuk mengadopsi format lagu post-rock pun SSSLOTHHH tidak butuh waktu yang lama untuk berkutat di part ambient ancang-ancang untuk membangun atmosfir sebelum beranjak ke part eksplosif-nya seperti di ‘Twisting Sun’ dan ‘Central’.
Selain itu kwartet ini tidak hanya mengandalkan satu atau dua jurus aja tapi mereka mencoba ber ekspolrasi lebih luas dalam ‘Celestial Verses’, tanpa mengubah tonalitas yang sudah menjadi karakteristik SSSLOTHHH, Vinsensius Widi Sulistya atau yang biasa akrab di panggil Dede juga masih menggunakan teknik berteriak sampai serak memang bakalan gak langsung diterima pendengar tapi butuh sedikit penyesuaian beberapa waktu supaya bisa dipahami. Dalam ‘Celestial Verses’ turut dimasukan pula influence dari grup macam TOOL misalnya di beberapa lagu, khususnya di ‘March to The Phantom Phase’ dan ‘Central’ (lengkap dengan clean vocal ala Maynard James Keenan) yang sedikit bikin déjà vu ke zaman ‘In The Absence of Truth’ atau ‘Wavering Radiant’ karya Aaron Turner ketika masih belum ‘putus’ sama Jeff Caxide, Aaron Harris, Michael Gallagher dan Bryant Clifford Meyer. dan saya cukup menerawang ada pengaruh-pengaruh lain entah dari GODFLESH, JESU, HELMET hingga DEFTONES dan MASTODON, jadi overall dalam album keduanya SSSLOTHHH berhasil memuntahkan materi yang lumayan variatif entah dari teksur dan konstruksi lagu-nya. Kualitas produksi ‘Celestial Verses’ juga di godok lebih baik lagi, meminjam jasa Auliya Akbar (Noise Lab Studio) untuk proses mixing dan engineer kawakan James Plotkin (OLD) untuk proses mastering, walaupun saya agak berharap sebenarnya sound snare dan kick drum-nya mungkin bisa dibuat lebih organik semestinya dan porsi bass/low end nya bisa di angkat lagi biar labih maknyus, selain kedua nitpicking tersebut saya rasa ‘Celestial Verses’ sudah bisa melampaui pencapaian ‘Phenomenon’. (Peanhead)

8.0 out of 10