fbpx

ALBUM REVIEW: SPECTRAL WOUND – SONGS OF BLOOD AND MIRE

SPECTRAL WOUND ‘Songs of Blood and Mire’ ALBUM REVIEW

Profound Lore Records. August 23, 2024

Black metal

Walaupun belum ngetop-ngetop amat dan agak dianaktirikan oleh massa trve kvlt, album keempat SPECTRAL WOUND, ‘Songs of Blood and Mire’, berhasil menjadi salah satu album paling nge-hype bulan Agustus 2024 kemarin, bersaing ketat dengan WINTERSUN, DAWN TREADER, DARK TRANQUILLITY, dan comeback fenomenal dari NAILS. Nama band asal Montréal, Quebec, Kanada ini sebenarnya baru meroket gara-gara, ‘A Diabolic Thirst’, yang dilepaskan tahun 2021 silam, tetapi sound mereka sendiri sudah lebih dulu pakem di ‘Infernal Decadence’ (2018), yang menyebabkan mereka langsung jadi buah bibir di forum/sosmed, dan akhirnya ditarik sama boss besar Profound Lore Records. Memang formulasi black metal yang dibawakan tak terlalu orisinil, tapi setidaknya SPECTRAL WOUND tak mudah begitu saja didefinisikan bermodal namedropping satu-dua/tiga band saja, ataupun terjebak dalam satu regional sound belaka, karena Jonah Campbell , Jordan Kelly, dan Patrick McDowall dengan secara saksama, berhasil memilah hal-hal terbaik dari scene Norwegia, Swedia, dan Finlandia, lalu memadukannya kedalam satu paket kohesif, yang mudah dicerna bagi pendengar yang gak terlalu melek black metal sekalipun.

Lagu pertama dari album baru SPECTRAL WOUND, yang bertajuk ‘Songs of Blood and Mire’ ini, gua rasa jauh lebih menendang bokong dari opener album sebelumnya (“Impérial saison noire”), “Fevers and Suffering” dijamin langsung nancep di gendang telinga lewat genjrengan pembuka bernuansa black ‘n’ roll, yang langsung di-follow up dengan sayatan riff sedingin arctic tundra, yang bahkan lebih beringas dari mayoritas materi WATAIN pasca ‘Sworn to the Dark’. Atmosfir membekukan sampai ke ubun-ubun juga masih dipertahankan dalam lagu kedua, meskipun cita rasanya agak sedikit bergeser ke wilayah tetangga, karena “At Wine-Dark Midnight in Mouldering Halls “ cukup tersirat pengaruh band model WINDIR hingga KAMPFAR, malah pas menit keempat justru ngingetin ke VALLENDUSK, lengkap dengan ketukan dan teriakan call to arms-nya. Setelah puas menjelajah Sweden dan Norway, sekarang giliran SPECTRAL WOUND menjamah land of thousand lakes, lewat “Aristocratic Suicidal Black Metal” yang sayangnya agak terdengar seperti versi KW super SATANIC WARMASTER atau SARGEIST, belum lagi judulnya cukup cringe, tapi tak bisa dipungkiri sih, lagunya catchy parah, dengan permainan lead guitar yang gak kalah dari para punggawa gitar era keemasan gothenburg sound.

Tapi jujur, saya agak lost interest pas masuk trek keempat “The Horn Marauding”, yang menurut saya gak ada beberapa detik pun momen yang bisa nyangkut di otak, berbanding terbalik dengan “Less and Less Human, O Savage Spirit” yang penuh momen pengetuk pintu hati, lalu masih ada “A Coin Upon the Tongue” yang punya aroma punk lebih kuat dan menurut saya nomor terbaik dalam ‘Songs of Blood and Mire’, bersanding dengan track pembuka “Fevers and Suffering”. Sayangnya lagu terakhir “Twelve Moons in Hell” kelewatan medioker dan tak memorable sama sekali, yang justru menutup rilisan ini dengan kurang fantastis, padahal dua lagu sebelumnya udah nampol parah, tapi nomor pamungkas nya malah downgrade drastis. Secara overall, meski jauh dari kata flawless, ditambah lagi masih ada dua lagu yang termasuk payah banget, ‘Songs of Blood and Mire’ masih menjadi salah satu rilisan black metal paling menarik tahun 2024 (so far..), tapi ya bagi yang udah denger lama, saya rasa ‘Infernal Decadence’ belum bisa digeser sebagai album terbaik SPECTRAL WOUND sampai sekarang. (Peanhead)

8.3 out of 10