fbpx

ALBUM REVIEW: PALLBEARER – FORGOTTEN DAY

PALLBEARER ‘FORGOTTEN DAYS’ ALBUM REVIEW

NUCLEAR BLAST RECORDS. OCTOBER 23th, 2020

DOOM METAL

Semenjak melepaskan album ketiga ‘Heartless’ tiga tahun lalu, unit doom metal asal Little Rock, Arkansas PALLBEARER, telah berhasil memantapkan posisi mereka sebagai salah satu band metal terbaik dekade 2010’an, atleast di mata media, para kritikus musik, dan tentunya mereka yang terbius brand melancholic doom metal yang diusung oleh Brett Campbell, Joseph D. Rowland, Devin Holt, Mark Lierly semenjak ‘2010 Demo’ dulu. Dua full-length pertama PALLBEARER, ‘Sorrow and Extinction’ dan ‘Foundations of Burden’ merupakan album doom metal paling esensial sepuluh tahun terakhir, dan lewat ‘Heartless’, kwartet ini mencoba bereksplorasi lebih jauh lagi diluar rumus doom metal tradisionil dengan turut memasukan berbagai macam pengaruh dari progressive rock, arena rock akhir 70’an/awal 80’an, hingga alternative rock/grunge, yang membuat formula doom metal yang di hadirkan PALLBEARER semakin ekspansif bila dibandingkan terhadap grup satu angkatan mereka seperti KHEMMIS atau SPIRIT ADRIFT yang masih berkutat dalam wilayah heavy metal saja. Kesuksesan ‘Heartless’ akhirnya membujuk Nuclear Blast Records, sebagai records label urusan permetalan terbesar dunia untuk menawarkan worldwide records deal pada band ini pertengahan 2019 kemarin, setelah satu windu berada dibawah naungan Profound Lore Records.

Dalam album terbarunya ‘Forgotten Days’, PALLBEARER mencoba menggunakan pendekatan penulisan lagu yang lumayan berbeda dari ‘Heartless’, bagi mereka yang berharap agar band ini untuk menyelam lebih jauh kedalam territorial progressive rock dijamin bakalan kecele, Apabila opener album sebelumnya ‘I Saw The End’ terdengar seperti di rasuki ruh prog klasik macam MARILLION dan PINK FLOYD, lagu pembuka kali ini sekaligus title track “Forgotten Days” jelas lebih heavy sekaligus riff-based, mirip resep sound para SABBATH Worshipper seperti ELECTRIC WIZARD dan SLEEP, tak ada extended instrumental section dan struktur lagu nya punya jadi lebih ramping. Untung nya pada dua lagu berikutnya “Riverbed” dan “Statis” PALLBEARER mempertahankan big chorus yang disertai melodi dan harmoniasi vokal AOR-esque catchy, meskipun masih tetap berformat verse-chorus-verse yang lurus-lurus aja. Bagi yang masih menantikan racikan doom metal epik model “Watcher in the dark” dan “The Ghost I Used to Be”, boleh sedikit bergembira karena “Silver Wings” dengan durasi lebih dari dua belas menit, tempo super pelan, dan penuh nestapa setidaknya mampu mengembalikan lagi vibe era ‘Foundations of Burden’, cuma ending nya rada nanggung kurang ekplosif, walaupun memang sesuai dengan konteks lirik nya, masih bisa sedikit di pangkas 3-4 menit terakhir biar lebih ngena klimaks nya.

“The Quicksand of Existing” yang ditunjuk menjadi single kedua dari album ini, sempat cukup divisif diantara para fans lama, karena dianggap terlalu radio-friendly, namun apabila di dengarkan dalam konteks album, lagu tersebut merupakan pallate refesher efektif setelah dihajar emotional blackhole masif bernama “Silver Wings” dan toh lagu tersebut masih bagian kesatu, bakal dilanjutkan sequel-nya langsung yaitu “Vengeance & Ruination”, yang menjadi trek paling groovy album ‘Forgotten Days’. Dalam sisa durasi 13 menit terakhir PALLBEARER menanggalkan jubah Tony Iommi mereka lalu menghadirkan komposisi paling melankolis dan emosional (ala WARNING dan 40 WATT SUN) dalam album ini, berupa “Rite of Passage” dan “Caledonia”, keduanya saya rasa bisa membuat pendengar ambyar sambil meringkuk di lantai jika didengarkan sambil meresapi lirik. Karena 80% materi dalam “Forgotten Days” cenderung cukup minimalis, PALLBEARER akhirnya menunjuk Randall Dunn sebagai produser, sebuah keputusan yang tepat, mengingat ia telah sukses tiga tahun lalu dengan ‘Thrice Woven’ dari WOLVES IN THE THRONE ROOM, yang kurang lebih punya konsep dan target sama untuk menghasilkan album yang tak terlalu segmented, plus lebih accessible ke khayalak metal umum. Trajectory karir PALLBEARER sebenernya mirip MASTODON, dimana setelah merilis karya progtastic ‘Crack The Skye’, malah dilanjutkan dengan ‘The Hunter’, yang sama seperti “Forgotten Days”, jauh lebih lempeng, semoga saja album ini tak jadi terlupakan begitu saja  seperti judulnya, karena meskipun rada one-dimensional, “Riverbed”, “Rite of Passage”, dan “Caledonia” dan “Vengeance & Ruination” pantas dideretkan bersama kumpulan lagu terbaik yang pernah ditulis PALLBEARER lainya. (Peanhead)

8.0 out of 10