ALBUM REVIEW: OF FEATHER AND BONE – SULFURIC DISINTEGRATION

OF FEATHER AND BONE ‘Sulfuric Disintegration’ ALBUM REVIEW

Profound Lore Records. November 13th, 2020

Death metal

Ketika OF FEATHER OF BONES merilis full-length kedua mereka ‘Bestial Hymns of Perversion’ banyak yang kaget, karena tidak menyangka kalau trio asal Denver, Colorado ini sekonyong-konyong menjelma menjadi monster death metal bengis, kalau dalam dua mini-album/EP awal ‘Adorned in Decay’ dan ‘False Healer’, berserta debut ‘Embrace the Wretched Flesh’ masih di jalur hardcore/grindcore gak jauh-jauh beda sama NAILS, THE SECRET, ALL PIGS MUST DIE dll. Album kedua OF FEATHER AND BONE udah merealisasikan transformasi yang pertama kali diperkenalkan via Demo 2016, alias ngikut haluan death metal manusia gua, disokong sound produksi ultra busuk yang mengaksentuasi atmosfir album tersebut, alhasil ‘Bestial Hymns of Perversion’ jadi terdengar layaknya sebuah simfoni pengiring jeritan pendosa yang sedang disiksa dalam lembah neraka paling gelap. Namun sepertinya OF FEATHER AND BONE masih belum puas dengan pencapaian mereka dalam album tersebut, buktinya ‘Sulfuric Disintegration’ mereka kembali bermutasi, menampilkan wujud yang berbeda lagi dari karya sebelumnya, semakin barbar dan kurang ajar, nyerempet ke ranah black/death, sepertinya banyak terinspirasi band-band jebolan Nuclear War! Now dan rekan satu label di Profound Lore Records kayak INFERNAL COIL dan PISSGRAVE, yang tentunya gak kalah sedeng.

Meskipun hanya berjarak beberapa tahun saja, ‘Embrace the Wretched Flesh’ dan ‘Sulfuric Disintegration’ udah terdengar kayak dituilis dua band berbeda, kalau dalam ‘Bestial Hymns of Perversion’ masih ada lah, sisa-sisa jejak roots hardcore mereka, ‘Sulfuric Disintegration’ hanya menyisakan pengaruh grindcore saja kalau pas lagi ngebut. Nuansa suram dan aroma tengik dari ‘Bestial Hymns of Perversion’, yang menjadi daya tarik tersendiri OF FEATHER AND BONE, diantara ratusan band pemuja INCANTATION lain sekarang sudah hilang tak berbekas, sekarang malah ngikut production style sang produser, Arthur Rizk, yang lebih mengedepankan ketajaman daya dobrak dari pada atmosphere, persis kayak band-band death metal kekinian lain yang ia kerjakan. Kalo dilihat dari materi sih ‘Sulfuric Disintegration’ adalah sebuah album old school death metal yang dirancang menggunakan lewat lensia war metal/bestial black metal, dari detik-detik awal udah langsung membantai ‘Blar Blar Blar’ tanpa kompromi, pendengar digempur blast beat terus menerus (hampir) gak pake jeda, dibarengi dengan rentetan riffing brutal bak M2 Browning lagi mengganas, dan solo gitar chaotic ala Kerry King, untungnya masih ada lah part lambat doom-y seperti dalam “Noctemnania”, biar gak terlalu monoton juga jirr, toh pas perang beneran pun pasti adalah momen-momen sunyi saat unit howitzer lagi ngisi amunisi.

Meskipun materinya rada one dimensional dan minim orisinalitas, sama BLACK CURSE pun agak sebelas dua belas (ditambah lagi produsernya pun sama), cuma lebih ngebut aja, tetapi ‘Sulfuric Disintegration’ masih sangat nampol, tapi ya karena formulasinya mirip-mirip, satu album kayak membaur begitu aja apalagi pas masuk side b, untungnya performa vokal Alvino Salcedo sangat fleksibel, mengutilisasikan berbagai teknik olah growl, agar tidak terlalu monton, karena  sulit menemukan riff dan bagian yang benar-benar stand out dari album ini, ‘Sulfuric Disintegration’ lebih cocok didengarkan sebagai satu kesatuan utuh, toh durasinya juga gak panjang-panjang amat cuma setengah jam-an, nungguin angkot dari ngetem sampe ganti perseneling terus injek gas pun bisa lebih lama. Biarpun masih terdengar mengekor banget, ‘Sulfuric Disintegration’ masih saya rekomendasikan bagi kalian penggila extreme metal, khususnya yang udah kelas garis keras, meskipun seperti kehilangan jati diri mereka dalam album terbarunya, padahal sound ‘Bestial Hymns of Perversion’ udah paten banget, album ini masih menawarkan intensitas dan agresivitas diatas rata-rata, dijamin mampu menggedor gendang telinga anda, kayak debt collector lagi gedor pintu buat nagih utang yang udah jatoh tempo. (Peanhead)

 8.7 out of 10