OBSCURA ‘A Sonication’ ALBUM REVIEW
Nuclear Blast Records. February 7th, 2025
Technical death metal
Bukan OBSCURA namanya kalau enggak ada drama. Padahal, udah bener-bener kemarenan tiga per empat personel era modern classics ‘Cosmogenesis’ dan’ Omnivium’ , yaitu Christian Münzner dan Jeroen Paul Thesseling, rujuk lalu melepaskan album ‘A Valediction’, yang langsung disambut sangat hangat oleh para pendengar setia OBSCURA. Namun, lineup tersebut terbukti gak bertahan lama. JP Thesseling tak lama kemudian cabut, dan tahun lalu Christian Münzner juga undur diri karena alasan klasik, “creative differences”. kemudian, David Diepold secara diam-diam juga ditendang dari band tahun 2024 lalu. Seperti biasa, Steffen Kummerer gak butuh waktu lama untuk membentuk formasi baru lagi, dan tentunya, album baru. ‘A Sonication’ menjadi fase kedua dari konsep trilogi yang dimulai lewat “A Valediction”, sekaligus project ambisius SK setelah kelarnya tetralogi ‘Cosmogenesis / Omnivium / Akróasis / Diluvium’, deretan empat album yang menjadikan OBSCURA sebagai technical death metal powerhouse saat ini.
Sayangnya, pengumuman ‘A Sonication’ diwarnai kontroversi. Alex Weber, yang sempat jadi touring bassist sekaligus ikutan nulis materi, menuduh SK asal nyomot kerjaannya tanpa izin. Hal yang sama juga disuarakan oleh Christian Münzner, yang mengatakan bahwa part gitar yang dia tulis sebelum cabut masih dipakai note-for-note di album baru, padahal sebelumnya udah dijanjikan gak bakal dipakai. Tentunya, hal ini bikin pendengar yang melek pemberitaan dunia maya langsung skeptis duluan terhadap album penuh ke-tujuh OBSCURA ini.
Namun, akhirnya saya tetap mencoba memberi kesempatan pada “A Sonication”, karena kali aja nyangkut. Pembukanya oke banget sih. “Silver Linings” dengan jelas berhasil mempertunjukkan perpaduan gokil antara technical death dengan melodic death. Lagunya super catchy, instrumental section-nya sangat memorable, pas banget lah buat sayatan pertama. Tapi… harapan langsung pupus saat masuk nomor kedua, ”Evenfall”. Songwriting-nya terlalu standar, jauh dari kata eksploratif yang digadang-gadang dalam rilis pers. Belum lagi, durasinya agak kepanjangan, dipantengin puluhan kali pun tetap gak masuk sama sekali, cuma bisa lewat begitu aja. Begitu pula dengan trek selanjutnya, “In Solitude”, yang sama-sama terlalu mid. Dari sisi produksi, ‘A Sonication’ juga terdengar kelewatan steril, setiap instrumen diproses terlalu bersih dan tipis, alias kehilangan karakter alami. Padahal, dari segi kompresi (DR 8), gak separah ARCHSPIRE misalnya, tapi tetap aja kurang nonjok.
“A Sonication” mulai mendingan pas masuk lagu keempat, “The Prolonging”, yang pendek tapi berbobot (harmonisasi dual gitarnya bikin nagih lurd!), dan langsung dilanjutkan dengan track instrumental yang cukup enjoyable, “Beyond The Seventh Sun”. “Stardust” juga sebenernya boljug, tapi lagi-lagi durasinya kelewat batas dan mulai kehilangan momentum saat menginjak menit kelima. Penultimate track, “The Sun Eater”, justru menjadi salah satu momen paling ngehe dari album ini, komposisinya lebih condong ke melodeath nge-thrash, dengan sedikit sentuhan meloblack sekilas. Lagu terbaik sekaligus title track malah ditaruh paling ujung, karena “A Sonication” merupakan racikan epik dan ganas, dan sekali lagi membuktikan kombinasi near-flawless antara techdeath dan melodeath, yang menurut gua udah OBSCURA perfeksikan dalam ‘Diluvium’, jadi sekarang tinggal eksekusi aja sebenernya. Dengan judul yang ambisius banget, yang secara harfiah berarti proses menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menggetarkan partikel, anehnya, gua justru gak “tergetar” sama sekali waktu mendengarkan LP terbaru OBSCURA ini. Bikin kecewa sih enggak, cuma ya… agak lacklustre aja secara overall. (Peanhead)
6.0 out of 10