fbpx

ALBUM REVIEW: NUMENOREAN – ADORE

NUMENOREAN ‘Adore’
Season of Mist. April 12 th , 2019
Post-metal/Progressive extreme metal

Salah satu hal yang paling menjengkelkan dengan scene metal adalah ketika ada sebuah grup musik yang berhasil menghasilkan sesuatu yang baru dan segar, sudah pasti tak beberapa lama kemudian langsung bermunculan copycats yang tak malu-malu meniru bukan hanya dari komposisi musik tapi juga logo, artwork style , sampai gaya produksi pun di kloning bahkan kadang minim modifikasi, hal tersebut sudah terjadi berulang kali dari waktu ke waktu, tengok saja jaman ke-emasan nu metal , metalcore , deathcore, djent, stoner metal, slamming atau kalau dilihat dari sejarah nya bahkan sudah dari tahu 80’an ketika thrash metal jadi bahan pembicaraan anak muda, grup-grup pengekor selalu membanjiri sub-genre yang sedang meledak, gak salah juga sebenernya sih hal tersebut, tapi semakin berjamur nya para pengekor dapat membuat band lain yang sebenarnya bagus, punya karakter tersendiri dan mampu mengembangkan trend tersebut jadi tenggelam diantara ribuan album yang seragam antara satu sama lain. Beberapa tahun kebelakang gimmick Atmospheric black metal , post-black metal atau blackgaze merupakan salah satu primadona para penggiat musik metal sekaligus tren paling anyar yang menjual di scene bawah tanah, faktor kemajuan teknologi dan makin banyak platform untuk menyebarkan musik, menjadikan demo, mini album, dan full album dari keturunan paling terbarukan dari black metal itu memenuhi kanal bandcamp, soundcloud, youtube dll, label-label besar pun langsung berbondong-bondong untuk mengkapitalisasi tren tersebut, yang akhirnya justru membuat tagline ‘ atmospheric’ jadi terasa usang karena sudah terlalu banyak di copas berulang kali, masih banyak sih grup musik yang berhasil mengembangkan kembali sub-genre ini, mulai dari ASTRONOID, 明日の叙景 (ASUNOJOKEI), WHITE WARD, MIDNIGHT ODYSSEY, SPECTRAL LORE, MESARTHIM sampai ABSRACT VOID yang bisa bikin cengar cengir melalui kombinasi antara atmospheric black metal dan synthwave lalu juga ada NETRA ydengan trip hop black metal -nya.

NUMENOREAN dibentuk di Calgary, Alberta, Canada pada 2011, album perdana mereka ‘Home’ kalau boleh jujur tak punya hal spesial dan biasa-biasa aja, masih belum lepas dari pakem post-black
metal/blackgaze yang dipopulerkan oleh ALCEST, AGALLOCH dan DEAFHEAVEN, mungkin salah satu yang bikin nama grup ini sedikit naik adalah kontroversi akan cover art –nya yang dianggap terlalu distasteful bagi sebagian orang. Masih berkerja sama dengan label asal Prancis, Season of Mist Underground Activist, NUMENOREAN pada album keduanya mencoba meracik formula yang baru, memodifikasi akar bermusik mereka ke area yang pelan tapi pasti mulai menjauh dari embel-embel ‘ atmospheric ’ dalam album yang bertajuk ‘Adore’, mencoba meminjam gaya songwriting dari senior mereka di skena black metal yaitu ENSLAVED. BORKNAGAR dan ALTAR OF PLAGUES. Walau tetap masih mempertahankan pengaruh definitif dari indie rock entah itu post-rock dan shoegaze, NUMENOREAN kali ini jelas mencoba sedikit memadukan struktur lagu ala progressive metal, alhasil dari segi komposisi ‘Adore’ jelas jauh lebih punya varian materi yang lebih beragam dengan alur lagu yang tidak terpaku pada crescendocore layaknya band post-metal kebanyakan, selain itu penulisan lagunya juga lebih ngena ke pendengar dari album predecessor . ketika menyimak album ini track-by-track, pengaruh dari grup extreme metal progresif seperti OPETH, ENSLAVED, GOJIRA dan KATATONIA memang terasa menyusupi setiap jengkal bar , bahkan ketika pertama kali memutar single ‘Coma’ kalo gak karena vokal Roger LeBlanc yang lebih nge- black metal dari Joe Duplantier, mungkin saya bisa salah kaprah lalu menanggap lagu tersebut merupakan sisa sesi rekaman ‘Magma’, tetapi bukan berarti NUMENOREAN berubah dari sebuah grup pengekor DEAFHEAVEN lalu malah jadi pengekor GOJIRA sekarang, kalau di tela’ah secara seksama sekejab pun, NUMENOREAN masih punya karakternya tersendiri yang terpampang jelas misalnya dalam ‘Potrait of Pieces’ dan title track ‘Adore’ yang punya beban berat menjadi santapan penutup. Kalau dilihat kacamata elitism tentunya tag ‘sakral’ Black metal metal gak bakal cocok lagi disematkan ke NUMENOREAN, satu-satu nya lagu yang mungkin masih lumayan grim & cold lengkap dengan tremolo riff dan blast beat mungkin hanya lagu ketiga ‘Horizons’. Pengaruh-pengaruh kental dari black metal jelas masih cukup berseliweran di setiap sudut album, tapi sepertinya mereka sudah tak terlalu ambil pusing dan lebih memilih untuk bermain-main dengan racikan komposisi dari influence manapun itu asalnya. Gaya produksinya sendiri untuk ukuran sebuah album metal cenderung terlalu steril, malah di beberapa momen malah kalo didengar sepotong-sepotong terdengar seperti sebuah lagu metalcore/‘post-hardcore’ 2000’an, contoh pada bagian awal ‘Regret’ yang malah lebih terdengar kayak BRING ME THE HORIZON dibandingkan geng norsecore dan juga pada lagu terakhir yang petikan gitar pada bagian intro terasa seperti sebuah lagu pop-punk . Selain dari pemilihan gaya produksi mungkin yang sedikit menjengkelkan adalah terlalu banyaknya interlude gak penting macam ‘And Nothing Was the Same’, ‘Stay’, dan ‘Alone’ yang agak merusak flow album, dan rada nanggung karena ide nya sih lumayan oke, tapi lebih bagus sekalian dikembangkan lagi menjadi track penuh bukan sekedar intermisi hambar. Diluar kedua hal tersebut saya rasa album sophomore dari NUMENOREAN ini merupakan hasil jerih payah yang tidak sia-sia, sama seperti VALLENDUSK tahun lalu yang berhasil menanggalkan embel-embel ‘ atmospheric’ yang dilekatkan para pendengar dan kritikus semenjak EP self titled dan ‘Black Clouds Gathering’ melalui sebuah mahakarya epic melodic black metal yaitu ‘Fortress of Primal Grace’, NUMENOREAN dengan ‘Adore’ saya rasa telah berhasil melakukan pencapaian yang sama albeit beberapa level dibawahnya. (Peanhead)
9.2 out of 10.