JINJER ‘Duel’ ALBUM REVIEW
Napalm Records, February 7th, 2025
Progressive metal/Groove metal
Semenjak single “Pieces” meledak di pasaran dulu, nama JINJER makin ke sini makin melesat. Hal tersebut sudah pasti dikarenakan kwartet ini sangat konsisten sejak ‘King of Everything’ (2016), di mana baik ‘Micro’/’Macro’ (2019) maupun ‘Wallflowers’ (2021) mampu mencetak deretan single yang bisa dibilang “banger after banger after banger…”. Selain itu, meskipun sudah menyandang status sebagai band menstrim, materi mereka masih sangat nampol dengan virtuositas di atas rata-rata dari Roman Ibramkhalilov, Eugene Abdukhanov, dan Vladislav Ulasevich, ditambah lagi performa Tatiana Shmayluk yang selalu fenomenal. JINJER juga sangat dikenal dengan live performance mereka yang gahar, malah banyak yang beranggapan kalau banyak materi mereka lebih dapet pas dibawain secara live, khususnya lagu-lagu dari album ‘Wallflowers’. Di tengah-tengah konflik Ukraina kontra Rusia yang sampai saat ini masih berkecamuk, pada Juni tahun lalu grup ini mengumumkan bahwa proses rekaman album baru telah selesai. Setelah beberapa bulan menunggu, Duel akhirnya dirilis juga pada 7 Februari 2025 via Napalm Records.
Tanpa sepatah dua kata ataupun intro senada dua nada pun, JINJER langsung nyelonong dengan “Tantrum”, sebuah nomor post-thrash berdurasi empat menit yang eksplosif dari awal hingga akhir. Lagu ini langsung disusul oleh “Hedonist”, yang unik dan khas banget dari band ini, komposisinya susah ditebak, tapi tetap easy-listening dan flow-nya ngalir banget. Lanjut ke trek ketiga, “Rogue” terdengar sangat groovy yet technical plus jangan ditanya lagi, this shit is heavy as fukk, dengan pesan anti-war yang ngena banget karena langsung ditulis dari sudut pandang korban peperangan. “Tumbleweed” pun masih mengangkat tema berat, khususnya perihal forced displacement, tapi aransemennya terasa agak biasa aja alias kurang memorable. Masuk ke pertengahan album, JINJER menghadirkan dua track yang bener-bener memukau, “Green Serpent” dan “Kafka”. Keduanya menampilkan interplay antara keindahan melodi dan brutalitas yang dijamin langsung nonjok. Sayangnya, “Dark Bile” kurang berhasil bikin saya kepincut, tapi “Fast Draw” langsung nendang bokong dengan racikan technical thrash/groove metal yang galak.
Sama seperti tiga album pendahulunya, lagu-lagu favorit saya justru nongol di bagian belakang. “Someone’s Daughter” pantas masuk jajaran greatest hits JINJER, “A Tongue So Sly” yang merupakan nomor modern prog-death impresif, dan tentu saja lagu self-titled yang cupuk maknyus sebagai penutup. Kalau dibandingkan dengan ‘King of Everything’ dan ‘Wallflowers’, sebenernya Duel masih lumayan kalah jauh. Hanya sekitar 50% materi di album ini yang benar-benar bisa bikin rahang menganga, lalu beberapa lagu yang terasa agak generik (dalam konteks JINJER) masih berceceran. Tapi ya wajar aja sih, JINJER sekarang lagi dalam fase pleasing the audience demi mempertahankan momentum, Karena, kalau sembarangan bereksperimen, takutnya malah blunder dan pamornya turun (contoh: SUICIDE SILENCE). Apalagi, JINJER sekarang udah jadi mata pencaharian utama para personelnya, jadi gak terlalu dipermasalahkan kenapa ‘Duel’ terasa agak kurang mind-blowing dibanding album-album sebelumnya, karena terdengar seperti sebuah kumpulan lagu agak kurang kohesif, lebih jadi kayak scatter shot, kali aja ada yang hoki dan nge-hit lagi. (Peanhead)
7.5 out of 10