fbpx

ALBUM REVIEW: HIGH ON FIRE – COMETH THE STORM

HIGH ON FIRE ‘Cometh the Storm’ ALBUM REVIEW

MNRK Heavy, April 19th, 2024

Stoner metal/Sludge metal

Setelah hampir setengah dekade lebih puasa tak melepaskan album baru, HIGH ON FIRE akhirnya memuntahkan ‘Cometh the Storm’ padal 19 April 2024 lalu, album tersebut juga menjadi debut drummer baru Coady Willis (ex-MELVINS, BIG BUSINESS, THE MURDER CITY DEVILS), yang masuk menggantikan Des Kensel. Pada tahun 2019, HIGH ON FIRE sempat mendapat Grammy Award, dalam kategori Best Metal Performance untuk album ‘Electric Messiah’, mengalahkan nama-nama seperti TRIVIUM, BETWEEN THE BURIED AND ME, DEAFHEAVEN, dan UNDEROATH, penghargaan tersebut tentunya sangat pantas, mengingat bagi yang puber era 2000’an, karena grup yang awalnya diformasikan oleh Matt Pike, Des Kensel, dan George Rice ini, layaknya menjadi seperti MOTORHEAD generasi millennium, yang selalu stay trve pada kitab pedoman heavy metal, tak pernah ngikut tren, dan gak pernah mencoba bikin musik radio friendly kayak band stoner/sludge seangkatan mereka, dari ‘The Art of Self Defense’ (2000) sampai ‘Electric Messiah’ (2018), HIGH ON FIRE tetap konsisten manabuh genderang perang, tanpa kompromi.

Lewat ‘Cometh the Storm’, Matt Pike dkk membuktikan bahwa mereka masih berada di level atas dari segi songwriting dan performa, trilogi pembuka “Lambsbread”, “Burning Down”, dan “Trismegistus”, terbukti masih sangat nampol dengan tone gitar khas yang mampu menggetarkan tembok batako Album ini juga cukup dinamis (untuk ukuran album stoner/sludge) yang diperlihatkan pada title track berserta “Karanlık Yol”, sebuah nomor instrumental yang merupakan racikan musik folk Turki/Timteng, Tetapi setelah 27 menit yang impresif, Mulai track keenam sayangnya materinya agak sedikit kendor, “Sol’s Golden Curse”, “Lighting Beard” dan “Tough Guy” terdengar terlalu biasa-biasa saja dan kurang spesial, tapi masih untungnya full-length ini terangkat “The Beating” yang penuh pengaruh hardcore punk, “Hunting Shadows” yang penuh aura traditional heavy metal dengan riff/melodi sangat memorable, plus lagu doom masif sebagai penutup, “Darker Fleece”, yang langsung nancep jadi lagu terfavorit saya dari ‘Cometh the Storm’, bersama opener “Lambsbread” dan “Karanlık Yol”. Meskipun sangat berbobot dan nendang dari awal sampai akhir, dan sudah jauh lebih oke dari ‘Electric Messiah’,  ‘Cometh the Storm’ sayangnya belum mampu menyamai level intensitas yang ditampilkan HIGH ON FIRE dalam ‘Luminiferous’ (2015), meski begitu, ‘Cometh the Storm’ masih tetap menjadi salah satu rilisan heavy metal paling berengsek tahun ini. (Peanhead)

8.4 out of 10