HEADKRUSHER ‘Opprobrium’ Album Review
Mastema Musik. August 21th, 2020
Black/Thrash
Penantian yang lumayan panjang akhir nya terbayar juga karena band thrash metal lokal paling “busuk” HEADKRUSHER memuntahkan album penuh pertama mereka, hampir delapan tahun semenjak mereka nongol sekonyong-konyong dengan sebuah kaset demo super-rare ‘The Worst’ tahun 2012 lalu, dimana komplotan asal Jogjakarta ini membawakan dua lagu (“Face Off The League” & “Blessed in Black”) plus sebuah cover dari DISCHARGE yang direkam dengan kualitas produksi ultra kotor layaknya direkam menggunakan 8-track recorder di tengah-tengah kebon pisang, tak lama berselang para penganut thrash sekte first wave of black metal, yang diperkenalkan era 80’an oleh VENOM, BATHORY, SODOM, DESTRUCTION, HELLHAMMER dan SARCOFAGO ini, HEADKRUSHER kemudian melepaskan extended play berisikan dua lagu dalan format 7inch vinyl (Gempita Records) dan kaset pita (Rizkan Records), namun kelar merilis EP tersebut HEADKRUSHER tak terlalu sering kedengaran lagi kabar beritanya meskipun masih terlihat aktif terlibat dalam ritual-ritual bawah tanah. Beberapa tahun kebelakang terdengar kabar burung kalau HEADKRUSHER telah menyelsaikan proses rekaman album pertama, dan pada Agustus tahun ini, album yang diberi julukan ‘Opprobrium’ akhirnya dilepaskan dari lembah paling dalam helheim oleh Mastema Musik.
‘Opprobrium’ terdiri dari delapan buah racun mematikan dengan total durasi lebih dari setengah jam, dan dibuka dengan serangan blackened thrash barbar “Darksome Prophet’, track berikutnya ‘Nemesis Reign’ imulai dengan opening riff Bay Area thrash metal-ish namun punya referensi kental dari masa-masa awal pembentukan aliran death metal ditambah komat-kamit yang mengingatkan pada Mille Petrozza ketika masih muda, Walupun pengaruh kuat dari era gelombang pertama black metal 80’an terasa sekali sebagai unsur dominan materi-materi HEADKRUSHER, trio ini juga banyak terpengaruh grup-grup second wave dari Zona Skandinavia, hal tersebut terdengar jelas dalam lagu seperti “The Eyes” dan lagu terakhir Side A “Incineration” yang berceceran tremollo riffing berserta melodi lead berhawa dingin dari utara begitu pula “Sons of Evil” dan “Whiskey and Misery” dimana HEADKRUSHER menyalurkan pengaruh speed metal nge-punk nya model AURA NOIR juga DARKTHRONE. ‘Opprobrium’ di tutup dengan salvo mematikan, pertama versi rekaman ulang “Invocation” dari mini-album self-titled tahun 2013 lalu, yang selama ini telah menjadi lagu paling ditunggu bagi mereka yang punya keberuntungan untuk menyaksikan ritus HEADKRUSHER secara live.
Sebagai epilog HEADKRUSHER menunjuk “Morbid Devastation”, sedari dulu saya beranggapan kalau album bagus itu bisa di ukur dari lagu pamungkas nya, dan melalui lagu tersebut HEADKRUSHER telah mempersembahkan komposisi terbaik dalam ‘Opprobrium’, dengan atmosfir gelap membius ala ‘De Mysteriis Dom Sathanas’, bahkan di beberapa bagian vokal dari M terdengar seperti apabila Attila Csihar manggung bareng TORMENTOR tapi tiba-tiba kesurupan roh gentayangan Per Yngve Ohlin aka Dead (R.I.P). Sebagai salah satu band lokal yang telah mendapat cult status, HEADKRUSHER punya pekerjaan berat untuk meracik debut studio album mereka, tap tenang dengan dirilisnya ‘Opprobrium’ mereka telah berhasil menciptakan salah satu album thrash dalam negeri terbaik, formulasinya beragam tak repetitif dan monton, seperti yang selama ini menjadi problema album-album thrash lokal lainya yang hanya mentok di Big Four atau paling banter nyerempet KREATOR, SEPULTURA, dan PANTERA, karena HEADKRUSHER tak hanya memasukan elemen dari black metal kedalam godokan ramauan racun blackened thrash mereka, namun juga dari speed metal, OSDM, hingga punk, apalagi didukung kualitas produksi nyaris sempurna dari Devid Salasughi (Mortal Reflection Studio), dan bagi penggemar rilisan fisik bakal ada sebuah bonus lagu yang gak bakalan ada dalam versi digitalnya, jadi tunggu apa lagi segera cari rilisan fisiknya. (Peanhead)
8.9 out of 10