DRAGONFORCE ‘Extreme Power Metal’ Album Review
Metal Blade Records, September 27th, 2019
Power Metal
Legiun power metal DRAGONFORCE melancarkan serangan paling anyar mereka, dua tahun setelah melepaskan ‘Reaching Into Infinity’, dimana ketika dirilis album tersebut mendapat respon lumayan positif, karena DRAGONFORCE bersama produser bertangan dingin Jens Borgen, yang sebelumnya pernah mengerjakan album-album fantastis dari AMORPHIS, SEPULTURA, KATATONIA, LEPROUS dan BETWEEN THE BURIED AND ME, telah berhasil setidaknya untuk membuat ‘Reaching Into Infinity’ terdengar jauh lebih beragam bila dibandingkan album-album DRAGONFORCE sebelumnya, hal tersebut juga karena pembetot bass Frédéric Leclercq saat itu diberikan mandat menjadi songwriter utama dan ikut memasukan elemen-elemen dari extreme metal, thrash metal, hingga progressive metal. Namun karena banyan fans lama DRAGONFORCE, namun para fans sepertinya kurang begitu menerima perubahan musik mereka tersebut meski tak terlalu signifikan. jadi untuk materi terbaru mereka kali ini Sam Totman kembali duduk sebagai songwriter utama. Dalam album terbarunya yang berjudul ‘Extreme Power Metal’, sepertinya para personil DRAGONFORCE sudah tidak peduli lagi sering jadi bahan lelucon dalam dunia maya dan scene metal, malah dalam album terbaru mereka kali ini level campiness dan cheesiness telah ditingkatkan kelevel 9999 (terinspirasi GLORYHAMMER dan TWILLIGHT FORCE sepertinya).
‘Extreme Power Metal’ menjadi momen DRAGONFORCE berdamai dengan segala meme dan parodi, yang turut membesarkan nama mereka dulu, alih-alih merasa risih malah mereka merangkulnya disini, dan hal tersebut langsung terlihat dari tiga video klip yang dilepaskan “Highway To Oblivion”, “Heart Demolition”, dan “Razorblade Meltdown”. Memang ‘Extreme Power Metal’ tak terlalu beragam dan banyak memasukan elemen diluar ruang lingkup power metal, namun full-length kedelapan dari DRAGONFORCE ini tetap terasa sangat variatif, karena banyak menghadirkan lagu-lagu yang tak melulu menggunakan struktur dan pattern yang seragam, tengok saja “The Last Dragonborn” sebuah lagu bertempo jauh dari kebut-kebutan seperti biasa namun terdengar sangat epik dan dibalut nada-nada bernuansa oriental, lalu ada ‘Strangers’ yang kental aroma AOR era 80’an nya, dan jangan lupa dengan power-ballad epic “Remembrance Day”, sebuah tribute bagi mereka yang gugur dalam perang dunia pertama aka The Great War. Dalam lagu-lagu bertempo full-speed nya pun DRAGONFORCE, mampu menghasilkan komposisi yang lebih memorable daripada mayoritas lagu lain yang mereka tulis pasca ZP Theart cabut, seperti ‘Cosmic Power Of The Infinite Shred Machine’ yang judulnya sengaja dibuat seperti menggunakan ‘power metal song name generator’ dan ‘Troopers Of The Stars’ lagu paling cepat dalam album ini lengkap dengan blast-beat, tapi diberikan sedikit twist pada bagian chorus, yang terinspirasi melodi “Africa” dari TOTO begitu pula pada section guitar solo, yang penuh aroma HELLOWEEN era Michael Kiske.
Namun-namun diluar lagu-lagu yang saya beri catatan diatas, ‘Extreme Power Metal’ masih menyisakan beberapa yang terkesan biasa aja, “In A Skyforged Dream” dengan sedikit riffing thrash/melodeath nya terdengar seperti lagu sisa sesi rekaman kemaren, “Razorblade Meltdown” yang dirilis sebagai single terdengar rada basi karena terlalu mirip dengan lagu DRAGONFORCE lainya, begitu pula dengan “Highway To Oblivion” karena dipenuhi banyak momen dejavu. ‘Extreme Power Metal’ ditutup dengan sebuah lagu cover “My Heart Will Go On” dari Celine Dion, pemilihan lagu tersebut tentunya bisa bikin metalhead elit mengernyitkan dahi, namun lagu tersebut sangat tepat apabila disandingkan dengan konsep album ini yang memang diciptakan sebagai anthem bersenang-senang tanpa peduli amat dan ambil pusing akan kritikan orang, Meskipun ‘Extreme Power Metal’ bukan merupakan album terbaik dalam katalog DRAGONFOCE, setidaknya album ini merupakan album mereka yang paling gampang dicerna, disamping karena materinya lumayan penuh variasi, hasil produksinya meskipun tak lagi di handle oleh Jens Borgen, masih mengikuti ciri khas beliau yang super clean, rapi, dan detil, jadi gak cepet membuat telinga panas. Namun tetap ‘Extreme Power Metal’ masih tak disarankan bagi mereka yang punya intoleransi laktosa, takutnya tingkat cheesiness bisa bikin muntaber, khususnya bagi mereka yang sangat anti dengan gaya permainan lead super berlebihan dari Herman Li. (Peanhead)
7.0 out of 10