fbpx

ALBUM REVIEW: DJIN – THE SCIENCE OF THOUGHT

DJIN ‘The Science of Thought’ ALBUM REVIEW

Blackandje Records. February 22th, 2022

Technical death metal

Bruh… nggak kerasa udah hampir sepuluh tahun saja, semenjak DJIN merilis debut album mereka ‘The Era of Destruction’ via Sepsis Records. Selama satu dekade gak ngerilis album sama sekali, DJIN gak bisa dibilang mati suri juga sebenarnya, sudah dari kapan tau banyak beredar berita simpang siur perihal album kedua, meskipun batang hidungnya gak keliatan jua. Pada tahun 2017 lalu mereka sempat merilis sebuah single bertajuk “Phase 2: Lucid Interception”, yang menampilkan evolusi musik terkini mereka, mulai banyak menggali ide-ide baru walaupun tetap dalam ruang lingkup aliran technical death metal, namun sudah lepas dari bayang-bayang grup techdeth kotemporer macam BRAIN DRILL, ORIGIN, BENEATH THE MASSACRE, dkk, yang pengaruhnya masih kentel banget dalam ‘The Era of Destruction’. Kali ini dengan formasi barunya, selepas pergantian vokalis dan drummer, DJIN memuntahkan LP kedua mereka ‘The Science Of Thought’, berisikan materi-materi yang konon sudah diracik sang gitaris semenjak tahun 2015, namun baru terealisasikan ketika formasi sudah benar-benar solid dan persiapan pra-rekaman sudah matang tahun 2021 kemaren.

Dari lagu pertama “A Hollow Future”, DJIN udah terdengar bener-bener beda dari album pertama, selain semakin groovy dan melodic, pola permainan technical death metal ultra kompleks penuh sirkus jemari dan hyperblast udah jarang keliatan, hanya muncul sekilas saja. Vokalis baru Emil Salim Harahap cukup jelas artikulasi growlnya, dan gebukan Azlan Siregar lumayan variatif, namun entah kenapa dua lagu pertama dalam ‘The Science Of Thought’, rada bikin déjà vu sama masterpiece-nya CARNIVORED, ‘No Truth Found’, apalagi pas bagian chugga-chugga dan main riff “Lucid Interception”, untungnya DJIN masih sesekali memunculkan kembali muka lamanya, sekaligus menyelipkan sampling elektronik biar lebih segar, dan dalam fase ketiga “Intransigence”, eksplorasi DJIN sudah semakin menjalar kemana-mana, jadi ada selipan clean vocal dan elemen industrial/electronica, yang mungkin terinspirasi legenda avant-garde metal tanah air, KEKAL. Masuk ke-lagu keempat “Hyperbrain”, David, Chiko, Azlan, dan Emil semakin menggila eksperimentasinya, turut memasukan solo keyboard/synthesizer dan vokal futuristik dari musisi tamu meski cuma beberapa detik.

Single andalan yang pertama kali dilepaskan dari album “Minds of the Problematic”, jadi ada rasa-rasa Sumerian-core nya khususnya THE FACELESS, malah DJIN turut serta mengintegrasikan vokal pake vocoder macam CYNIC atau dua album terakhir OBSCURA. Memainkan lagu-lagu dalam album baru diatas panggung nanti pastinya bakal PR besar, apalagi trek macam “Stockholm Syndrome”, beserta tiga lagu sebelumnya dalam tracklist, peran vokal clean sangat penting, DJIN sebaiknya merekrut vokalis latar tetap biar gak jomplang versi rekaman sama live nanti, Masuk ke menit-menit akhir, title track “The Science Of Thought” merupakan sebuah nomor instrumental, yang menjadi lahan bermain-main David, Azlan, dan Chiko dengan instrumen nya masing-masing, tanpa harus keliatan seperti pamer skill belaka, karena benang merahnya nya masih nyambung dengan empat lagu sebelumnya, sayangnya lagu terakhir “As Time Reverse” malah terdengar terlalu biasa-biasa aja, yang membuat album album kedua DJIN ini berakhir antiklimaks. Memang jelas dalam album terbarunya, improvement dari segi produksi benar-benar jauh, tapi duh… mastering-nya kelewat terlalu bising (DR3 kalo diukur dengan meteran Dnyamic Range), level kompresinya kebablasan, tentunya hal tersebut bisa bikin telinga cepet pegel. ‘The Science of Thought’ untuk sebuah album dari band dalam negeri lumayan berani lah, banyak percobaan dan penerapaan ide-ide, yang jarang dilakukan oleh band lokal karena rata-rata banyak yang belum berani keluar dari zona nyaman-nya masing-masing, alias udah album keberapa tapi masih gitu-gitu doang. (Peanhead)

7.0 out of 10