ALBUM REVIEW: DAWNBRINGER – NIGHT OF THE HAMMER

DAWNBRINGER ‘Night of The Hammer’ ALBUM REVIEW

Profound Lore Records. October, 14th. 2014

Heavy metal

Tahun 2010 DAWNBRINGER meluncurkan album keempat mereka ‘Nucleus’, dalam album tersebut aliran musik yang di usung oleh grup besutan Chris Black aka Professor Black (HIGH SPIRIT, PHARAOH, ex- NACHTMYSTIUM etc) telah berubah wujud jadi heavy metal murni bukan lagi blackened heavy metal seperti tiga full length mereka sebelumnya, ‘Unbleed’, ‘Catharsis Instinct’, dan ‘In Sickness and In Dreams’. ‘Nucleus’ banyak dipengaruhi sound era akhir 70’an dan tentunya era 1980’an, yang merupakan era dimana THIN LIZZY, BLUE OYSTER CULT, IRON MAIDEN, DIO, MANOWAR dkk sedang berada dipuncak kejayaan, namun Chris Black dan Scott Hoffman turut menyisipkan berbagai elemen thrash /speed metal, hard rock/AOR, doom metal, hingga black metal, yang membuat karya mereka tersebut unik tak sekedar bermodalkan gimik old school belaka,  beda daripada yang lain, tak salah ‘Nucleus’ banyak dianggap sebagai salah satu rilisan metal terbaik dan paling penting sepanjang dekade 2010-2019, walaupun nama DAWNBRINGER sampai saat ini pun masih tergolong cukup underrated, karena mereka termasuk jarang naik keatas panggung apalagi tur. Hanya membutuhkan jarak dua tahun saja dari ‘Nucleus’, DAWNBRINGER merilis ‘Into The Lair of The Sun God’, sebuah epos post-apokaliptik/dark fantasy dalam sembilan episode, yang mampu melampaui pencapaian dalam album sebelumnya.

‘Night of the Hammer’ yang menjadi album ketiga DAWNBRINGER bersama Profound Lore Records, punya nuansa sangat berbeda dibanding dua album sebelumnya, vibe lagu-lagu dalam full-length ini terasa lebih gelap, unsur Doom metal dan Epic heavy metal macam MANILLA ROAD, CIRITH UNGOL dll lebih banyak menjangkiti, selain itu apabila ditelaah mayoritas lirik yang ditulis Chris Black juga semakin personal alias lebih ril. Scott Hoffman yang selau terlibat semenjak album pertama tak ikut berkontribusi sama sekali dalam proses rekaman, ia hanya bertugas merancang layout booklet saja, tetapi bukan berarti ‘Night of the Hammer’ menjadi kurang bewarna karena dikerjakan seorang diri, meskipun memang tempo album nya sedikit kurang beragam, formasi serangan harmonisasi gitar kembar dan tentunya perpaduan berbagai macam subgenre yang merupakan ciri khas DAWNBRINGER masih tetap dipertahankan, seperti dua lagu paling upbeat dalam album yaitu “The Burning Of Home” dan “Hands of Death” yang penuh cita rasa arena rock kuat. “Xiphias” dengan kocokan gitar dan rada folk-ish, aroma folk rock kental juga dapat ditemui pada satu menit awal “One-Eyed Sister”, dimana melodinya diambil dari lagu ballad tradisional “Scarborough Fair”, sebelum meluncur ke zona doom metal.

DAWNBRINGER baru benar-benar menaikan tempo ketika durasi telah menginjak setengah jam-an, tepatnya pada 38 detik terakhir “Damn You”, dimana akhirnya Chris Black pindah gigi dengan riff thrashy, sebelum dihajar “Not Your Night”, yang merupakan throwback ke-era blackened tiga album pertama, lengkap dengan growl, blastbeat, dan tremollo riffing. Selanjutnya dalam “Funeral Child” sang Professor Black malah jadi kesurupan KING DIAMOND/MERCYFUL FATE (cuma kurang teriak manggil Melissa atau Grandma aja), penutup “Crawling Off To Die” bisa dibilang merupakan sebuah coda buat cooling down, setelah sempat kesurupan roh masa lalu dalam dua lagu sebelumnya. Overall ‘Night of The Hammer’ meskipun dari sisi produksi terdengar lebih impactful (dengan sound drum menohok) dan performa vokal Chris Black semakin berani ambil nada-nada tinggi, album ini tetap gak bakalan bisa menandingi ‘Into The Lair of The Sun God’ apalagi masterpiece sekelas ‘Nucleus’, ditambah tiga lagu terakhir terdengar seperti b-sides sisaan aja. Sayangnya dua tahun setelah pelepasan ‘Night of the Hammer’, Chris Black memutuskan untuk menyudahi project yang ia mulai semenjak tahun 1997 silam, sebuah keputusan berat memang, namun masuk akal meningat kesuksesan HIGH SPIRIT yang semakin ramai tawaran tur/manggung. Pada Maret 2020 ‘Snake’ dirilis secara digital, album yang direkam tahun 2014-2015 ini sempat direncanakan jadi album ketujuh, namun akhirnya dibatalkan dan balik ke kandang, karena memang musiknya terlalu mirip dengan materi HIGH SPIRIT, untuk itu daripada kehilangan nyawa dan identitasnya, DAWNBRINGER akhirnya ditamatkan. HEAVY METAL IS THE LAW! (Peanhead)

8.5 out of 10