CRYPT SERMON ‘The Stygian Rose’ ALBUM REVIEW
Dark Descent Records. June 14th, 2024
Epic doom metal
Setelah penantian hampir tak berujung karena tiga personilnya sibuk di DAEVA, CRYPT SERMON akhirnya merilis album ketiga mereka, ‘The Stygian Rose’. Album ini jelas sudah ditunggu dengan tidak sabar oleh penggila doom metal, mengingat CRYPT SERMON bisa dibilang “Big 4”-nya doom metal Amerika Serikat, bersama KHEMMIS, PALLBEARER, dan SPIRIT ADRIFT. Tapi, dibandingkan tiga band saya saya sebutkan, CRYPT SERMON lah yang paling stay trve, karena KHEMMIS dan PALLBEARER masih suka cari celah buat keluar jalur di setiap album baru, sementara SPIRIT ADRIFT semakin ke sini makin menjurus ke heavy metal tradisional/hard rock. Dari sisi formasi, CRYPT SERMON mengalami sedikit perubahan. Empat personil inti dari ‘The Ruins of Fading Light’, yaitu Brooks Wilson, Steve Jansson, Frank Chin, dan Enrique Sagarnaga, masih tetap di posisinya masing-masing. Sementara itu, James Lìpçzÿnskí digantikan oleh dua member baru sekaligus, yaitu Matt Knox (bass, HORRENDOUS) dan Tanner Anderson (keyboards, MAJESTIES/OBSEQUIAE/HULDER).
Lagu pertama “Glimmers in the Underworld” dijamin langsung menendang bokong, walaupun durasinya agak excessive, delapan menit, padahal peak-nya udah nongol duluan di menit keenam. Seandainya langsung di cut-off ke trek berikutnya di menit keenam, “Thunder (Perfect Mind)”, transisinya pasti bakal lebih nampol ke nomor epic doom metal dengan kadar super murni ini, dengan vokal yang kadang mirip Jon Oliva (SAVATAGE), kadang Robert Lowe (SOLITUDE AETURNUS/CANDLEMASS). Dua trek berikutnya, “Down in the Hollow” dan “Heavy Is the Crown of Bone”, cukup jadi kejutan buat gue. CRYPT SERMON berhasil bikin doom metal yang tetap stay trve tapi super catchy dan surprisingly groovy parah, susah banget buat nahan hasrat ngangguk-ngangguk. Khususnya, riff sebelum pre-chorus/guitar solo kedua di “Down in the Hollow”, plus main riff “Heavy Is the Crown of Bone” yang bener-bener berengsek. Sementara itu, “Scrying Orb” juga gak kalah memorable dengan komposisi yang nyerempet power ballad, yang kadang pas muter malah terasa kayak QUEENSRŸCHE versi doom, apalagi dengan balutan keyboard yang bikin nuansanya makin gelap pol.
Kalau untuk lagu terakhir gak usah diragukan sama sekali, CRYPT SERMON sudah punya track record mumpuni kalau soal ajian pamungkas, baik itu title track debut ‘Out of the Garden’ ataupun ‘The Ruins of Fading Light’, dan ‘The Stygian Rose’ juga mengikuti kebiasaan yang sama lewat titular track album ini. Bedanya, di sini baik dari segi durasi hingga aransemen emang bener-bener grandioso, sebuah serangan penghabisan gargantuan, yang berhasil mengekapsulasi genre yang mereka bawakan, yaitu epic doom metal. Dari segi produksi, kerja sama CRYPT SERMON dengan Arthur Rizk yang sudah terjalin sejak album pertama masih tetap solid, solid, solid!!!. Mungkin satu-satunya nitpick saya dari sisi produksi ya bass dan snare-nya aja yang agak sedikit kurang punchy. ‘The Stygian Rose’ membuktikan anggapan banyak orang kalau grup asal Amerika Serikat ini masih salah satu numero uno untuk kategori doom kontemporer, ya setara lah sama KHEMMIS dan PROCESSION. Apalagi dengan materi terbaru dalam ‘The Stygian Rose’ yang rada beginner-friendly, gua rasa mereka punya kans besar untuk menjaring pengikut-pengikut baru, terutama mengingat tahun kemarin hype-nya untuk band doom metal andergron bisa dibilang lumayan tinggi. (Peanhead)
9.8 out of 10