Code Orange ‘Underneath’ Album Review
Roadrunner Records, March 13th, 2020
Metallic Hardcore/Alternative Metal.
Tak seperti beberapa tahun kebelakang, awal tahun 2020 ini sepertinya sedikit kekurangan stok rilisan metal yang mendapat sorotan dari media-media mainstream. Salah satunya mungkin disebabkan faktor pandemi COVID-19 yang membuat proses rekaman hingga produksi jadi terhambat belum lagi konser, festival, dan tur harus dihentikan secara serentak, membuat strategi touring untuk mempromosikan sudah album tak mungkin dilaksanakan lagi, akibatnya tak sedikit musisi yang memilih menunda melepaskan materi baru mereka minimal sampai kondisi benar-benar sudah jelas arah nya bakal kemana. Gerombolan metallic hardcore asal Pittsburgh, Pennsylvania, USA. CODE ORANGE tak mau mengecewakan para penggemarnya yang telah lama menunggu kelanjutan dari album ‘Forever’ (2017), dimana berkat album tersebut CODE ORANGE yang telah melakukan rebranding musik mereka dengan mengadopsi elemen industrial ala NINE INCH NAILS dan GODFLESH kedalam komposisi musik mereka, membawa grup ini dari band hardcore/metal underdog menjadi salah satu band metal paling panas saat ini, Selain tentunya karena promosi besar-besaran dari label baru mereka, Roadrunner Records, CODE ORANGE juga mendapat kesempatan untuk menjadi musisi pertama yang tampil secara di pay-per-view WWE NXT TakeOver, membawakan lagu “Bleeding The Blur” dan entrance music pegulat Aleister Black bersama vokalis INCENDIARY, Brendan Garrone. Puncaknya dalam ajang 60th Annual Grammy Awards, ‘Forever’ berhasil mendapat nominasi untuk Best Metal Performance.
Di latar belakangi kesuksesan album sebelumnya, tentu hype dan ekspektasi dari album ‘Underneath’ sudah pasti sulit dibendung. CODE ORANGE pun dalam album penuh ketiga nya ini juga tak mau main aman, karena ‘Underneath’ merupakan album yang scope nya jauh lebih masif dan semakin bereksplorasi lebih berani lagi dengan elemen-elemen dari industrial rock, nu metal, noise, sampai grunge. Album di buka dengan intro bernuansa horror ‘(deeperthanbefore)’, yang langsung dihantam dengan gempuran pertama “Swallowing the Rabbit Whole”, sebuah track penuh groove dan breakdown gurih kemudian dilanjutkan dengan “In Fear” dan “You And You Alone” yang gak kalah heavy, ketiga lagu tersebut memperlihatkan unsur industrial/electronica yang sebelumnya terdengar agak ngacak dalam ‘Forever’, sekarang sudah mendarah daging, loop, sample, noise, glitch, hingga audio skipping dari Eric “Shade” Balderose sudah jadi unsur integral bukan hanya background sound belaka ataupun isian-isian random. Bagi mereka yang lebih suka materi keras CODE ORANGE dalam “I Am King” dan “Forever”, mungkin bakal sedikit kesulitan mencerna ‘Underneath’ secara utuh, walaupun lagu-lagu seperti tiga lagu pertama, “Cold.Metal.Place”, “Erasure Scan”, “Last Ones Left”, “Back Inside the Glass” memang masih terasa kental pengaruh CONVERGE, HARM’S WAY, DISEMBODIED, BLACKLISTED, setengah porsi album di isi oleh lagu-lagu yang menampilkan sisi alternative metal/grunge dari CODE ORANGE, dimana Reba Meyers mengambil alih posisi vokal utama dari Jami Morgan.
Meskipun bagi CODE ORANGE menghasilkan lagu yang sedikit benang merahnya dengan hardcore/metalcore bukan hal baru lagi, memberikan setengah durasi album untuk materi non-hardcore seperti “Who I Am”, “The Easy Way”, “Autumn and Carbine”, dan “Underneath”, lumayan mengurangi intensitas secara keseluruhan, jadi album ini terkesan seperti dua buah mini-album/EP yang digabung jadi satu begitu saja, Selain itu ‘Underneath’ tak lagi di pegang oleh Kurt Ballou lagi, karena kursi produser telah di ambil alih oleh Nick Raskulinecz (ALICE IN CHAINS, MASTODON, RISE AGAINST, STONE SOUR) dan Will Yip (TITLE FLIGHT, TURNOVER, CITIZEN) yang punya gaya produksi lebih clean tak se kotor dan abrasif dua album pendahulunya. Tapi bukan berarti CODE ORANGE telah sell out, di momen paling nge-rock nya sekalipun seperti “Sulfur Surrounding” dan “A Silver” pun, CODE ORANGE masih belum mengikuti standar format radio rock mainstream jadi masih jauh dari kata “radio-friendly”. Pertanyaanya apakah ‘Underneath’ bisa mempertanggungjawabkan segala hype dan ekspektasi yang sudah terlanjur terbentuk sebelum album ini dirilis?, sepertinya jawaban pertanyaan tersebut harus di kembalikan ke masing-masing pendengar, karena jelas ‘Underneath’ bakal memecah belah para fans CODE ORANGE menjadi dua kubu, kubu pertama yang bakal mengamini evolusi musik mereka dan kubu kedua yang merasa kalau ‘Underneath’ menjadi tanda kalau CODE ORANGE bakalan perlahan tapi pasti mulai meninggalkan akar hardcore/metalcore mereka. (Peanhead)
7.5 out of 10