fbpx

ALBUM REVIEW: …AND OCEANS – COSMIC WORLD MOTHER

…AND OCEANS ‘Cosmic World Mother’ ALBUM REVIEW
Season of Mist. 8th
May 2020
Symphonic Black Metal

Meskipun ditengah-tengah global pandemic tahun lalu masih banyak dibanjiri rilisan-rilisan bermutu, walau gempuranya tak segila 2019, hal tersebut membuat saya hampir melewatkan ‘Cosmic World Mother’ dari …AND OCEANS. Timo Kontio dan Teemu Saari sepertinya memanfaatkan fenomena album comeback yang lagi in beberapa tahun terakhir, …AND OCEANS sendiri sebenarnya kurang tepat kalau dibilang bangkit dari kubur alias reuni, mengingat grup ini tidak benar-benar mati, hanya gonta-ganti gimmick saja layaknya Mick Foley yang kerap menggunakan kostum Mankind, Cactus Jack, dan Dude Love. …AND OCEANS sempat berganti nama jadi HAVOC UNIT dari 2005 dan sempat menghasilkan album ‘Hoarse Industrial Viremia’, lalu tahun 2013 Timo Kontio dan Teemu Saari memutuskan untuk membangkitkan FESTERDAY, mengenakan kembali jaket kulit berbau busuk yang telah dikubur dari awal 90’an, sambil menggeber kembali old school death metal khas era tersebut. Dan layaknya roda kehidupan progresi …AND OCEANS akhirnya full circle dengan merilis ‘Cosmic World Mother’ via Season of Mist, yang menandakan kembalinya konsep symphonic black metal dari ‘The Dynamic Gallery of Thoughts’ dan ‘The Symmetry of I, the Circle of O’.

Bagi yang terlena dengan sound simfonik black metal Jaman now yang bombastis dan kelewat lembek model CARACH ANGREN atau CRADLE OF FILTH era sekarang, bakalan langsung dihajar habis-habisan dengan lagu pembuka “The Dissolution of Mind and Matter” yang brutal dengan tempo blasting berkecepatan tinggi, bahkan dalam album barunya …AND OCEANS kadang lebih dekat tingkat kebarbaran nya dengan MARDUK. DARK FUNERAL, INFERNAL WAR, dan rekan satu negara mereka IMPALED NAZARENE, dari pada para grup symphonic black metal lain macam LIMBONIC ART dan HECATE ENTHRONED. Unsur simfonik diaplikasikan lebih natural gak berlebihan dan maksa, sekaligus mampu menemukan titik keseimbangan antara pengembangan atmosfir dan agresivitas layaknya ‘Stormblast’ dan ‘Anthems to the Welkin at Dusk’. Sayangnya struktur dan formulasi hampir semua lagu dalam ‘Cosmic World Mother’ masih terlalu seragam, jadinya beberapa lagu seperti “Vigilance and Atrophy “, “Five of Swords”, “As the After Becomes the Before”, dan “Helminthiasis” terdengar sangat berbaur antara satu sama lain, untungnya semakin kebawah materi yang teranyar …AND OCEANS semakin menarik untuk disimak khususnya “Oscillator Epitaph”, “Apokatastasis”, dan “One of Light, One of Soil”, walaupun lagu terakhir “The Flickering Lights” sebenarnya lebih baik di cut dari treklist final.

Title track “Cosmic World Mother” menjadi lagu pertama dalam album ini yang mampu menjadi stand out, dimana …AND OCEANS pada menit ketiga turut mencapurkan elemen electronic/industrial dari era 2000’an mereka. Kedua personil orisinal berhasil merekrut nama-nama yang bukan ecek-ecek dan hal tersebut jelas terlihat dalam performa prima para personil baru yaitu vokalis Mathias Lillmåns (FINTROLL), Kauko Kuusisalo (GOREPHILIA), dan Antti Simonen (ex-ALGHAZANTH), hanya basist Petri Seikkula saja yang gak keliatan batang hidung nya dalam final mix, karena terkubur diantara serangan instrument lain dan vokal. Hasil produksi ‘Cosmic World Mother’ sayang nya masih kurang greget, saya tak mempermasalahkan dengan karakter sound drum yang agak raw dan posisinya terlalu kedepan, hanya saja part gitar, vokal dan synthesizer kerap kali terdengar tumpang tindih, saling berebutan antara satu sama lain, hal tersebut membuat album ini dengan durasi hanya 40 menit-an bisa cukup melelahkan telinga. …AND OCEAN juga sepertinya masih rada canggung memasukan unsur electronica/industrial kedalam komposisi materi terbaru mereka, padahal apabila dikawinkan lebih jauh dengan elemen symphonic, bakalan bisa lebih menggugah selera layaknya mamang IGORRR lewat perpaduan neo-classical, breakcore, post-industrial, dan black metal nya, tak seperti ‘Cosmic World Mother’ yang  masih nanggung banget di beberapa lini, meskipun overall masih OK lah. (Peanhead)

8.0 out of 10