fbpx

ALBUM REVIEW: AMON AMARTH – BERSERKER

AMON AMARTH ‘Berserker’

May 3rd, 2019. Metal Blade Records/Sony Music

Melodic death metal

Kalender rilisan tahun 2019 lumayan dipenuhi dengan album-album mentereng mulai dari yang punya hype segede gaban ampe album underrated dari band antah berantah yang bersaing untuk merebut atensi dan waktu. Saya sendiri lumayan keteteran dalam mengikuti daftar rilisan baru tiap bulanya, alhasil banyak album dari grup musik yang saya pandah sebelah mata lolos dari perhatian, salah satunya adalah raksasa Viking metal AMON AMARTH dengan album kesebelasnya dalam tajuk ‘Berserker’. Pertanyaan-nya kok bisa sih album dari band yang udah punya nama besar dengan iklan promosi yang setiap saat muncul, lengkap dengan jalur distribusi masif via Sony Music lolos dari radar???, jawabanya lebih tepatnhya bukan karena kelewatan sih, tapi ya karena semenjak ‘With Oden On Our Side’ (2006) yang menjadi karya pertama mereka menembus jajaran daftar album terlaris versi Billboard (lagu “Runes to My Memory” juga “Cry of the Black Birds” terbilang sangat popular tahun tersebut) musik AMON AMARTH cenderung jalan ditempat, memang stagnansi yang dikemas dalam alasan konsistensi tersebut berhasil membawa AMON AMARTH jadi nama paling besar yang pernah jebol dari skena death metal Swedia setelah IN FLAMES dan ARCH ENEMY, tapi ya ujung-ujung nya komposisi lagu nya rata-rata cuma daur ulang komponen lagu dari era ‘With Oden on Our Side’ atau ‘Twillight of the Thunder God’ (2008), jadi saya sengaja memang melewatkan ‘Berserker’ karena sudah terlanjur berpikiran jelek kalau album terbarunya paling cuma formalitas biar minimal ada materi di setlist baru buat tur keliling dunia lagi.

Namun akhirnya setelah tak sengaja menyimak video klip ‘Crack the Sky’ akibat fitur autoplay Youtube, membuat saya agak penasaran dengan ‘Berserker’, lagu tersebut sebenarnya sih biasa tapi ‘Crack the Sky’ punya rasa-rasa melodic power metal/hard rock yang lebih kental dengan tempo sedang ala SABATON atau ASTRAL DOOR dibandingkan serangan melodic death metal penuh bagian sing along yang AMON AMARTH biasa suguhkan, dan setelah disimak secara penuh dan utuh ternyata jelas ‘Berserker’ AMON AMARTH sudah mulai sedikit demi sedikit bermain dan bereksplorasi dengan komposisi musik-nya, salah satu hal yang paling terasa “beda” dari album pendahulunya adalah pengaruh traditional heavy metal/nwobhm dari THIN LIZZY, IRON MAIDEN, JUDAS PRIEST hingga DIO yang benar-benar ditaruh paling depan, entah dari dominasi melodi lead guitar disetiap lagu sampai duel guitar solo antara Olavi Mikkonen dan Johan Söderberg yang sepertinya kalau di telusuri sudah mulai di perkenalkan di concept album ‘Jomsviking’ (2016), selain itu ada beberapa part seperti pada intro akustik ala Battery di ‘Fafner’s Gold’ yang punya aroma ‘Ride the Lightning’. Tapi yang membuat saya lebih menikmati ‘Berserker’ dibandingkan karya mereka sebelumnya adalah disini AMON AMARTH malah terdengar seperti sebuah grup power metal misalkan saja Johan Hegg gak nge-growl, tengok saja lagu adiktif super anthemic super melodius ‘Mjölner, Hammer of Thor’, ‘Valkyria’, ‘Raven’s Flight’ dan lagu terbaik AMON AMARTH pernah tulis dalam sepuluh terakhir yaitu ‘Shield Wall’, yang sudah pasti jadi pengisi tetap daftar setlist panggung mereka.
Bagian kedua ‘Berserker’ dibuka dengan ‘Iron Side’, salah satu lagu paling epik yang AMON AMARTH pernah tulis penuh bau tengik ketiak BATHORY era ‘Blood Fire Death’ sampai ‘Twilight of the Gods’ tak lupa Johan Hegg juga turut sedikit bernyanyi di bagian bridge. Selanjutnya ada ‘The Berserker at Stamford Bridge’ yang merupakan titular track album ini, kali ini AMON AMARTH mencoba bermain dengan struktur lagu non tradisional dan lebih menitikberatkan pada storytelling, mengisahkan keberanian seorang prajurit Viking yang berani menghadang pasukan King Harold Godwinson di jembatan Stamford, dan berhasil menebas 70 orang prajurit musuh sebelum akhirnya gugur, sayangnya beberapa lagu berikutnya di sesi akhir ‘Berserker’ (‘Skoll and Hati’ dan ‘Wings of Eagles’) malah terasa seperti filler untuk membulatkan durasi jadi hampir satu jam, dan walaupun ‘When Once Again We Can Set Our Sails’ lumayan enak dengan kombinasi aransemen folk metal dengan riff Hard rock modern macam AUDREY HORNE/VOLBEAT posisinya dalam tracklist kurang pas, semestinya ditaruh lebih awal, begitu pula ‘Into The Dark’ yang kalau gak karena permainan piano di intro/outro (sebuah anomali dalam katalog AMON AMARTH) terdengar tak ada yang spesial. Jay Ruston yang di tunjuk jadi produser album ini memperkenalkan proses rekaman yang berbeda dari sebelumnya, mayoritas lagu di rekam secara live dengan oleh setiap personil dalam studio sebelum di overdub dan di revisi pada fase berikutnya, hal tersebut menjadikan chemistry panggung dari Johan Hegg, Olavi Mikkonen, Johan Söderberg, Ted Lundström dan drumer baru Jocke Wallgren lumayan keluar, tapi hasil produksi nya terlalu steril dan overproduced layaknya album rock/metal mainstream kekinian, jadi jangan berharap bakalan se brutal dan raw ‘Once Sent from the Golden Hall’ atau ‘The Avenger’. ‘Berserker’ bisa jadi album uji coba AMON AMARTH, banyak elemen-elemen baru yang coba diperkenalkan disini, ya semoga saja next time di album nomor dua belas mereka bisa menghadirkan sesuatu yang lebih baru gak sekedar amati-tiru-modifikasi doang.  (Peanhead)

6.8 out of 10.