YOU’LL NEVER FIND ME
Sutradara: Josiah Allen & Indianna Bell
Australia (2023)
Review oleh Tremor
You’ll Never Find Me adalah sebuah film psychological horror/thriller beralur lambat, debut penyutradaraan dari duo pembuat film asal Australia Josiah Allen dan Indianna Bell berdasarkan naskah yang ditulis oleh Bell sendiri. Sebagai sebuah debut, film ini cukup mengesankan dan menjadi salah satu film psychological horror/thriller terbaik yang pernah saya tonton dalam beberapa bulan terakhir. Lewat You’ll Never Find Me, Josiah Allen dan Indianna Bell seakan ingin membuktikan keahlian mereka, bahwa pengalaman menonton yang penuh ketegangan bisa diciptakan dengan efektif tanpa memerlukan anggaran besar, cerita rumit, ataupun penggunaan special effect yang fantastis. Dan saya pikir dalam hal itu mereka sangat berhasil.
Patrick, adalah seorang pria tua penyendiri yang tinggal di sebuah mobil trailer di daerah terpencil, Australia. Pada suatu tengah malam yang diiringi dengan hujan badai hebat yang mengerikan, ketenangan Patrick tiba-tiba terganggu oleh gedoran kencang di pintu rumahnya. Sejak awal, kita sudah bisa merasakan bagaimana Patrick sepertinya merasa paranoid di tengah kesendiriannya. Tamu tak diundang tersebut adalah seorang perempuan muda, yang tidak pernah disebutkan namanya selama film berlangsung. Ia datang dengan keadaan tubuh basah kuyub dan sangat membutuhkan tempat berlindung dari badai yang cukup dahsyat. Meskipun awalnya sedikit ragu, Patrick pun akhirnya mempersilakannya masuk. Sambil menunggu badai reda, mereka mulai berbincang-bincang dengan canggung dan membicarakan tentang banyak hal. Namun, seiring jauh percakapan mereka, kita bisa merasakan kecurigaan di antara keduanya mulai tumbuh secara perlahan. Sangat jelas kalau masing-masing dari mereka menyimpan rahasia dan motif tersembunyi. Sejak itu, ketegangan pun terasa terus meningkat, diperburuk dengan listrik yang mendadak padam serta suara badai di luar yang terdengar semakin mencekam. Siapa perempuan itu? Dari mana ia datang? Apakah perempuan itu akan aman terjebak bersama Patrick? Atau justru sebaliknya?
Banyak hal yang saya suka dari film ini. Pertama, adalah kesederhanaannya. Bukan hanya konsep serta ceritanya yang sederhana, film ini juga hanya menggunakan satu lokasi saja di sepanjang film, yaitu interior mobil / rumah trailer milik Patrick. Selain itu, cast-nya pun sangat minimalis. Hanya ada dua karakter saja yang saling berinteraksi di sebagian besar durasi film. Dalam babak pertama dan keduanya, paranoia serta kecurigaan terasa sangat kuat, dan para karakternya tidak bisa menyembunyikan perasaan itu dari satu sama lain. Dialog antar keduanya juga sangat mendukung dalam membangun ketegangan sekaligus menumbuhkan rasa penasaran para penontonnya, membuat kita terus menebak-nebak apa motif yang masing-masing karakter rahasiakan. Perlu dicatat bahwa You’ll Never Find Me adalah jenis film yang memerlukan perhatian dan fokus dari penontonnya, karena semua clue yang perlu diketahui cukup jelas ada di antara dialognya.
You’ll Never Find Me bisa menjadi contoh tentang bagaimana sebuah film bisa menciptakan atmosfer yang menegangkan tanpa memerlukan jump scare dan musik latar dramatis. Ini membawa kita ke elemen lain yang saya suka dari film ini, yaitu sound design-nya yang brilian. Alih-alih menggunakan musik latar, suasana mencekam dibangun lewat suara kilat, angin kencang, serta suara hujan lebat yang seakan tidak pernah berakhir, yang terdengar semakin keras seiring berjalannya film. Belum lagi suara ranting-ranting pohon yang menghantam sisi luar trailer, hingga suara berderit seakan atap trailer yang terus diguncang oleh angin kencang itu bisa terlepas sewaktu-waktu. Suara-suara badai ini menunjukkan betapa ganasnya hujan di malam itu dan menjadi alasan utama mengapa para karakternya, terutama karakter perempuan muda yang tidak pernah disebutkan namanya, mau tidak mau harus tetap berada di dalam trailer. Itu merupakan detail yang saya suka, karena biasanya sebuah film horor akan membuat frustrasi penontonnya karena para karakternya tidak segera pergi meninggalkan lokasi. You’ll Never Find Me sejak awal telah menegaskan bahwa badai telah membuat kedua karakternya terjebak dan tidak bisa pergi menjauh dari satu sama lain. Badai hebat dan sambaran petir yang terjadi di luar trailer ini pada akhirnya menjadi karakter tersendiri yang ikut berkontribusi dalam terbangunnya perasaan terjebak sekaligus mencekam di sepanjang film. Beberapa elemen teknis lain yang sangat layak diapresiasi dari film ini juga adalah sinematografinya dengan permainan cahaya/bayangan yang brilian, serta akting kedua pemerannya yang bekerja sangat baik.
Meskipun You’ll Never Find Me berhasil menciptakan ketegangan hanya menggunakan hal-hal sederhana dengan sangat teliti, serta sanggup memanfaatkan bajet terbatas dengan efektif, tapi film ini tetap bukan film yang sempurna. Plot film ini memang dimulai dengan cukup kuat, dengan dua pertiga pertama film terasa begitu menegangkan. Namun sejak kita akhirnya mengetahui rahasia besar salah satu karakternya pada babak ketiga, saya mulai kehilangan sebagian ketegangan yang sangat saya nikmati sejak awal. Tapi mungkin hal tersebut memang tidak bisa dihindari dalam cerita seperti ini. Secara subjektif, mungkin pengungkapan datang terlalu cepat bagi saya, sementara saya masih ingin menangkap lebih banyak dialog dan clue. Ending film ini juga bisa jadi membagi para penontonnya menjadi dua kubu, mereka yang puas dan mereka yang kecewa dengan konklusinya. Saya pribadi mungkin berada di tengah-tengah, tidak kecewa, tetapi juga tidak terlalu puas. Namun saya suka dengan bagaimana pada akhirnya, apa yang sebenarnya terjadi di sepanjang film hingga di titik pengungkapan menjadi sangat jelas, meskipun di sisi lain konklusinya tidak sekuat yang saya harapkan. Bagaimanapun juga, You’ll Never Find Me tetaplah merupakan debut penulisan dan penyutradaraan yang mengesankan. Sebagai sebuah film horror thriller psikologis, film ini cukup berhasil dan layak mendapat lebih banyak sorotan serta apresiasi. Josiah Allen dan Indianna Bell membuktikan bahwa mereka adalah pembuat film yang cukup menjanjikan dan berbakat dalam menciptakan atmosfer ketegangan dengan sangat baik, membuat saya tak sabar menunggu karya-karya mereka selanjutnya.