GREMLINS
Sutradara: Joe Dante
USA (1984)
Review oleh Tremor
Gremlins adalah sebuah film komedi dengan sentuhan horor yang saya yakin banyak orang sudah pernah mendengar tentangnya karena film ini adalah produk tahun 80-an yang sangat ikonik hingga hari ini. Kalaupun belum pernah, setidaknya banyak orang akan mengenal nama produser film ini, yaitu Steven Spielberg. Gremlins sendiri disutradarai oleh Joe Dante yang sebelumnya pernah membuat Piranha (1978) dan The Howling (1981). Ia mendapat tawaran untuk menyutradarai Gremlins karena Spielberg adalah seorang penggemar The Howling. Tak diragukan lagi, Gremlins kemudian menjadi film terbesar Dante di sepanjang karirnya. Gremlins ditulis oleh Chris Columbus, yang karirnya semakin meroket di kemudian hari setelah menulis The Goonies (1985), menyutradarai dua film Home Alone pertama, Mrs. Doubtfire (1993), hingga dua film Harry Potter. Meskipun unsur komedinya lebih kuat dibandingkan unsur horrornya, namun Gremlins sangat dihormati oleh para penggemar horor. Keberhasilan Gremlins kemudian menelurkan banyak peniru seperti Ghoulies (1985) dan Critters (1986).
Plot Gremlins sendiri sangat sederhana. Menjelang Natal, seorang penemu amatir bernama Randall Peltzer sedang mencoba memasarkan produk-produk buatannya di daerah Chinatown. Dalam sebuah toko tua, Randall menemukan makhluk langka yang mungil dan sangat menggemaskan. Kata pemilik toko, makhluk tersebut adalah seekor mogwai. Randall pun mencoba membeli mogwai itu sebagai hadiah natal untuk putranya yang masih remaja bernama Billy. Setelah menamai makhluk tersebut Gizmo, Randall memberinya pada Billy sebagai peliharaan. Sesuai peringatan dari sang pemilik toko, ada tiga peraturan yang harus sangat dijaga dalam merawat mogwai: 1) mogwai tidak boleh terkena air, 2) jangan sampai terkena cahaya terang, terutama cahaya matahari, dan 3) jangan pernah memberi mogwai makan setelah tengah malam. Tentu saja seiring berjalannya waktu, Billy melanggar semua peraturan itu secara tidak sengaja. Begitu Gizmo terkena tumpahan air, ia berlipat ganda melahirkan mogwai-mogwai baru yang sama-sama menggemaskan, namun berperilaku sangat nakal. Berbeda jauh dengan Gizmo yang sangat ramah dan baik hati, mogwai-mogwai baru ini layaknya anak-anak berandalan yang sering membully Gizmo dan anjing Billy yang bernama Barney. Gerombolan ini memiliki satu pemimpin yang Billy beri nama Spike, seekor mogwai bandel dengan garis putih di tengah kepalanya. Suatu malam, para berandalan mungil ini berhasil mengelabui Billy untuk memberi mereka makan lewat jam tengah malam. Akibat dilanggarnya peraturan itu, para mogwai berandalan mulai berubah bentuk menjadi monster-monster gremlin yang jahat. Merekapun kabur untuk menggandakan diri di kolam renang setempat, lalu mulai membuat kekacauan dan meneror seluruh kota di malam Natal.
Sejak dirilis, Gremlins menerima banyak kritik yang datang dari para orang tua, karena banyak yang berekspektasi kalau Gremlins adalah film yang dibuat untuk penonton anak-anak. Mungkin ekspektasi tersebut muncul karena Gremlins dipasarkan dengan karakter Gizmo yang imut dan menggemaskan sebagai daya tarik utamanya. Setelah menonton bersama anak-anak mereka, para orang tua menganggap film Gremlins mengekspos anak-anak pada ide-ide kekerasan. Saya bisa memahami mengapa para orang tua merasa tertipu dan marah dengan film ini. Apa yang mereka lihat bukan hanya perilaku menggemaskan Gizmo, tetapi juga para gremlin yang mencoba menyerang dan bahkan membunuhi semua orang. Gremlins memang bukan film untuk anak-anak, karena di dalamnya ada banyak adegan yang bisa saja menginspirasi anak-anak kecil meniru perilaku buruk para monster gremlin. Bahkan dalam salah satu adegan, kita bisa melihat seseorang mencoba menyerang gremlin menggunakan pisau dapur, dan memasukan gremlin lainnya ke dalam microwave. Bayangkan kalau anak-anak kecil meniru dan mempraktekkannya pada hewan peliharaan mereka. Lalu apakah film ini diperuntukkan untuk orang dewasa? Sepertinya tidak juga, karena Gremlins terlalu komikal, konyol dan menggemaskan untuk penonton dewasa yang mengharapkan film horor sadis. Setelah terkena protes dari banyak orang tua, akhirnya lembaga sensor Amerika bernama MPAA menerapkan sistem rating baru yang belum pernah ada sebelumnya saat itu: PG-13, alias film untuk 13 tahun ke atas.
Nama gremlin sendiri bukanlah nama original untuk monster-monster yang dipimpin oleh Spike. Gremlin adalah makhluk mungil mitologis modern di awal abad 20an yang dalam Perang Dunia II biasa dipercaya untuk menjelaskan mengapa mesin-mesin pesawat tempur mendadak rusak. Adalah seorang penduduk kota sekaligus veteran perang bernama tuan Futterman yang pertama kali menyebut nama gremlin dalam film ini saat ia mencurigai mesin mobil eropa, dan menyebut gremlin-lah penyebab kerusakan mobil. Maka ketika mogwai-mogwai berandalan mulai berubah bentuk dan membuat kekacauan di seluruh kota, secara otomatis mereka disebut gremlin. Salah satu pertanyaan terbesar dalam Gremlins adalah soal asal-usul dari mogwai yang tidak pernah dijelaskan di dalam film. Rupanya jawabannya ada di dalam prolog buku novel dengan judul yang sama, yang ditulis oleh George Gipe berdasarkan film ini.
Secara teknis, Gremlins adalah film yang sangat mengesankan, terutama pada eranya. Semua makhluk dari mulai Gizmo yang menggemaskan hingga para gremlin yang meresahkan dibuat lewat special effect tradisional stop-motion, boneka, serta animatronik seperti makhluk-makhluk dalam The Dark Crystal (1982) dan Yoda dalam Star Wars: The Empire Strikes Back (1980). Seburuk apapun hasilnya, penggunaan special effect tradisional memungkinkan para makhluk ini terasa sangat nyata. Para aktor benar-benar berinteraksi dengan mereka di lokasi syuting, dan itu menjadikan setiap adegannya sangat meyakinkan, semeyakinkan adegan Luke Skywalker berlatih pada Yoda dalam The Empire Strikes Back. Dari semua animatronik dalam Gremlins, adalah animatronik Gizmo yang paling mengesankan. Wajahnya mampu memperlihatkan banyak sekali emosi dari mulai senang, sedih, khawatir, hingga ketakutan. Siapapun akan merasa iba ketika melihat Gizmo meringkuk ketakutan dengan mata bundarnya yang menggemaskan. Gizmo mencuri hati para penonton dengan cara yang sama seperti bagaimana Baby Yoda mencuri hati para penonton The Mandalorian.
Gremlins adalah film yang sangat menghibur dengan suasana natal ala film-film keluarga. Banyak unsur komedi muncul dari betapa buruknya peralatan-peralatan “canggih” buatan Randall Peltzer, hingga perilaku para gremlin yang nakal, komikal sekaligus konyol. Namun di satu sisi, film ini bisa menjadi sangat gelap. Salah satunya adalah ketika karakter Kate bercerita tentang masa kecilnya dan mengapa ia membenci hari natal. Namun sisi gelap itu tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan draft awal naskah film ini. Dalam salah satu wawancaranya, Joe Dante sempat menjelaskan kalau awalnya Gremlins memiliki draft naskah yang jauh lebih gelap dibandingkan dengan hasil akhir filmnya, di mana para gremlin bukan hanya diperlihatkan menyerang manusia, tetapi juga benar-benar membunuh dan bahkan memakan para korbannya.
Saya pikir Gremlins adalah salah satu film komedi horor bertema natal terbaik yang pernah dibuat. Film ini memiliki plot sederhana yang dieksekusi dengan baik, karakter-karakter yang menyenangkan, didukung dengan musik yang akan mudah diingat. Musik tema Gremlins sendiri dibuat oleh komposer legendaris Jerry Goldsmith, yang sebelumnya pernah membuat musik-musik tema ikonik lainnya dari mulai The Omen (1976), Alien (1979), Poltergeist (1982). Meskipun saya sudah menonton Gremlins berulang kali, saya masih saja merasa terhibur.