CALVAIRE / THE ORDEAL
Sutradara: Fabrice du Welz
Prancis / Belgia / Luksemburg (2004)
Review oleh Tremor
Prancis adalah negara yang pernah sukses menghasilkan beberapa film yang cukup mengganggu dan penuh teror, dari mulai High Tension (2003), Frontier(s) (2007), Inside (2007), hingga Martyrs (2008). Masing-masing film tersebut memiliki gaya dan alur cerita yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: berhasil memberi warna baru pada genre horror modern lewat fenomena New French Extremity. Calvaire, atau The Ordeal dalam judul internasionalnya, adalah salah satu film yang lahir pada era ini. Film ini merupakan debut dari penulis / sutradara kelahiran Belgia bernama Fabrice du Welz, dibantu oleh sinematografer Benoît Debie yang sebelumnya pernah menarik perhatian dunia film lewat karya sinematografinya dalam Irreversible (2002).
Calvaire adalah jenis film yang saya pikir akan lebih efektif kalau penontonnya tidak tahu banyak tentangnya. Saran saya, jangan membaca banyak ulasan atau melihat trailer Calvaire sebelum menontonnya. Jadi, saya hanya akan menuliskan sinopsisnya sesingkat mungkin. Marc Stevens adalah seorang penyanyi amatir yang sering disewa untuk menghibur para lansia di panti jompo. Setelah tampil di satu panti jompo, Marc bergegas melakukan perjalanan menuju pekerjaan berikutnya, bernyanyi di panti jompo lainnya pada malam Natal. Di tengah perjalanan melewati hutan dan hujan deras, mobilnya mendadak mogok. Situasi ini memaksanya untuk bermalam di penginapan terdekat yang dikelola oleh seorang mantan komedian bernama Paul Bartel.
Bartel sendiri adalah pria yang terlalu ramah dan kesepian. Ia masih dikuasai rasa sedih setelah kehilangan istrinya, Gloria, dan kini Bartel mencoba untuk berteman dengan Marc karena merasa memiliki latar belakang profesi yang sama, yaitu sebagai penghibur. Bartel mencoba menelpon kenalannya yang berprofesi sebagai montir. Namun sayang, montir tersebut sedang tidak ada. Marc mulai cemas karena ia harus mengejar acara malam natal untuk tampil, dan kini iya terdampar di antah berantah. Dengan baik hati Bartel menawarkan diri untuk memperbaiki mobil Marc. Sambil menunggu, Marc yang tidak terlalu paham dengan mesin mobil pun memutuskan untuk pergi berjalan-jalan di hutan sekitar penginapan. Bartel tampak khawatir dan memberi peringatan pada Marc untuk tidak mengunjungi desa. Ia tidak memberi alasan yang jelas mengapa Marc tidak boleh mendekati desa, tapi ia kelihatan sangat serius soal itu. Sudah bisa diduga, Marc yang penasaran malah mengabaikan peringatan Bartel. Ia pergi ke area desa dengan harapan bisa menemukan mekanik mobil. Namun apa yang ia temukan adalah sesuatu yang sangat mengganggu. Mulai dari sini kejadian gila demi kejadian gila lainnya terjadi, dan hidup Marc berubah menjadi mimpi buruk absurd.
Rasanya saya tidak bisa menuliskan plotnya lebih jauh lagi, karena saya tidak ingin merusak seluruh kejutan dalam Calvaire yang sudah disiapkan sedemikian rupa bagi para penontonnya. Namun ada beberapa hal yang bisa saya bahas. Meskipun banyak yang menganggap Calvaire sebagai satu dari sekian banyak film horor paling mengganggu, tapi jangan berharap kalau kalian akan melihat adegan gore di sini. Maksudnya, jelas ada banyak kekerasan fisik, mental dan seksual dalam Calvaire, namun sutradara Du Welz tidak memilih jalan graphic ekstrim serta bergalon-galon darah ala New French Extremity sebagai cara untuk membuat penontonnya shock. Tetapi ia tetap berhasil mencapai efek yang diinginkan: perasaan tidak nyaman dan teror. Rasa tidak nyaman yang tinggal pada penonton tercapai juga karena Du Welz menyisakan banyak hal untuk imajinasi kita sendiri, dan mungkin seperti itulah film horor yang bagus seharusnya. Selain itu ia juga menciptakan suasana tidak nyaman-nya lewat atmosfer isolasi musim dingin, kesunyian (film ini bahkan tidak memiliki soundtrack), perasaan ketiadaan harapan, surealisme, nihilisme dan ide yang sangat suram tentang apa yang bisa manusia lakukan terhadap manusia lainnya. Calvaire adalah film horor psikologis ekstrim yang walaupun tanpa adegan gore, tetap layak menjadi perwakilan dari fenomena New French Extremity karena kontennya yang sangat mengganggu.
Dengan jelas Calvaire terinspirasi dari film-film survival / backwoods horror klasik seperti Deliverance (1972), The Texas Chain Saw Massacre (1974) dan The Hills Have Eyes (1977). Bahkan ada satu scene yang merupakan homage khusus bagi adegan makan malam mengerikan dari The Texas Chain Saw Massacre 1974. Apa yang membedakan Calvaire dari film-film survival / backwoods horror lainnya adalah dalam cara film ini memainkan peran gender korbannya. Fabrice Du Welz dengan cerdas mencibir sekaligus mengubah gagasan final girl yang sudah terlalu lazim dalam banyak sekali film horor populer. Korban dan pelaku kekerasan dalam film ini sama-sama laki-laki, dan pada akhirnya para penonton horror laki-laki menghadapi pertanyaan: bagaimana kalau laki-laki memperlakukan kekerasan mental dan fisik terhadap laki-laki lain seperti apa yang mereka lakukan terhadap korban-korban perempuan dalam kebanyakan film horror ekstrim?
Calvaire adalah film yang aneh dan cukup mengganggu, dan rasanya tidak banyak film seperti ini. Apa yang film ini tawarkan mungkin adalah studi tentang kegilaan. Saya pikir, tidak semua orang akan bisa menikmati Calvaire. Namun bagi mereka yang menyukai tantangan, atau ingin melihat wajah film ekstrim tanpa adegan gore yang vulgar, tentu saja Calvaire wajib ditonton.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com