MOVIE REVIEW: 10 CLOVERFIELD LANE (2016)

10 CLOVERFIELD LANE
Sutradara: Dan Trachtenberg
USA (2016)

Review oleh Tremor

10 Cloverfield Lane adalah sebuah film thriller apokaliptik dengan bumbu sci-fi, debut dari sutradara Dan Trachtenberg yang di kemudian hari dipercaya membuat film Predator berjudul Prey (2022). Meskipun 10 Cloverfield Lane adalah film kedua dalam waralaba Cloverfield, namun ini adalah karya yang sama sekali berbeda dari pendahulunya, Cloverfield (2008), baik dari segi plot, ide, perspektif, maupun genre. Perbedaan lain yang paling mencolok adalah 10 Cloverfield Lane tidak difilmkan dari sudut pandang orang pertama seperti Cloverfield, dan ini merupakan faktor paling melegakan bagi saya yang bukan penggemar berat teknik found footage. Produser sekaligus kreator Cloverfield J.J. Abrams menggambarkan 10 Cloverfield Lane sebagai “saudara sedarah” Cloverfield dan deskripsi ini sama sekali tidak salah. Perlu dicatat bahwa 10 Cloverfield Lane bukanlah film sekuel konvensional yang melanjutkan kisah Cloverfield 2008 secara langsung. Film ini juga tidak akan menjawab teka-teki tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa Cloverfield. Tanpa membocorkan spoiler apapun, saya hanya bisa mengatakan bahwa plot 10 Cloverfield Lane terjadi dalam jagat yang sama dengan Cloverfield, namun di lokasi serta permasalahan yang sama sekali berbeda.

Setelah kehilangan kesadaran dalam sebuah kecelakaan mobil, seorang perempuan muda bernama Michelle terbangun dengan kaki terborgol ke dinding di dalam ruangan bunker yang dibangun oleh Howard, seorang mantan tentara penganut teori konspirasi. Howard meyakinkan Michelle bahwa ia tidak berniat jahat. Bahkan sebaliknya, Howard telah menyelamatkan Michelle karena ada sebuah serangan biologis/kimia serius di muka bumi ketika Michelle mengalami kecelakaan. Howard sendiri telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun bunker ini sebagai persiapannya menyambut skenario kiamat, seperti yang ia percaya sedang terjadi sekarang. Mereka tidak bisa pergi ke luar bunker karena Howard yakin udara di luar telah terkontaminasi radiasi berbahaya dan mampu membunuh populasi manusia dengan cara yang menyeramkan. Tentu saja, Michelle tidak mempercayai cerita Howard begitu saja, meskipun bagi kita penonton yang pernah menonton Cloverfield pertama, cerita Howard tampak masuk akal. Setelah Howard melepas borgol dan membiarkan Michelle mengeksplorasi bunker, Michelle bertemu dengan salah satu karyawan Howard bernama Emmett yang tidur di ruang penyimpanan logistik. Cerita Emmet ditambah dengan apa yang Michelle saksikan sendiri lewat jendela pintu bunker kemudian meyakinkannya bahwa mungkin Howard memang mengatakan hal yang sebenarnya: serangan itu nyata, dunia luar tidak aman, dan mereka akan mati kalau meninggalkan bunker. Kini mereka bertiga harus menunggu sampai radio Howard menangkap pesan dari militer atau siapapun yang bisa meyakinkan mereka bahwa situasi di permukaan sudah aman. Michelle pun berusaha beradaptasi dengan lingkungan hidup barunya, tetapi paranoia dan ketidakpastian membuat Michelle dan Emmet mulai mempertanyakan motif dan kewarasan Howard. Mungkin saja tetap berada di dalam bunker tidak kalah berbahayanya dengan dunia di luar sana.

Unsur horor yang paling dominan dalam 10 Cloverfield Lane bukan datang dari monster Cloverfield, namun dari paranioa dan ketakutan nyata bahwa mungkin monster sesungguhnya ada dalam diri manusia itu sendiri. Film ini juga menceritakan lebih dari satu cerita sekaligus. Di satu sisi ada serangan yang tak bisa dipahami oleh manusia, di sisi lain orang yang menyelamatkan Michelle terlihat seperti seorang dengan gangguan kejiwaan, membuat penonton tidak pernah benar-benar yakin apakah Howard adalah seorang visioner penyelamat atau seorang psikopat. Bicara soal karakter, saya suka dengan bagaimana film ini menggambarkan dinamika penuh ketegangan yang terbangun di antara ketiga karakternya dalam set lokasi yang sangat terbatas, dengan pengembangan karakter yang sangat baik. Cast yang minimalis seperti ini tentu sangat menantang bagi para pemerannya, dan ini adalah faktor lain yang membuat 10 Cloverfield Lane sangat layak untuk ditonton: ketiga karakternya diperankan dengan sangat bagus, dengan yang paling menonjol adalah aktor veteran John Goodman yang memerankan Howard. Tak hanya kemampuan acting yang meyakinkan, dialog dalam film ini juga cukup bagus, sambil sesekali diselingi sedikit komedi gelap di antara ketegangannya.

Sebagai sebuah film thriller apokaliptik yang dibangun dengan baik, rasanya 10 Cloverfield Lane juga berfungsi sebagai cerita lepas yang sanggup berdiri sendiri. Penontonnya tak diharuskan menonton Cloverfield terlebih dahulu untuk bisa menikmati 10 Cloverfield Lane, dan saya suka dengan konsep “sekuel” seperti ini. Apa yang dilakukan 10 Cloverfield Lane adalah cara yang cerdas sekaligus kreatif dalam membangun sebuah franchise, menjadikannya bagaikan antologi besar. Saya menyukai semua hal tentang film ini. Namun, karena film ini adalah bagian dari jagat Cloverfield, penonton film pendahulunya mau tidak mau tentu bisa sedikit menebak (atau bahkan berharap) bagaimana film ini ini akan berakhir, yang tentunya berkaitan dengan unsur utama jagat Cloverfield: serangan alien-monster. Cloverfield dan 10 Cloverfield Lane adalah dua jenis spesies yang berbeda dan tidak bisa diperbandingkan, namun kalau saya harus memilih di antara keduanya, 10 Cloverfield Lane jelas merupakan film yang lebih unggul dalam hal penulisan dan teknik pengambilan gambar. Dari sudut pandang pembuatan film secara teknis, 10 Cloverfield Lane juga dieksekusi dengan visual artistik yang jauh lebih bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. Rasanya tidak ada keluhan yang ingin saya tulis tentang 10 Cloverfield Lane karena film ini adalah murni film popcorn yang menghibur sekaligus mendebarkan. Secara keseluruhan, saya menikmati 10 Cloverfield Lane dan sangat saya rekomendasikan bagi para penggemar thriller tanpa perlu menjadi penggemar film pendahulunya.