fbpx

ALBUM REVIEW: CRYPT SERMON – THE RUINS OF FADING LIGHT

CRYPT SERMON ‘The Ruins of Fading Light’ ALBUM REVIEW

Dark Descent Records. September 19th, 2019

Epic doom metal

Apabila dibandingkan dengan aliran turunan doom metal lain sepertic sludge metal, stoner metal, dan death/doom, subgenre yang dicetuskan oleh CANDLEMASS lewat debut album-nya, epic doom metal, sepertinya tak terlalu berhasil meraih popularitas selevel para keturunan doom lainya, baik di dalam ataupun diluar negeri, padahal siapa sih yang gak tau CANDLEMASS, rilisannya seabreg-abgreg, udah makan asam jadi headliner festival, dan patch gambar sampul Epicus Doomicus Metallicus berserta homage-nya berceceran dimana-mana, tetapi band epic doom lain sepertinya sampai sekarang pun belum ada yang mampu mencapai tingkat ketenaran sang pionir, meski SOLITUDE AETURNUS, WHILE HEAVEN WEPT, DANTESCO, hingga DOOMSWORD tetap menjadi grup yang sangat di hormati di scene musik heavy metal. Pada tahun 2010’an muncul lumayan banyak debut dari band-band epic doom metal berkualitas, dari ATLANTEAN KODEX, PROCESSION (Chile), LORD VIGO, SMOULDER, ALTAR OF OBLIVION, sampai GODTHRYMM, yang merupakan besutan dua eks-MY DYING BRIDE, dan tentunya CRYPT SERMON, quintet yang diformasikan tahun 2013 lalu di Philadelphia, Amerika Serikat, dan sejauh ini telah melepaskan dua album penuh near flawless, ‘Out of the Garden’ dan ‘The Ruins of Fading Light’.

Album pertama CRYPT SERMON banyak digadang-gadang sebagai salah satu masterpiece aliran doom metal era 2010’an bareng ‘Heartless’ dari PALLBEARER dan ‘Hunted’ dari KHEMMIS, jadi Brooks Wilson (vokal), Steve Jansson (gitar), James Lipczynski (gitar), Frank Chin (bass), dan Enrique Sagarnaga (drum) punya tugas berat untuk menghasilkan follow-up yang at least mampu menyamai lah, tapi ya sama kayak SWALLOW THE SUN,  yang kesulitan bikin lanjutan ‘The Morning Never Came’ dulu, CRYPT SERMON jadinya punya tugas sangat berat saat menulis ‘The Ruins of Fading Light’, memang bagi sebagian orang belum bisa sepadan dengan ‘Out of the Garden’. Tetapi buat saya sendiri full-length kedua dari mereka ini jauh lebih oke sih, karena memang CRYPT SERMON mampu mengkonstruksi materi yang memorable secara hakiki, “The Ninth Templar (Black Candle Flame)”, “Key of Solomon”, dan “Beneath the Torchfire Glare” bener-bener terpatri di kepala sampe terngiang-ngiang terus, tak hanya itu “Our Reverend’s Grave”, dan “Christ Is Dead” meskipun tak terlalu catchy, namun punya aransemen ciamik meski masih dalam koridor-koridor epic doom metal tanpa melenceng keluar sama sekali.

Selain itu LP ini punya penutup yang epik sesuai dengan sub-genre yang digadang band ini, diawali dengan sesi dungeon synth satu menit sebelum disamber riff dan tabuhan bedug menggelegar, dan selama hampir 9 menit, band ini mampu mempertahankan momentum thanks to solo gitar liar dan range vokal luar biasa dari sang frontman Brooks Wilson, yang timbre vokalnya juga yang kadang bikin déjà vu tapi agak sulit mengkerucutkannya ke siapa, salah satu momen terfavorit saya tentunya nomor keenam, “The Snake Handler”, yang ada rasa-rasa epic heavy/power metal pekat dengan vibe 80’an-nya dapet banget, apalagi dengan tarikan vokal yang memang paten. Walaupun album ini masih disampahi interlude yang sebenarnya gak perlu-perlu amat, ‘The Ruins of Fading Light’ bagi buat saya sendiri sih telah menjadi album yang jauh lebih baik dari rilisan debut mereka, alasannya karena semua trek dalam album sophomore CRYPT SERMON ini sangat memorable dan kuat semua, sayangnya kelima pemuda asal US ini udah lumayan lama banget gak ngeluarin sesuatu yang baru, terakhir kali ya kurang lebih lima tahun lalu, semoga saja ada kabar baik beberapa waktu mendatang, tapi sambil nunggu ada baiknya nyolek kembali diskografi CRYPT SERMON, yang emang terbukti impresif semua, sampe cover lagu lengendaris MAYHEM, “De Mysteriis Doom Sathanas” cukup bangke, dan tentunya bagi yang doyan doom, jangan ragu lagi buat dengerin, ‘The Ruins of Fading Light’, karena ya sulit kayaknya dapet sebuah album 50 menit keatas yang top to bottom nampol semua tanpa perlu ada yang di skip. (Peanhead)

9.8 out of 10