ALBUM REVIEW: CAVE IN – HEAVY PENDULUM

CAVE IN ‘Heavy Pendulum’ ALBUM REVIEW

Relapse Records. May 20th, 2022

Alternative metal/Sludge metal/Post-metal

Empat tahun lalu, CAVE IN merilis ‘Final Transmission’, sebuah album berisikan kumpulan demo yang mereka rekam selama periode 2010-2018, yang menjadi rekaman terakhir CAVE IN bersama mendiang Caleb Scofield. Banyak yang mengira kalau ‘Final Transmission’ sesuai judulnya bakalan menjadi album terakhir dari band ini, apalagi mengingat tak lama setelah album tersebut dirilis, Hydra Head Records, label yang menjadi rumah CAVE IN semenjak kompilasi ‘Beyond Hypothermia’ dan debut ‘Until Your Heart Stops’ akhirnya ditutup oleh Aaron Turner, dengan mayoritas hak cipta katalog Hydra Head dikembalkan ke pihak band masing-masing. Namun kabar baik datang pada bulan Juli 2021, CAVE IN mengumumkan bahwa mereka telah bergabung bersama Relapse Records, dan mereka juga sedang mengerjaakan album penuh nomor tujuh mereka bersama produser Kurt Ballou. Nate Newton (CONVERGE, OLD MAN GLOOM, DOOMRIDERS), yang memang teman lama para personil CAVE IN, akhirnya diberikan mandat secara penuh sebagai pemain bass pengganti Caleb Scofield.

Apabila materi-materi dalam  ‘Final Transmission’ terdengar lebih menjurus ke arah komposisi space rock/alternative rock ala ‘Jupiter’, LP ketujuh dari CAVE IN yang berjudul ‘Heavy Pendulum’ ini jelas terdengar lebih abrasif, kotor, dan berat, bahkan kalau dibandingkan sound metalcore dua album sebelumnya, ‘Heavy Pendulum’ udah beda banget, karena dalam full-length terbarunya Stephen Brodsky, Adam McGrath, John-Robert Conners, dan Nate Newton mencoba eksplorasi di ranah sludge metal, stoner metal, hingga grunge, tapi CAVE IN tidak lupa sejarah, pasalnya rilisan ini turut pula menjadi testament perjalanan karir band ini, yang sudah berkarya sejak tahun 1995, karena CAVE IN banyak melemparkan throwback dari diskografi mereka. ‘Heavy Pendulum’ dibuka dengan nomor yang gak kalah heavy sama HIGH ON FIRE dan early MASTODON, “New Reality”, yang menjadi satu dari dua lagu yang ditulis Caleb Scofield (bersama “Amaranthine”), lagu berikutnya “Blood Spiller” punya riff yang gak kalah nampol, namun dengan hook yang kurang dapet. Next “Floating Skulls” punya cita rasa stoner rock yang pekat, lalu dilanjutkan oleh trek self-titled, yang berasa banget pengaruh dari ALICE IN CHAINS, sedangkan “Careless Offering” terdengar seperti hibridisasi antara grunge urakan dan stoner rock.

Meskipun masih terdengar seperti CAVE IN banget, grup ini lagi-lagi mencoba menjamah aliran lain, seperti post-metal dalam “Blinded by a Blaze” dan “Nightmare Eyes”, powerpop but doomy (mirip TORCHE) lewat “Waiting for Love”, dan puncaknya dua lagu pamungkas yang terinjeksi country/americana, kemudian sebagai penutup, CAVE IN mempersembahkan track epik 12-menit “Wavering Angel”, yang menjadi lagu paling nge-prog dari album ini, lengkap dengan guitar solo ngetril, big chorus, dan harmonisasi dua gitar. Memang dari durasinya aja udah keliatan kalo ‘Heavy Pendulum’ bakal bener-bener gila, hampir 71 menit boss!!, meskipun begitu hanya dua lagu saja yang menurut saya yang kurang ngena dan bisa di cut yaitu: “Blood Spiller” dan “Searchers of Hell”, sisanya karena variatif banget, dan banyak mencampuradukan berbagai aliran namun tanpa kehilangan arah dan karakter, membuat ‘Heavy Pendulum’ walau dengan durasi segede gaban, sangat enjoyable buat didengerin. Bahkan menurut saya album ketujuh dari grup asal Methuen, Massachusetts, Amerika Serikat ini, telah menjadi album penuh terbaik mereka sejak ‘Antenna’, karena sampai saat ini pun saya belum bisa menikmati materi dari era ‘Perfect Pitch Black’ dan ’White Silence’, mungkin karena saya dulu kenal CAVE IN lewat lagu-lagu nge-rock mereka dari ‘Jupiter’, bukan dari jaman-jaman metalcore 90’an. ‘Heavy Pendulum’ telah berhasil membuka jalan babak baru perjalanan CAVE IN, dengan lagu-lagu catchy yang sangat variatif, CAVE IN membuktikan bahwa mereka masih at the top of their game, meskipun agak jarang-jarang rilis album baru. Peanhead

9.8 out of 10