UNCLE PECKERHEAD
Sutradara: Matthew John Lawrence
USA (2020)
Review oleh Tremor
Uncle Peckerhead adalah sebuah film komedi horror indie karya penulis / sutradara Matthew John Lawrence yang cukup memuaskan dan menghibur meskipun anggaran produksinya sangat terbatas. Sejak film ini dimulai, sudah terasa aura komedinya karena dibuka dengan klaim bahwa film ini berdasarkan pada kisah nyata, yang tentu saja tidak. Guyonan yang sama pernah digunakan juga dalam film The Return of the Living Dead (1985) yang membuka filmnya dengan disclaimer “based on true story”. Saya punya firasat bahwa disclaimer dalam pembuka Uncle Peckerhead adalah semacam homage untuk The Return of the Living Dead karena meskipun berbeda jaman, keduanya sama-sama menggabungkan unsur subkultur punk dan horor dalam bentuk komedi horor.
Penulis Matthew John Lawrence membuat premis cukup menarik untuk sebuah film horor/komedi yang berpusat pada sebuah band pop punk 90-an bernama DUH!. Band ini beranggotakan Judy yang ambisius pada bass/vokal, Max yang periang sekaligus pemalas pada vokal / gitar, serta Mel yang pesimis dan nihilis pada drum. Mereka baru saja merilis demo tape dan sedang mempersiapkan diri untuk menjalani tur mandiri pertama mereka. DUH! bukanlah band besar. Pada dasarnya bahkan tak seorangpun mengenal mereka. Namun mereka bertiga siap mengorbankan segalanya untuk mengejar mimpi mereka: menjadi band besar dan mendapat deal dengan perusahaan rekaman panutan mereka. Nasib sial sudah terjadi sejak tur belum dimulai. Mobil yang mereka sewa tiba-tiba dicuri saat mereka hendak berangkat. Dengan putus asa mereka berusaha mencari pinjaman mobil, hingga akhirnya mereka berjumpa dengan seorang pria asing bernama Peckerhead, disingkat Peck, yang menawarkan mobilnya. Peck adalah seorang hillbilly homeless yang tinggal dalam mobil van-nya, dan dia siap menjadi roadie sekaligus supir untuk DUH! selama Judy dan kawan-kawan memberinya imbalan makan dan uang yang layak selama tur berlangsung. Perlu dicatat, kata “Pecker” dalam bahasa slang Amerika memiliki arti “penis”, dan pria tua ini bersumpah bahwa Peckerhead adalah nama yang diberikan oleh ayahnya. Kesan pertama yang kita dapat dari Peck adalah ia sangat sopan, ramah dan menyenangkan. Tak memiliki pilihan lain, Judy, Max dan Mel pun akhirnya menjalankan tur pertama mereka dengan mobil Peck. Ada banyak hal yang bisa dikhawatirkan oleh sebuah band pemula yang tak dikenal saat menjalankan tur perdana mereka. DUH! jelas tidak memiliki uang yang cukup untuk menyewa hotel dan menyantap makanan enak. Satu-satunya harapan adalah uang yang akan mereka terima dari promotor venue tempat mereka bermain, penjualan merchandise dan demotape, serta kebaikan hati orang yang akan mereka temui di sepanjang tur yang mungkin saja menawari mereka tempat menginap gratis. DUH! sudah siap dengan perjalanan yang tidak mudah ini: tidur di dalam mobil sempit, kehabisan uang bensin, hingga bertemu dengan band lain yang bertingkah menyebalkan. Namun ada satu hal yang tak mereka bayangkan sebelumnya, paman Peckerhead rupanya mengidap kondisi tertentu. Setiap tengah malam, selama tiga belas menit, Peck yang baik hati bertransformasi menjadi iblis pemangsa manusia untuk bertahan hidup, dan tur pertama DUH! menjadi semakin buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.
Plot Uncle Peckerhead sendiri banyak berfokus pada perjalanan tur DUH! sebagai band pemula, serta dinamika dan persahabatan antara karakter personil DUH! dengan Peck yang banyak melahirkan momen-momen menggelikan di sepanjang film. Saya sangat mengapresiasi aktor pendatang baru David Littleton dalam memerankan karakter Peck. Apalagi ini adalah debutnya bermain dalam film fitur. Littleton membuat karakter Peck menjadi figur yang menyenangkan, sopan, penuh hormat, baik hati, setia kawan, sekaligus sebagai sosok yang paling banyak menyebabkan masalah di sepanjang film. Karakternya membuat penonton ingin membela Peck meskipun ia adalah iblis penyantap manusia. Akhirnya kita juga jadi bisa memahami mengapa para personil DUH! bisa percaya kalau Peck tidak akan memangsa mereka dalam perjalanan tur. Ditambah lagi kebanyakan korban Peck adalah orang-orang yang memang menyebalkan, kita bisa semakin merasakan dukungan kita pada Peck. Film ini memberi perspektif baru tentang monster, karena karakter Peck sepenuhnya dimanusiakan di sini. Karakter Peck sepertinya memang sedikit terinspirasi dari karakter Toxic Avenger buatan Troma Entertainment. Keduanya sama-sama monster brutal yang pada dasarnya berhati baik. Hal ini diperjelas oleh sutradara Lawrence ketika ia memperlihatkan Max dan Mel sedang menonton film The Toxic Avenger Part II (1989) di layar TV dalam salah satu adegan. Ini jelas merupakan penghormatan dari Lawrence untuk Troma Entertainment. Meskipun tidak sebrutal film-film Troma, tapi Uncle Peckerhead memang memiliki beberapa adegan gore yang dibuat dengan special effect tradisional yang cukup berkualitas. Yang paling menonjol dan fun salah satunya adalah saat Peck mencabut kepala ala fatality klasik milik Sub-Zero dari Mortal Kombat.
Karena fokus film ini ada pada band DUH!, maka musik menjadi unsur yang tak kalah penting dalam Uncle Peckerhead. Musik DUH! sendiri terasa sangat enerjik dan catchy, mengingatkan saya pada band-band pop punk 90-an seperti Pennywise, Screeching Weasel, hingga The Queers dalam versi yang lebih pendek dan pemarah, dengan sedikit sentuhan harmoni dua vokal pria dan wanita ala X (band punk rock akhir 70-an dari LA, Amerika). Sayang sekali DUH! bukan band sungguhan, karena saya yakin band seperti ini akan memiliki banyak penggemar. Dalam Uncle Peckerhead, karater Max adalah orang yang sangat canggung dan pemalu saat harus berkomunikasi dengan penonton dari atas panggung. Namun saat ia memainkan musiknya, Max seakan melepaskan dirinya dan bermain dengan maksimal. Pantas saja karena rupanya semua lagu yang dimainkan oleh DUH! dalam film ini adalah lagu original yang ditulis khusus untuk film Uncle Peckerhead oleh Jeff Riddle, aktor pemeran karakter Max yang juga adalah seorang musisi dalam kehidupan nyatanya. Apresiasi juga bisa ditujukan pada Chet Siegel, aktris pemeran karakter Judy yang tampil sangat meyakinkan dan penuh energi setiap kali kita melihat ia bermain bass sambil berteriak.
Pada dasarnya, film Uncle Peckerhead adalah film komedi horror indie ringan yang unsur humornya sama sekali tidak terkesan dipaksakan. Ini adalah salah satu jenis film komedi Amerika yang tidak berusaha keras untuk menjadi lucu, dan saya pribadi suka dengan komedi semacam itu. Film ini sangat menghibur, konyol, diproduksi dengan baik, memiliki soundtrack yang catchy, dengan jumlah adegan gore yang cukup, serta nuansa klasik 90-an yang sangat kuat. Para pemeran karakter utamanya (para personil DUH! dan Peck) juga cukup berbakat, meskipun ada beberapa gaya acting yang agak kaku pada awal film. Saya sangat menikmati seluruh waktu yang saya habiskan untuk menonton Uncle Peckerhead, mungkin karena saya tidak berekspektasi apapun sejak awal dan tidak menganggapnya terlalu serius. Jadi kalau kalian menyukai film komedi dengan sedikit dosis horror gore yang tepat, ditambah dengan musik pop-punk 90-an, Uncle Peckerhead adalah film yang layak untuk ditonton.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com