
TOTALLY KILLER
Sutradara: Nahnatchka Khan
USA (2023)
Review oleh Tremor
Sejak tahun 2017, rumah produksi spesialis horror bernama Blumhouse merilis beberapa film black comedy slasher modern yang cukup menyegarkan karena dipadukan dengan sedikit konsep sci-fi karya sutradara Christopher Landon: Happy Death Day (2017) dan sekuelnya yang membawa konsep time loop, serta Freaky (2020) dengan konsep tubuh yang tertukar. Pada tahun 2023, Blumhouse kembali merilis film black comedy slasher dengan unsur sci-fi berjudul Totally Killer yang disutradarai oleh Nahnatchka Khan berdasarkan skenario yang ditulis David Matalon, Sasha Perl-Raver, dan Jen D’Angelo. Mereka yang menikmati Happy Death Day dan Freaky kemungkinan besar akan menyukai Totally Killer juga, karena film ini terasa seperti sebuah pelengkap yang tepat untuk kedua karya Landon tersebut. Dengan cerdik Totally Killer menggabungkan horror slasher, komedi, teen movie, misteri pembunuhan, lengkap dengan konsep sci-fi tentang perjalanan waktu. Rasanya seperti sebuah persilangan yang menyenangkan antara Back to the Future (1985), Scream (1996), dan Mean Girls (2004). Mungkin ini terdengar seperti persilangan yang aneh, tetapi ternyata Totally Killer berhasil memadukannya dengan cukup baik.

Totally Killer berkisah tentang seorang gadis remaja bernama Jamie Hughes yang tinggal di sebuah kota kecil Vernon. Ibu Jamie yang bernama Pamela / Pam sangat over protective terhadap putrinya karena ia masih dihantui trauma masa lalu yang tragis. Tiga puluh lima tahun sebelumnya, tepatnya pada Oktober 1987, tiga sahabat Pam dibunuh dengan brutal oleh seorang pembunuh berantai ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Pembunuh bertopeng ini dijuluki The Sweet Sixteen Killer karena ketiga korbannya ditusuk sebanyak 16 kali di malam mereka berulang tahun yang ke-16. Polisi tidak pernah berhasil menemukan siapa pembunuhnya. Pada malam Halloween 2023, Jamie ingin pergi menonton konser bersama sahabatnya, Amelia. Tapi Pam berusaha melarangnya karena bulan Oktober selalu mengingatkannya pada bayang-bayang The Sweet Sixteen Killer. Jamie merasa kekhawatiran ibunya terlalu berlebihan dan meyakinkannya bahwa sekarang sudah bukan tahun 1987 lagi. Namun Jamie salah besar. Setelah menghilang selama 35 tahun, malam itu juga Sweet Sixteen Killer kembali untuk membunuh Pam. Dalam masa dukanya, Jamie banyak ditemani oleh Amelia, yang kebetulan sedang membangun sebuah mesin waktu untuk proyek kelas sainsnya. Namun Amelia belum berhasil membuat mesin waktu tersebut benar-benar berfungsi. Suatu malam, Jamie disergap dan dikejar oleh The Sweet Sixteen Killer, dan iapun lari bersembunyi di dalam mesin waktu buatan Amelia. Hujaman pisau sang pembunuh yang meleset akhirnya mengenai salah satu bagian mesin, yang ternyata mengaktivasi mesin waktu dan mengirim Jamie ke tahun 1987. Jamie tak tahu bagaimana caranya pulang ke tahun 2023, tapi ia menyadari kalau ia bisa menemukan identitas The Sweet Sixteen Killer dan menghentikannya sebelum pembunuhan pertamanya, mungkin itu akan menyelamatkan nyawa ibunya.

Sebagian besar komedi dalam film ini datang dari bagaimana seorang remaja gen Z yang progresif dan cerdas seperti Jamie harus berhadapan dengan situasi serta budaya Amerika 1980-an yang lebih simpel dan acuh dibanding 2023, di mana ia menemukan banyak sekali perbedaan budaya dan moral yang mengejutkannya. Totally Killer menyorot perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara yang kocak, mengalir ringan, tetapi juga kritis. Jamie juga harus berhadapan dengan geng ibunya, sekelompok murid perempuan populer sekolah yang menamai kelompok mereka “The Mollys”. Menurut saya, keputusan untuk menggabungkan film slasher dengan tema perjalanan waktu dan berlatar tahun 80-an merupakan keputusan cerdas, karena selain idenya terasa menyegarkan, film ini juga seperti mengenang kembali masa kejayaan film slasher menggunakan kacamata modern. Penulis Totally Killer cukup brilian dalam menggambarkan para remaja di tahun 1987 berperilaku seperti stereotip remaja dalam film-film slasher klasik 80-an pada umumnya: sering mengambil keputusan bodoh, ignorant, naif, hanya peduli soal pesta dan bersenang-senang dengan liar. Meskipun Jamie telah berusaha sebaik mungkin untuk melindungi The Mollys dari potensi pembunuhan, atau setidaknya mengarahkan mereka untuk mengambil keputusan-keputusan yang lebih bijaksana, tetapi mereka tetap saja mengambil langkah yang salah, menempatkan diri mereka sendiri dalam bahaya, dan itu membuat Jamie frustrasi. Selain itu, komedi film ini juga memainkan peran orang tua/anak yang terbalik, di mana Jamie sebagai anak harus bertanggung jawab dan (calon) orang tuanya adalah anak-anak bandel yang harus diatur.

Karena mayoritas film ini menggunakan setting 1987, maka ada banyak sekali hal yang sangat 80-an di sini. Salah satunya adalah desain topeng The Sweet Sixteen Killer yang terlihat seperti karikatur image seorang remaja laki-laki “cool” ala 80-an akhir. Rambut pirang, senyum sinis menyeringai, lengkap dengan anting di salah satu telinganya, mengingatkan saya pada sosok Billy Idol dalam bentuk karikatur topeng, dan tentu desain ini sangat cocok dengan keseluruhan nuansa konyol dan budaya 1980-an dalam Totally Killer. Pemilihan soundtrack film ini juga terasa sangat cocok dan menyenangkan terutama bagi mereka yang menyukai musik populer 80-an, dari mulai “Venus”-nya Bananarama, “The Killing Moon”-nya Echo & The Bunnymen, hingga “Bizarre Love Triangle” milik New Order. Hal lain yang sangat 80-an dari film ini adalah referensinya pada film Back to the Future (1985) yang bisa jadi merupakan salah satu inspirasi terbesar Totally Killer. Dalam beberapa kesempatan, Jamie menggunakan plot film tersebut sebagai referensi penjelasan singkat tentang bagaimana ia bisa mengetahui tentang pembunuhan yang akan terjadi: karena ia datang dari masa depan. Meskipun banyak karakter dalam film ini sudah menonton Back to the Future, tapi tentu saja tidak ada yang percaya pada Jamie kecuali karakter Lauren yang suatu hari akan menjadi ibu dari Amelia, sahabat Jamie. Dengan cara ini, saya pikir Totally Killer berhasil memberi penghormatan tertingginya pada Back to the Future tanpa perlu menjadi sebuah produk imitasi.
Namun, film dengan konsep perjalanan waktu seperti ini akan selalu memiliki tantangannya tersendiri, yaitu bermunculannya plot hole dan kerumitan logika tertentu. Saya pikir itu adalah hal yang wajar dan bisa dimaklumi. Meskipun ide tentang mesin waktu dalam Totally Killer terasa begitu mustahil, tapi tetap saja film ini sangat menghibur ketika kita bisa menerima ide tersebut sejak awal tanpa perlu banyak memikirkan logikanya. Lagipula, Totally Killer adalah film komedi yang ringan dan bukan film semacam serial Dark. Tak perlu terlalu serius. Untuk sebuah film komedi ringan, adegan pembunuhannya bisa dibilang cukup brutal meskipun tidak seekstrim film slasher pada umumnya. Tapi para penggemar film-film slasher serius berdarah-darah dan penuh adegan kekerasan mungkin akan kecewa dengan Totally Killer, karena film ini memang lebih banyak berfokus pada komedi dan perjalanan karakter Jamie dibandingkan bodycount dan adegan gore. Saya pribadi cukup terhibur dan menikmati seluruh waktu saya selama menonton Totally Killer, karena film ini cukup menyegarkan, cerdik, dan yang terpenting adalah fun.
