MOVIE REVIEW: SPLINTER (2008)

SPLINTER
Sutradara: Toby Wilkins
USA (2008)

Review oleh Tremor

Splinter yang merupakan karya debut seorang mantan seniman efek visual bernama Toby Wilkins ini adalah sebuah film monster parasit / body horror yang bisa dibilang cukup memuaskan. Walaupun film independen, tapi kualitas produksinya tidak terasa seperti film kelas-B berbajet rendah pada umumnya. Skenario yang ditulis oleh Kai Barry dan Ian Shorr juga tidak membuang-buang banyak waktu dalam bercerita ataupun memaparkan penjelasan, dan menurut saya itu sangat tepat untuk film seperti Splinter. Hanya diperlukan sedikit introduksi pendek sebelum mengisi keseluruhan film dengan adegan-adegan survival yang menegangkan sekaligus menyenangkan untuk ditonton. Splinter juga adalah jenis film horror dimana plot cerita, backstory dan penggalian karakternya tidak terlalu penting, jadi saya hanya akan menuliskannya secara singkat.

Kisahnya bisa dibilang sederhana dan umum: tempat terpencil, monster parasit, dan beberapa orang yang terjebak melakukan segala yang mereka bisa untuk bertahan hidup dari situasi mengerikan. Sepasang kekasih, Seth dan Polly, batal berlibur camping dalam hutan setelah secara tidak sengaja merusak tenda yang hendak mereka dirikan. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mencari motel di kota terdekat. Dalam perjalanan, mobil mereka dihentikan dan dibajak oleh seorang kriminal bernama Dennis beserta pacarnya seorang pecandu yang bernama Lacey. Sebagai tawanan, Polly dan Seth harus mengantar Dennis dan Lacey ke tujuan yang mereka minta. Tiba-tiba mobil yang mereka kendarai melindas hewan yang dagingnya masih bisa bergerak-gerak walaupun sudah mati dan tidak berbentuk akibat terlindas. Tubuh hewan naas ini juga mengeluarkan semacam duri landak yang rupanya mengoyak ban dan tanki bensin mobil. Setelah berhasil mengganti ban, mereka bergegas melanjutkan perjalanan dengan kondisi bensin yang terus berkurang karena tanki bocor. Beruntung, tak jauh dari sana ada sebuah pom bensin. Sesampainya di pom bensin itu, Lacey dibunuh oleh mayat petugas pom bensin yang berperilaku layaknya zombie dengan banyak semacam duri landak keluar dari tubuhnya. Seth, Polly serta Dennis panik dan segera mengunci diri dalam mini market kosong yang terpencil itu. Kini mereka terjebak di dalam sana dan harus mempertahankan diri dari serangan monster parasit berbentuk duri landak yang menggunakan tubuh mayat korbannya sebagai kendaraan untuk memenuhi insting paling mendasarnya: makan.

Walaupun ceritanya terdengar klise, namun secara mengejutkan Splinter dibuat dan dieksekusi dengan cukup baik, membuat kita segera memaafkan plot yang tidak cukup orisinil ini. Sebagai film indie berbajet rendah, Splinter juga menjadi contoh menarik tentang bagaimana ide film horror (dan ide kreasi monster) yang bagus dapat direalisasikan dengan biaya yang tidak terlalu besar namun tetap efektif. Saya pribadi suka dengan kesederhanaan cerita Splinter dan monsternya yang kreatif. Durasinya juga sangat tepat untuk film semacam Splinter: tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek. Film monster berbajet rendah yang dibuat secara fantastis ini jelas mengambil banyak referensi dari film-film sejenis yang pernah ada. Saya pribadi sangat menikmati bagaimana plot film ini tidak bertele-tele, dan bagaimana para karakternya hampir tidak pernah mengambil keputusan bodoh seperti dalam kebanyakan film horror pada umumnya. Karakter-karakter dalam Splinter adalah orang-rang yang cukup cerdas. Mereka benar-benar bekerja sama menggunakan akal dan otaknya untuk bertahan hidup. Memang, tidak semua usaha pertahanan yang mereka coba lakukan berhasil, tetapi setidaknya mereka benar-benar mempertimbangkan semua kemungkinan sebelum melakukan sesuatu. Tidak ada satupun karakter yang lari terburu-buru ke dalam kegelapan sambil berteriak-teriak hanya untuk mati konyol kemudian, misalnya.

Bagian favorit saya dari film ini jelas adalah saat tubuh-tubuh manusia yang terinfeksi mulai tercerai-berai dan bertransformasi. Potongan-potongan mayat korbannya mulai bergabung menjadi satu tubuh yang baru. Hasilnya, bagaikan suatu organisme yang mencoba terlihat seperti manusia normal namun tidak menyadari bahwa ia adalah sosok yang menakutkan. Berbeda dengan plotnya yang terdengar klise, monster parasit serta semua yang ia lakukan pada tubuh manusia dalam Splinter merupakan kreasi yang terasa original, cemerlang dan sangat kreatif, yang otomatis menjadi daya tarik utama film ini. Tentu ide dasar monster parasit akan sedikit mengingatkan kita pada konsep parasit dalam The Thing (1982) karya John Carpenter, dimana ia merekonstruksi sekaligus menggunakan tubuh inangnya untuk memenuhi kebutuhan primitifnya: bertahan hidup dan meneruskan spesiesnya. Tapi cara parasit Splinter dalam mengambil alih tubuh manusia sangat berbeda dengan yang dilakukan parasit dalam The Thing. Meskipun kita dan para karakter dalam film ini tidak pernah benar-benar memahami mahluk apa dan dari mana asal parasit duri-duri landak tersebut, tetapi setidaknya kita bisa menerkanya sedikit berkat dugaan karakter Seth yang kebetulan adalah seorang mahasiswa biologi. Tapi bagi kebanyakan penggemar film horror, penjelasan ilmiah adalah hal paling terakhir yang dianggap penting dalam sebuah film. Hal yang utama tentu saja adalah ketegangan dan rasa mencekam.

Namun sayang sekali, karena keterbatasan dana, monster Splinter tidak pernah benar-benar terlihat dengan jelas. Efek kamera yang dipenuhi dengan guncangan dalam film ini mungkin adalah usaha untuk menyembunyikan keterbatasan bajet mereka. Daripada menggunakan CGI murahan namun jelas terlihat, mungkin keputusan efek guncangan kamera memang merupakan pilihan yang jauh lebih baik. Terlepas dari semua kekurangannya, Splinter tetaplah merupakan film yang sangat menyenangkan untuk ditonton untuk para penggemar monster. Splinter berhasil menciptakan atmosfer menyeramkan serta momen-momen intens yang dilengkapi dengan adegan-adegan gore yang juga tak kalah menghiburnya. Bonus bagi para penggemar film action heroik, film Splinter ditutup dengan aksi kepahlawanan hiperbolis yang tentu akan membuat para penggemar film action merasa puas. Film Splinter sangat direkomendasikan untuk mengisi malam minggu sambil bersenang-senang.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com