NO ONE WILL SAVE YOU
Sutradara: Brian Duffield
USA (2023)
Review oleh Tremor
No One Will Save You adalah sebuah film sci-fi horror bertema serangan alien yang cukup unik karena dipadukan dengan pendekatan horor home invasion. Home invasion sendiri adalah salah satu sub-genre horor yang saya anggap terasa paling menyeramkan secara nyata dibandingkan sub-genre horor lainnya, karena sub-genre ini mengeksploitasi kecemasan mendasar para penontonnya: serangan teror di lokasi yang seharusnya paling aman, yaitu di rumah sendiri. Kalau biasanya penyerangan rumah dalam film-film semacam ini dilakukan oleh perampok atau psikopat, sekarang bayangkan kalau ini dilakukan oleh makhluk ekstraterestrial. Ide brilian menggabungkan sub-genre alien/home-invasion ini datang dari sineas muda Brian Duffield yang menulis, menyutradarai sekaligus menjadi produser dalam No One Will Save You. Selang tiga hari setelah film ini dirilis di saluran streaming Hulu, penulis horror legendaris Stephen King segera memberi pujian dalam akun twitternya: “No One Will Save You: Brilliant, daring, involving, scary.”
Brynn adalah seorang perempuan muda yang tinggal sendirian di rumah masa kecilnya yang jauh dari kota. Bukan tanpa alasan mengapa Brynn tampak tidak memiliki teman. Kita bisa melihat bagaimana para tetangga dan penduduk kota setempat bersikap tidak bersahabat pada Brynn. Bisa dibilang, Brynn dikucilkan oleh penduduk karena sesuatu yang pernah terjadi di masa lalunya, yang akan diungkapkan secara perlahan dalam film ini. Brynn yang kesepian tetap berusaha menjalani kehidupan sehari-harinya meskipun ia tidak memiliki siapa-siapa. Suatu malam, ia terbangun dari tidurnya karena suara-suara aneh yang datang dari ruangan lantai dasar rumahnya. Brynn ketakutan setengah mati setelah memeriksa dari mana datangnya suara itu. Tamu tak diundang tersebut bukanlah manusia atau pencuri, melainkan penyusup dari planet lain. Setelah perjumpaan pertama mereka, sudah cukup jelas kalau makhluk tersebut datang bukan untuk berteman. Brynn berusaha bersembunyi, namun usahanya sia-sia. Dengan semua sisa kenekatan dan insting bertahan hidupnya, Brynn berusaha membela diri hingga tanpa diduga berhasil membunuh makhluk tersebut dengan senjata seadanya. Namun ini bukanlah akhir dari teror yang Brynn alami.
Seperti sebelumnya sudah saya sebut, gagasan memadukan film home-invasion dan alien-invasion adalah keputusan yang brilian, membuat film serangan alien ini terasa sangat menyegarkan. Dari sisi tema penyerangan rumah-nya, film ini terasa sangat menegangkan. Highlight bagi saya pribadi adalah 30 menit pertama dari No One Will Save You yang sepertinya sangat cocok untuk dijadikan film pendek tersendiri. Babak pertama ini sangat efektif, intens, menegangkan, sekaligus juga menyeramkan. Ketika babak tersebut berakhir dan alien pertama dalam film ini berhasil dibunuh, No One Will Save You masih memiliki sisa durasi sekitar satu jam lagi. Namun tidak ada satupun adegan yang datang kemudian yang mampu mencapai tingkat semenyeramkan babak pertamanya. Tapi bukan berarti No One Will Save You kehilangan ketegangannya, karena teror alien akan terus berlanjut.
Apa yang saya suka dari No One Will Save You adalah sutradara Brian Duffield tidak membuat kita menunggu terlalu lama hingga sesuatu terjadi, termasuk penampakan monster dalam film ini. Ketika Brynn memeriksa ruangan lantai bawah, dengan jelas kita bisa melihat sosok penyusup ekstraterestrial dengan desain yang sangat klasik dan familiar, yaitu jenis grey alien yang cukup populer karena alien bermata besar dan berkulit abu-abu ini diklaim sebagai spesies alien yang tubuhnya ditemukan di lokasi kecelakaan pesawat di Roswell, Amerika pada tahun 1947, dan melahirkan banyak sekali teori konspirasi kemudian. Ini bukan pertama kalinya sosok grey alien muncul dalam film sci-fi dan horor. Sebelumnya sudah ada film-film seperti Close Encounters of the Third Kind (1977), Communion (1989), Dark Skies (2013), hingga Extraterrestrial (2014) yang juga menggunakan grey alien di dalamnya. Meskipun bukan desain yang original dan baru, tapi Duffield berhasil membuat sosok grey alien dalam No One Will Save You terasa sangat mengancam dan menyeramkan lewat desain detail bagian tubuhnya, serta desain suara vokalnya yang sangat menyeramkan. Alien yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi dan kemampuan telekinetik ini digambarkan sebagai karakter yang cukup agresif dan kejam. Meskipun dikerjakan dengan CGI, tapi saya cukup puas melihat hasilnya.
Saya rasa, kekuatan terbesar No One Will Save You yang sangat layak diapresiasi adalah kinerja aktris Kaitlyn Dever yang berperan sebagai Brynn dengan luar biasa. Bisa dibilang, No One Will Save You adalah one-woman-show di mana Dever selalu muncul di layar sejak film dimulai, dan keberhasilan film ini ada pada pundaknya. No One Will Save You sendiri ditulis nyaris tanpa memiliki dialog di sepanjang film. Menurut IMDB, film No One Will Save You hanya memiliki delapan kata saja yang diucapkan selama durasi film berjalan. Ini bukanlah gimmick belaka, tetapi justru cukup masuk akal mengingat karater Brynn adalah seseorang yang kesepian dan tidak memiliki siapapun untuk ia ajak bicara. Karena tidak ada dialog dalam film ini, maka tugas Dever semakin berat karena ia harus menyampaikan emosi dan pikirannya hanya melalui tindakan, reaksi, bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Kinerja Dever juga sangat berhasil membuat karakter Brynn mengundang simpati dan mudah disukai oleh penonton meskipun ia nyaris tidak pernah berbicara di sepanjang film.
Sutradara Brian Duffield sepertinya juga melakukan riset yang cukup baik seputar kisah horor penculikan alien, ditambah dengan beberapa referensi dan pengaruh dari film lain dari mulai Signs (2002) tentang penyerangan rumah dan tanda-tanda yang ditinggalkan UFO, Invasion of the Body Snatchers (1978) tentang spesies alien parasit yang mengambil alih tubuh manusia, hingga dua film buatan Steven Spielberg yaitu War of the Worlds (2005) dan Close Encounters of the Third Kind (1977). Di sisi lain, No One Will Save You juga memiliki keunikan yang mengingatkan saya pada A Quiet Place (2018) karena minimnya dialog dalam film ini. Mungkin tidak ada hal baru dalam No One Will Save You, tetapi secara keseluruhan ini adalah sebuah film sci-fi horror yang menyenangkan, menyegarkan dan menyeramkan, dengan sinematografi yang cantik dan dieksekusi dengan sangat baik. Atmosfer film ini juga tak kalah bagusnya dan sangat efektif dalam menciptakan perasaan terisolasi dan ketakutan, menghasilkan sebuah film yang dengan cerdik menggabungkan tema tentang alienasi dalam kehidupan sosial dan tema invasi alien dengan menarik dan tetap berhasil menyeramkan pada beberapa bagian. Beberapa orang mungkin tidak menyukai ending-nya yang ambigu. Saya pribadi memiliki beberapa teori tenang ending-nya, namun semuanya tentu kembali pada setiap penontonnya untuk mengintepretasikan seperti apa nasib Brynn pada akhirnya. Menemukan film No One Will Save You secara tidak sengaja dan tanpa ekspektasi merupakan kejutan yang menyenangkan bagi saya, dan saya sangat merekomendasikan film ini bagi mereka yang menyukai film sci-fi horor penuh ketegangan, kisah penculikan alien, serta lore tentang grey alien.