fbpx

MOVIE REVIEW: NECRONOMICON: BOOK OF THE DEAD (1993)

NECRONOMICON: BOOK OF THE DEAD
Sutradara: Brian Yuzna, Christophe Gans, Shûsuke Kaneko

USA / Prancis / Jepang (1993)

Review oleh Tremor

Necronomicon: Book of The Dead adalah sebuah film antologi horror yang dibuat oleh Brian Yuzna, seorang produser, sutradara sekaligus penulis film Amerika kelahiran Filipina yang namanya sudah tidak asing lagi dalam industri film horror. Walaupun ia sering bekerja sama dengan sutradara Stuart Gordon dalam beberapa proyek film lovecraftian horror lainnya, tapi kali ini Gordon tidak dilibatkan sama sekali. Dalam film antologi ini, Yuzna memutuskan untuk mengambil “kitab suci” lovecraftian sebagai tema utamanya, sebuah kitab yang sering disebutkan dalam beberapa karya Lovecraft. Kitab ini bernama Necronomicon, dan merupakan salah satu kreasi Lovecraft yang paling terkenal setelah mahluk Chtulhu. Banyak orang percaya kalau Lovecraft mendapat inspirasinya dari sebuah kitab serupa yang benar-benar ada dalam dunia nyata. Dalam semesta Lovecraftian, Necronomicon kadang berfungsi sebagai buku mantra, terkadang sebagai kitab rahasia alam semesta. Antologi Necronomicon: Book of the Dead adalah antologi yang cukup spektakuler dengan tiga sutradara hebat, tiga kisah Lovecraft klasik, dan banyak monster. Kali ini Yuzna bekerja sama dengan sutradara Shûsuke Kaneko asal Jepang, dan Christophe Gans asal Prancis untuk mempersembahkan 3 segmen cerita pendek yang masing-masing merupakan adaptasi lepas dari beberapa cerpen buatan H.P. Lovecraft. Segmen pertama, disutradarai oleh Christophe Gans, berjudul The Drowned yang merupakan adaptasi dari cerpen Lovecraft berjudul “The Rats In The Wall “ (1924). Segmen berikutnya berjudul The Cold, disturadarai oleh Shûsuke Kaneko, merupakan adaptasi bebas dari cerpen Lovecraft berjudul “Cool Air” (1928). Sementara segmen terakhir berjudul The Whispers, disutradarai oleh Brian Yuzna sendiri dan merupakan interpretasi pribadinya dari cerpen Lovecraft yang berjudul “The Whisperer in Darkness” (1931). Seperti umumnya sebuah film antologi, ketiga segmen tersebut diikat dengan sebuah cerita bingkai berjudul “The Library” yang juga disutradarai oleh Yuzna.

Para penggemar Lovecraft boleh merasa senang karena cerita bingkai dalam film ini adalah kisah tentang H.P. Lovecraft sendiri. Namun cerita ini murni fiksi dan tidak mengacu pada kejadian asli manapun yang melibatkan Lovecraft. Dalam segmen The Library, diceritakan H.P. Lovecraft sangat berambisi untuk memburu salinan kitab Necronomicon, sebuah buku magis terlarang yang banyak dicari orang karena berisi dengan pengetahuan-pengetahuan gelap. Dalam pencariannya, ia akhirnya berhasil menemukan keberadaan kitab tersebut dijaga ketat oleh para biarawan dari kultus rahasia dalam sebuah perpustakaan. Lovecraft pun mencuri kunci menuju ruang rahasia tempat dimana Necronomicon disimpan, menyelinap ke sana dan mulai membaca kitab terlarang tersebut sambil menuliskan 3 buah cerita pendek dalam buku catatannya, dengan Necronomicon yang terbuka di depannya sebagai inspirasi.

Cerita pertama, The Drowned, berkisah tentang seorang pria bernama Edward De LaPoer yang baru saja mendapat warisan dari pamannya, Jethro De La Poer. Warisan tersebut berupa sebuah bangunan angker di atas tebing batu di pinggir laut. Edward yang kemudian bermalam sendirian di rumah megah tersebut membaca surat terakhir dari pamannya yang mengungkapkan kisah tragis tentang bagaimana pamannya kehilangan istri dan anaknya dalam sebuah kecelakaan. Putus asa karena tragedi tersebut, pamannya membakar injil dan mengusir tuhan dari rumahnya saat para kolega sedang bersiap mendoakan jenazah. Malam itu juga sesuatu (bukan seseorang) mendatangi paman Jethro, meninggalkan kitab Necronomicon yang berisi ilmu-ilmu terlarang, salah satunya adalah tentang cara membangkitkan mereka yang telah meninggal. Jethro sangat ingin keluarganya kembali. Ia akhirnya mulai melakukan sebuah ritual dengan petunjuk dari Necronomicon. Tak lama kemudian anak istrinya benar-benar kembali bangkit dari maut, namun dalam wujud yang mengerikan. Jethro De La Poer akhirnya membunuh dirinya sendiri. Setelah membaca surat tersebut, luka lama Edward terkuak. Ia juga pernah mengalami sebuah kecelakaan mobil yang merenggut nyawa istrinya, Clara. Edward tidak belajar dari kesalahan pamannya. Ia malah tergiur dengan kemungkinan bisa membangkitkan kembali istrinya. Edward pun mulai mengobrak abrik seisi rumah untuk mencari Necronomicon yang disembunyikan oleh pamannya. Ritual yang sama segera dilakukan setelah ia menemukan Necronomicon dan malam itu juga Clara benar-benar datang. Edward menyampaikan perasaan menyesal atas kecelakaan yang menimpa istrinya. Tapi tentu saja ini bukan Clara yang sama, dan Edward kini harus berhadapan dengan sesuatu yang selama ini tinggal di bawah kastil pamannya.

Kisah berikutnya berjudul The Cold, merupakan percampuran antara sci-fi dan gore. Cerita ini membawa kita ke sebuah kota di Amerika di jaman modern dan dibuka dengan seorang jurnalis yang tengah menyelidiki kasus hilangnya banyak orang di sekitar sebuah rumah tua. Dalam kisah ini kita akan berjumpa dengan seorang ilmuwan yang sedang mengembangkan sebuah eksperimen melawan maut dengan kitab necronomicon sebagai panduannya. Tidak banyak plot The Cold yang bisa saya tuliskan di sini karena cerita ini penuh dengan twist. Yang pasti kisah ini cukup unik, gila, penuh dengan lendir dan adegan gore, namun agak membosankan di beberapa bagian.

Cerita ketiga berjudul The Whisper, yang dibuka dengan sebuah adegan kejar-kejaran antara mobil polisi dengan sebuah mobil yang diduga dikendarai oleh seorang pembunuh berantai yang dikenal dengan nama The Butcher. Kedua polisi yang berada di dalam mobil adalah sepasang kekasih bernama Paul dan Sarah. Mereka mengejar buruannya sambil berdebat mengenai nasib calon anak mereka yang sedang dikandung oleh Sarah, hingga kecelakaan pun terjadi. Setelah mobil mereka terbalik, sesuatu menyeret tubuh Paul yang tak sadarkan diri. Sarah yang terluka akibat kecelakaan tersebut segera berusaha mengikuti jejak darah Paul yang membawanya memasuki sebuah bangunan gudang tua. Tanpa ia duga, pengejaran ini membawanya ke dalam sebuah alam asing dan Sarah pun harus menghadapi mimpi buruknya seorang diri jauh di bawah tanah, sesuatu yang bukan berasal dari dunia kita. Antologi ini kemudian ditutup dengan cara melanjutkan segmen The Library, dimana H.P. Lovecraft akhirnya harus berhadapan langsung dengan kekuatan purba yang selama ini ikut dijaga oleh para biarawan dalam perpustakaan.

Antologi Necronomicon: Book of The Dead bagaikan sebuah perayaan lovecraftian, sekaligus sebuah penghargaan tinggi bagi H.P Lovecraft sendiri, yang kali ini diperankan oleh Jeffrey Combs, aktor cult yang memerankan Herbert West dalam Re-Animator (1985). Brian Yuzna sendiri pantas mendapatkan pujian karena berhasil menyajikan banyak elemen penting dari Mythos-nya Lovecraft dalam sebuah paket tontonan yang sangat fun, menjijikan sekaligus mengerikan yang tentu bisa dinikmati oleh para penonton horror manapun. Saya pribadi sangat menikmati keseluruhan antologi ini. Penggunaan special  effect yang beragam dari mulai efek komputer jadul, hingga cukup didominasi oleh special effect tradisional yang menjijikkan. Bagaimana tidak, bahkan Tom Savini, sang legenda makeup dan special effect tradisional horror juga ikut terlibat dalam pembuatan film ini. Isi perut yang dimuntahkan, banyak monster, kelelawar neraka, kepala bolong, tentakel-tentakel  yang keluar dari mulut manusia, hingga adegan manusia meleleh hingga menyisakan tulang saja. Necronomicon: Book of The Dead bukanlah film yang sempurna, juga bukan adaptasi Lovecraft terbaik yang pernah saya lihat. Namun film ini benar-benar gila, fun dan menyegarkan, sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyukainya.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com