MOVIE REVIEW: ISOLATION (2005)

ISOLATION
Sutradara: Billy O’Brien
Irlandia / UK (2005)

Review oleh Tremor

Isolation adalah sebuah film sci-fi / creature horror debut dari sutradara Irlandia Billy O’Brien. Film buatan O’Brien yang pertama kali mencuri perhatian saya sebelumnya adalah I Am Not a Serial Killer (2016). Sejak itu, saya mencoba untuk mencari film-film horror lain buatannya, dan saya sama sekali tidak menyesalinya.

Film ini berfokus pada peternakan milik seorang petani bernama Dan. Karena kebutuhan ekonomi, Dan menyewakan peternakan termasuk beberapa sapinya pada seorang ilmuwan bernama John untuk dijadikan objek penelitian dan uji coba modifikasi genetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan sapi yang mampu mencapai kesuburan di usia dini dan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. John mempekerjakan dokter hewan bernama Orla untuk terus memantau janin sapi-sapi percobaannya. Suatu hari saat Orla sedang memeriksa janin salah satu sapi dengan tangannya, sesuatu dalam rahim sapi menggigit tangan Orla. Di sini Orla mulai merasa ada yang janggal dengan percobaan ini. Tapi lewat tampilan USG John meyakinkan bahwa tidak ada yang abnormal dari janin itu. Beberapa malam kemudian, Dan sedang sendirian di peternakan ketika air ketuban sapi tersebut akhirnya pecah. Khawatir dengan keselamatan sapinya, Dan tidak bisa menunggu Orla datang. Akhirnya ia meminta dua pasangan muda yang memarkirkan trailer mereka di luar gerbang peternakan untuk membantu dalam proses persalinan sapinya yang harus dilakukan sesegera mungkin. Setelah anak sapi itu lahir, barulah film horor benar-benar dimulai. Anak sapi yang baru lahir ini langsung menggigit tangan Dan. Malam itu juga Orla tiba dan mulai menyadari bahwa ada anomali genetik mengerikan pada anak sapi yang kemudian langsung ia bunuh ini. Orla segera melakukan otopsi dan menemukan janin-janin bermutasi aneh di dalam tubuh anak sapi yang baru lahir tersebut. Ya, anak sapi itu rupanya terlahir dalam keadaan hamil. Janin-janin itu sama sekali tidak tampak seperti janin sapi karena memiliki tulang di luar sebagai pelindung tubuh (exoskeleton), dan monster-monster kecil ini ternyata masih hidup. Dengan ketakutan, Orla segera membunuh semua janin aneh itu. Tanpa seorangpun sadari, salah satu janin sempat melarikan diri. Saat John akhirnya tiba di peternakan, ia menemukan bahwa modifikasi genetika yang ia lakukan rupanya berhasil, namun dengan hasil yang sama sekali tak ia bayangkan sebelumnya. Janin-janin mutan tersebut ternyata memiliki siklus hidup parasitistik dan mampu tumbuh serta berkembang biak dengan kecepatan yang tak masuk akal. Yang monster kecil ini butuhkan hanyalah tubuh mamalia sebagai inang untuk berkembang biak, dan satu-satunya pilihan untuk saat ini hanyalah sapi dan manusia. Saat menyadari kalau ada satu janin yang hilang, John memutuskan untuk mengkarantina area peternakan, setidaknya sampai mereka berhasil memburu satu janin tersebut. John tahu betul bahwa kecepatan berlipat ganda ini akan membahayakan umat manusia kalau monster kecil ini berhasil keluar dari area peternakan. Namun semuanya mungkin sudah terlambat.

Saya sangat suka bagaimana film ini tidak banyak berfokus pada action manusia melawan monster, tetapi lebih pada atmosfer ketegangan dan perasaan mencekamnya. Sutradara Billy O’Brien berhasil menciptakan rasa horor lewat suasana peternakan yang tampak suram, kotor dan lembab ini. Beberapa area di peternakan tampak sangat jorok karena banyaknya genangan air keruh yang mungkin dipenuhi kotoran sapi. Belum lagi langit-langit yang terus meneteskan air, serta palet warna kusam yang O’Brien gunakan di sepanjang film. Semua itu sangat efektif untuk menciptakan suasana di mana para penonton dibuat gelisah membayangkan monster parasit bisa saja bersembunyi dimanapun dalam peternakan tersebut. Setiap genangan, pipa-pipa air yang selalu meneteskan air, hingga pipa-pipa ventilasi tampak mengancam dalam setiap adegan perburuan dan kejar-kejaran. Elemen-elemen ini, ditambah dengan desain monster-nya, sedikit mengingatkan saya pada film Alien (1979), tentu saja dalam versi yang lebih inferior. Mirip dengan xenomorph dalam Alien, mutan parasit dalam Isolation juga memiliki eksoskeleton dan tubuhnya dipenuhi dengan lendir mengkilap yang kadang menetes-netes. Mereka juga membutuhkan inang untuk berkembang biak, serta memantau calon mangsanya dari balik ruang-ruang gelap di peternakan. Apa yang membedakannya dengan xenomorph, tentu saja ada pada bentuk fisiknya dan bagaimana parasit ini mampu menyebar lewat infeksi gigitan layaknya penyakit menular. Konsep tentang parasit mutan yang menyebar seperti penularan penyakit ini juga mengingatkan saya pada konsep dalam debut horror dari David Cronenberg yang berjudul Shivers (1975).

Kisah horror tentang eksperimen ilmiah yang berakhir fatal selalu menarik bagi saya pribadi. Namun para penggemar monster dan creature design bisa jadi agak kecewa kalau berharap terlalu tinggi, karena monster mutan versi dewasa dalam Isolation tidak pernah diperlihatkan dengan benar-benar jelas. Monster ini bergerak dengan sangat cepat dan lebih banyak bersembunyi di balik kegelapan. Kita lebih banyak melihat dampak dari aksi monster ini dibandingkan tampilan fisiknya. Saya pikir ini berhubungan dengan keterbatasan bajet dari film ini juga. Tapi saya sangat menghargai bagaimana tim special effect film ini memaksimalkan keterbatasan bajet dengan efektif. Terlebih lagi monster dan special effect lain dalam film ini juga dibuat secara tradisional, bukan CGI, dan itu adalah sebuah poin plus untuk film horror manapun. Sebagai sebuah karya debut, Isolation bisa dibilang cukup memuaskan dan dibuat dengan sangat baik. Di luar beberapa kekurangannya yang tidak begitu mengganggu, Isolation tetap merupakan film horror yang efektif, intens dan sangat menghibur.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com