I AM NOT A SERIAL KILLER
Sutradara: Billy O’Brien
Irlandia / UK / USA (2016)
Review oleh Tremor
I Am Not A Serial Killer adalah sebuah film thriller dengan sentuhan horror yang penuh kejutan, dibuat oleh seorang sutradara muda bernama Billy O’Brien. Dari apa yang pernah saya dengar, debut film O’Brien yang berjudul Isolation (2005) sudah membuktikan talentanya sebagai seorang sutradara, dan butuh 11 tahun hingga akhirnya ia membuat film full length lagi. Film I Am Not A Serial Killer sendiri diadaptasi dari sebuah novel karya Dan Well (2009) dengan judul yang sama, dan merupakan buku pertama dari seri “John Wayne Cleaver series”. Saya bisa bilang kalau cerita dalam I Am Not A Serial Killer cukup kreatif dan tidak konvensional, dengan twist horror yang sama sekali tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Di sebuah kota kecil Amerika, seorang remaja tanggung berumur 16 tahun bernama John Wayne Cleaver didiagnosa memiliki kecenderungan sosiopat oleh psikiaternya. Ia memiliki beberapa sifat dasar psikopatik yang harus selalu dikendalikan agar John tidak lepas kendali dan membunuh orang. Menyadari hal tersebut, John berusaha memerangi dirinya sendiri dan membuat beberapa peraturan agar ia tetap bisa mengendalikan dirinya. Keluarga John menjalankan sebuah bisnis rumah duka. Setiap pulang sekolah John bekerja membantu ibu dan bibinya, mempersiapkan mayat-mayat yang akan dimakamkan. Pekerjaan tersebut meliputi membersihkan hingga membalsem mayat yang akan dimakamkan. Tentu saja ini sama sekali tidak membantu John dalam memulihkan kondisi mentalnya. Di sekolahnya, John yang pendiam dianggap sebagai seorang anak yang aneh, dan ia sering dibully oleh beberapa remaja lain. Tidak mengherankan kalau John dianggap aneh di sekolah. Dalam salah satu tugas sekolahnya saja, ia membahas tentang BTK Killer. Tugas itu pula yang membuat orang tuanya dipanggil menghadap kepala sekolah. Semua khawatir dengan obsesi John dengan kematian.
Ketertarikan John pada mayat dan kematian sudah diperlihatkan sejak film ini dimulai, saat sebuah pembunuhan brutal baru saja terjadi dan menghebohkan penduduk kota kecil tempat John tinggal. Mayat korban pembunuhan ditemukan dalam kondisi sangat mengenaskan. Tubuhnya seakan dicakar dan dimutilasi hingga organ dalamnya terburai seperti baru saja diserang oleh manusia serigala. Setelah diperiksa oleh polisi, mayat yang malang ini pun dikirim ke rumah duka milik keluarga John untuk dipersiapkan dengan layak sebelum dimakamkan. Saat ibu dan bibinya sedang menjahit ulang mayat korban yang baru diotopsi oleh polisi, mereka menemukan salah satu organ korban hilang. John yang ikut mengetahui hal tersebut semakin tertarik dengan kejadian pembunuhan ini.
John juga memiliki obsesi terhadap sosok-sosok pembunuh berantai legendaris, dari mulai Ted Bundy hingga Jeffrey Dahmer. Karena itulah John menjadi sangat tertarik dengan kejadian pembunuhan yang terjadi di kotanya ini. John seakan-akan mengagumi sang pembunuh sekaligus terkesima tidak percaya kalau kejadian seperti ini akhirnya terjadi sangat dekat dengannya. Saat pembunuhan berikutnya terjadi, ia mulai bermain detektif dan melakukan investigasinya sendiri guna mencari petunjuk tentang siapa sosok pembunuh misterius ini. Ia membandingkan kondisi mayat dari setiap korban untuk melihat apakah organ tubuh yang sama juga ikut hilang dari tubuh korban-korban berikutnya. Karena ia banyak membaca tentang profil-profil serial killer, John yakin bahwa seorang pembunuh berantai akan meninggalkan pola khusus tertentu, dan ini akan memberi banyak petunjuk tentang profil dasar sang pembunuh.
Dalam beberapa kesempatan, John juga sering melihat seseorang yang asing dan mencurigakan sedang berkeliaran di kotanya. Pria tersebut tampak sedang memata-matai keramaian. Dalam kesempatan lain John melihat orang yang sama sedang memungut pisau dari tempat sampah. Ia semakin menaruh curiga terhadap pria ini. Suatu hari John menguntit orang asing tersebut dan memperhatikan gerak-geriknya dari balik semak-semak. Saat itu John hampir yakin kalau kecurigaannya benar. Tapi ternyata ia salah besar. Sang pembunuh yang ia cari selama ini ternyata bukan seperti yang ia (dan penonton) duga sebelumnya. Seperti sudah saya tulis sebelumnya, film ini memiliki plot penuh kejutan, dan sepertinya saya hanya bisa menuliskan plotnya sampai di sini saja sebelum saya merusak kejutan tersebut.
Film I Am Not A Serial Killer memiliki banyak elemen, dari mulai drama, dark comedy, ironi, twist dan horror. Tema yang diangkat pun beraneka ragam, dari mulai kisah coming of age (seputar fase transisi anak kecil menuju dewasa), kisah cinta abadi, hingga tema pengorbanan. Film ini sangat penuh gaya, terutama dalam hal sinematografi. Selain itu, plot I Am Not A Serial Killer juga seakan mengajak para penonton untuk terus menebak-nebak dan berubah pikiran hingga film ini selesai. Saya pribadi cukup terhibur dengan I Am Not A Serial Killer. Pace-nya tidak terburu-buru, tetapi juga tidak terlalu lambat. Ceritanya sendiri cukup mudah diikuti dan tidak terasa seperti dipaksakan.
I Am Not A Serial Killer menampilkan aktor ikonik yang sudah tidak asing lagi: Christopher Lloyd yang pernah berperan sebagai ilmuwan nyentrik Dr. Emmett Brown dalam film Back to the Future (1985), dan juga paman Fester dalam film The Addams Family (1991). Dalam I Am Not A Serial Killer, Lloyd berperan sebagai seorang lansia tetangga di seberang rumah John yang bernama tuan Crowley. Hubungan tuan Crowley dan John bisa dibilang cukup dekat karena John sering datang untuk membantu Crowley dan istrinya. Tuan Crowley dan John memiliki chemistry yang menarik dan kompleks, yang akan membuat penonton terus menebak-nebak tentang bagaimana hubungan mereka akan berakhir. Crowley adalah salah satu karakter yang paling mencuri perhatian dalam I Am Not A Serial Killer, dan menurut saya ini adalah penampilan terbaik Christopher Lloyd sejak film Back to the Future. Sementara itu, nama karakter John Wayne Cleaver sendiri adalah pilihan nama yang cukup cerdik dan akan membuat para penggemar serial killer tersenyum. Nama itu merupakan penggabungan dari nama John Wayne Gacy, seorang pembunuh berantai di dunia nyata yang terkenal karena ia berprofesi sebagai badut penghibur dalam kesehariannya, dan Cleaver adalah sebuah kata dalam bahasa inggris yang artinya adalah pisau tukang daging.
I Am Not A Serial Killer adalah jenis film yang mengundang para penontonnya untuk keluar dari zona nyaman mereka. Twist dalam film ini jelas akan membuat beberapa penonton akan membenci film ini, terutama oleh mereka yang merasa tertipu atau salah berekspektasi. Tidak butuh waktu lama hingga twist film ini terungkap. Walaupun adegan penutup I Am Not A Serial Killer tidak seperti yang saya harapkan, tetapi saya tetap akan merekomendasikan film ini pada siapapun yang menyukai kejutan dalam sebuah cerita, dan mereka yang berminat dengan drama thriller supranatural seputar tema coming of age.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com