fbpx

MOVIE REVIEW: HOUSEBOUND (2014)

HOUSEBOUND
Sutradara: Gerard Johnstone
New Zealand (2014)

Review oleh Tremor

New Zealand adalah sebuah negara yang banyak menghasilkan film komedi horror yang bisa dibilang sukses, dari mulai Bad Taste (1987), Braindead (1992), The Frighteners (1996), Black Sheep (2006), What We Do in the Shadows (2014), hingga Deathgasm (2015). Housebound adalah salah satunya. Menggabungkan cerita rumah berhantu, misteri, komedi gelap, dialog sarkastik, sedikit drama keluarga, serta dilengkapi dengan banyak kejutan dan twist, membuat film ini cukup menghibur. Film komedi horror thriller yang penuh dengan elemen supranatural ini merupakan debut fantastis dari penulis sekaligus sutradara New Zealand bernama Gerard Johnstone yang sebelumnya lebih sering menyutradarai serial TV.

Setelah ditangkap karena usaha perampokan mesin ATM, seorang gadis bernama Kylie dijatuhi hukuman yang cukup ringan oleh pengadilan, yaitu menjadi tahanan rumah selama delapan bulan. Gelang khusus yang dipasang pada kakinya memastikan Kyle tidak bisa pergi terlalu jauh dalam radius tertentu, karena alat itu akan mengirimkan sinyal pada petugas pengawasnya. Yang menjadi masalah bagi Kylie adalah, ia ditahan di rumah yang paling tidak ia sukai, yaitu rumah masa kecilnya dimana ia harus menghabiskan masa tahanannya di bawah pengawasan ibunya, Miriam, dan ayah tirinya yang pendiam. Kylie yang merupakan seorang gadis pemarah dan sinis, sejak lama memiliki hubungan yang tidak terlalu baik dengan Miriam. Mulut Kylie seringkali mengeluarkan kalimat-kalimat sarkastik bahkan kepada ibunya dan petugas kepolisian. Keadaan di antara Kylie dan ibunya semakin menegang saat suatu malam ia memergoki ibunya sedang menelepon siaran radio setempat untuk menceritakan pengalaman supranatural yang terjadi di dalam rumahnya. Miriam memiliki alasan yang kuat untuk percaya kalau rumahnya berhantu, karena sudah sejak lama ia mendengar suara-suara aneh di rumahnya, serta hilangnya benda-benda dan makanan. Sementara itu, Kylie adalah seseorang yang skeptis sekaligus sinis, dan ia segera mengolok-ngolok ibunya yang percaya dengan hal-hal mistis. Namun suatu hari Kylie sendiri mulai mengalami kejadian-kejadian aneh di rumah tua tersebut, dan ia segera berpikir bahwa bisa saja ibunya benar. Mulai dari sini, suara-suara di dalam rumah, beberapa keganjilan yang terjadi, dan paranoia mulai memainkan peran besar selama Kylie terjebak di rumah tua itu. Dibantu oleh Amos, petugas pengawas Kylie yang rupanya adalah seorang penyelidik paranormal amatir, Kylie mulai menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah ibunya. Plot yang saya tulis di sini hanyalah sketsa kasar dari apa yang ditawarkan Housebound pada penonton. Tapi pada dasarnya film ini menawarkan jauh lebih banyak hal yang tentu tidak bisa saya tulis di sini untuk menghindari spoiler.

Gerard Johnstone melakukan pekerjaan yang cukup fantastis dalam Housebound dengan mengatur misteri tetap terjaga hingga babak terakhirnya, membuat saya terus menebak-nebak hingga akhir film. Walaupun film ini menggunakan banyak elemen horror klise (ruang bawah tanah yang menyeramkan, mainan aneh, jump scare, dll), tetapi pengaturan plot dan ritmenya memberi banyak kesegaran. Para penonton yang senang menebak-nebak jalan cerita tentu akan cukup tertantang karena arah alur Housebound memang agak sulit ditebak. Untuk ukuran film horror, cerita dalam Housebound bisa dibilang cukup unik dan original. Saya pribadi menyukai bagaimana Johnstone memposisikan protagonisnya sebagai tahanan rumah, karena hal tersebut memaksanya untuk tetap berada di rumah tua tersebut meskipun banyak suasana mengerikan harus dihadapinya. Kylie memang berusaha pergi dari rumah itu, tetapi petugas pengawas dengan mudah bisa melacaknya dan membuat Kylie harus kembali ke rumah. Dan yang lebih menarik lagi adalah, tidak seperti protagonis dalam film horror pada umumnya, Kylie merupakan seseorang yang skeptis sekaligus sinis, dan itu memungkinkannya untuk menangani situasi-situasi yang “tidak biasa” dengan kepala dingin, dan dari sanalah banyak humor tercipta. Penampilan semua cast utamanya (Kylie, Miriam, Amos) pun bisa dibilang cukup bagus, terutama aktris O’Reilly yang memerankan Kylie. Sejak awal ia berhasil menjadi karakter yang sangat menyebalkan dengan mulut pedas dan arogansinya. Pada awalnya saya tidak menyukai karakter Kylie, karena sikapnya memang mengesalkan, dan karakter film yang bisa membuat penonton kesal adalah bukti kalau aktornya cukup berbakat. Namun seiring berjalannya waktu saya mulai peduli dengan karakter Kylie, dan saya pikir itulah kekuatan penulisan dan seni peran yang baik. Kalau dipikir-pikir, rasanya ketiga karakter utama dalam Housebound memang cukup meyakinkan selama film berjalan, dan pada akhirnya kita menjadi peduli dengan keselamatan mereka semua.

Housebound menggabungkan unsur horor dan komedinya dengan porsi yang sempurna. Humornya mengalir begitu saja, terasa tidak dipaksakan, demikian juga dengan unsur-unsur horornya. Walaupun memiliki banyak kejutan dan twist, namun pada akhirnya cerita dalam Housebound sebenarnya cukup sederhana dan jelas. Film ini benar-benar menghibur lewat perpindahan dari satu situasi ke situasi lainnya tanpa perlu membuat penontonnya mengerutkan dahi dan kebingungan. Housebound memang memiliki beberapa kejanggalan pada logika plotnya, tapi semua kekurangan tersebut sama sekali tidak merusak film ini, karena Housebound bukanlah jenis film yang perlu ditanggapi terlalu serius. Bagi kalian yang membutuhkan tontonan ringan dan menghibur, Housebound jelas perlu masuk ke dalam daftar tontonan akhir pekan kalian.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com