HAUNT
Sutradara: Scott Beck, Bryan Woods
USA (2019)
Review oleh Tremor
Haunt adalah sebuah film horror slasher survival bertema halloween yang ditulis serta disutradarai oleh duo Scott Beck dan Bryan Woods. Setahun sebelum membuat Haunt, Beck dan Woods pernah menulis A Quiet Place (2018), yang merupakan salah satu film horor paling sukses dalam beberapa tahun terakhir. Sejak sebelum dirilis, promosi film Haunt sudah cukup mencuri perhatian para penggemar horror. Bagaimana tidak. Bukan hanya ditulis dan disutradarai oleh penulis A Quiet Place, film ini juga diproduseri oleh Eli Roth, nama yang sudah tidak asing bagi komunitas horror manapun. Bagi yang tidak familiar dengan Eli Roth, ia adalah orang yang pernah membuat Cabin Fever (2002 / 2016), Hostel (2005) hingga Green Inferno (2013).
Film ini memiliki ide dasar standar khas film slasher: sekelompok anak muda terjebak di satu lokasi dimana mereka akan dibunuh satu persatu oleh pembunuh bertopeng dengan cara yang kreatif. Plotnya sangat sederhana. Sejak awal, kita diperkenalkan dengan protagonis sekaligus final girl dalam film Haunt. Namanya adalah Harper, seorang gadis yang memiliki kekasih abusif. Teman sekamarnya yang bernama Bailey, mendorong Harper untuk menyudahi hubungan yang tidak sehat tersebut. Karena malam itu adalah malam Halloween, Bailey lalu menyuruh Harper untuk melupakan kekasihnya dan mengajaknya pergi ke sebuah pesta Halloween. Sesampainya di pesta, mereka bertemu dengan teman-teman lainnya: Angela, Mallory, Evan dan Nathan. Usai pesta, mereka ingin melanjutkan keseruan malam halloween dan mendapat ide untuk mendatangi wahana “rumah hantu” yang mereka lihat di sebuah selebaran. Ini bukan wahana “rumah hantu” biasa, melainkan jenis rumah hantu ekstrim atau “extreme haunted house”. Fenomena “extreme haunted house” sudah begitu populer di kalangan remaja, dan merupakan wahana yang paling ditunggu-tunggu pada musim halloween bagi mereka yang ingin merasakan sensasi yang lebih ekstrim dari wahana rumah hantu biasa. Jadi wajar saja kalau teman-teman Harper pikir tidak ada salahnya untuk mencobanya. Malam ini adalah malam halloween, dan mereka ingin bersenang-senang sambil ditakut-takuti.
Akhirnya ke-enam remaja ini pergi mencari rumah hantu yang dimaksud selebaran tersebut. Tibalah mereka di sebuah bangunan yang berada jauh dari pemukiman dan perkotaan. Seseorang dengan kostum halloween tradisional berupa badut yang misterius dan dingin menyambut mereka di pintu gerbang. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, badut ini menyerahkan selembar kertas berisi peraturan di dalam rumah hantu. Salah satunya adalah para pengunjung wajib menyimpan handphone mereka di dalam kotak yang sudah disediakan. Mereka juga harus menandatangi surat perjanjian yang menyatakan bahwa mereka memasuki rumah hantu berdasarkan keinginan mereka sendiri dan apapun resiko yang mereka hadapi di dalam sana, adalah resiko mereka sendiri. Walaupun pada awalnya Harper enggan, namun teman-temannya sangat excited. Merekapun mememasuki wahana tersebut, melewati lorong-lorong dan ruangan dimana mereka melihat beberapa atraksi mengerikan. Salah satu “tontonan” pertama yang mereka temui adalah seseorang berkostum penyihir yang menempelkan besi panas pada wajah seorang gadis yang berteriak-teriak. Para remaja ini sangat terkesan dengan “atraksi” tersebut. Mereka pikir, akting gadis itu sangatlah meyakinkan. Tapi penonton tentu tahu bahwa itu bukanlah atraksi. Gadis itu benar-benar sedang disiksa, dan dipertontonkan pada pengunjung. Harper dan teman-temannya pun melanjutkan perjalanan mereka. Rumah hantu ini memang dirancang dengan sangat baik. Semakin dalam mereka memasuki wahana ini, semakin ekstrim pula isinya. Hingga salah satu dari mereka benar-benar terluka, barulah mereka mulai menyadari bahwa semua kengerian dan pengalaman ini benar-benar nyata dan bukan hanya atraksi belaka. Perburuan dan pembunuhan atas merekapun dimulai. Harper dan teman-temannya harus menemukan jalan keluar dari rumah hantu tersebut sambil berusaha menyelamatkan nyawa masing-masing. Rupanya wahana haunted house ini bukan dirancang untuk menakut-nakuti, tetapi untuk membunuh. Kalau kalian adalah penonton setia film slasher, kalian mungkin bisa menebak bagaimana kelanjutannya: para karakter akan terbunuh satu demi satu sambil berjuang untuk melarikan diri sampai akhirnya korban yang selamat memutuskan untuk melawan para pembunuh bertopeng.
Salah satu elemen utama film slasher bukan hanya terletak pada kreativitas proses pembunuhan saja. Ada satu elemen penting lain yang menjadi ciri khas kuat dalam budaya film slasher, yaitu dengan adanya final girl. Istilah final girl pertama kali dicetuskan oleh penulis Carol J. Clover dalam bukunya yang berjudul “Men, Women, and Chainsaws: Gender in the Modern Horror Film” (1992). Istilah ini mengacu pada karakter protagonis perempuan yang pada akhirnya menjadi satu-satunya korban yang selamat sekaligus menjadi pahlawan di akhir film. Biasanya final girl digambarkan sebagai karakter yang lemah dan polos pada awal film, memiliki insting bertahan hidup yang kuat, dan kemudian menjadi lebih dominan (bahkan kadang lebih brutal) dari pemburunya pada akhir film. Misalnya dengan cara mengambil parang dan menancapkannya tepat pada wajah Jason Voorhees. Mungkin final girl pertama dalam sejarah film horror adalah Sally Hardesty dari film The Texas Chain Saw Massacre (1974). Lalu kita juga kenal dengan karakter Nancy Thompson dalam A Nightmare on Elm Street (1984), Sidney Prescott dalam seri Scream (1996-2011), dan yang paling populer tentu saja karakter Laurie Strode dalam film Halloween (1978). Final Girl adalah tradisi film slasher, dan kita punya Harper dalam film Haunt. Harper adalah karakter final girl yang tak kalah badass dari para pendahulunya. Ia memang dibuat tampak lemah pada awal film, sangat jelas digambarkan lewat hubungannya yang tak sehat dengan kekasihnya, ditambah lagi trauma masa kecilnya. Pengembangan karakter Harper beralih dari yang awalnya “jinak”, menjadi seorang pahlawan yang tidak segan mengikuti insting bertahan hidup-nya. Ia memutar-balikan permainan, menolak menjadi korban, dan tentu saja kemudian membantai mereka yang telah membunuh teman-temannya.
Film Haunt jelas mengambil inspirasi dari fenomena “extreme haunted house” yang memang ada di dunia nyata. Kemunculan “extreme haunted house” sudah menjadi semacam tren musim halloween di Amerika beberapa tahun ke belakang. Yang dimaksud dengan rumah hantu ekstrim adalah wahana rumah hantu dimana kita tidak hanya dikagetkan dengan boneka dan suasana saja, tetapi benar-benar ditakut-takuti oleh para aktor yang mengenakan kostum, makeup dan properti mengerikan, dengan dekorasi yang tak kalah meyakinkan. Pengunjung akan memasuki ruangan-ruangan dimana mereka diteror tanpa ampun dalam skenario survival yang cukup serius. Para pecandu adrenalin mungkin akan menikmati “extreme haunted house” sama seperti beberapa orang menikmati extreme sport. Dengan memasuki rumah hantu seperti ini artinya pengunjung setuju untuk ikut terjebak dalam role-playing horror nyata yang benar-benar menakutkan secara fisik dan mental. Para pekerja rumah hantu yang bertugas untuk menakut-nakuti pengunjung bisa melakukan apapun secara spontan seperti berteriak, memaki, mengayunkan senjata, mengejar, sampai benar-benar berusaha menyerang pengunjung. Mungkin seperti jurit malam dengan tingkat keseriusan yang jauh lebih tinggi. Dari yang pernah saya baca, durasi memasuki rumah hantu ekstrim seperti ini bisa mencapai 4-5 jam. Artinya ini akan menjadi pengalaman teror yang panjang dan jelas mengerikan. Beberapa rumah hantu ekstrim di Amerika bahkan memiliki peringatan keras bagi calon pengunjungnya karena wahana yang mereka tawarkan bisa berdampak buruk bagi kondisi mental seseorang. Bahkan salah satu rumah hantu ekstrim bernama McKamey Manor di Amerika menjadi kontroversi besar karena terlalu ekstrim, melanggar batasan-batasan aman, dan meninggalkan trauma mendalam bagi beberapa pengunjung. Kalau kalian tertarik dengan topik ini, silakan googling McKamey Manor.
Kembali ke film Haunt, setting wahana halloween memang sangat cocok untuk jenis film horor seperti Haunt. Dengan beberapa unsur yang sedikit mengingatkan kita pada seri film Saw, dengan sosok pembunuh jahat yang jauh lebih misterius, Haunt berhasil meninggalkan kesan. Saya menyukai desain kostum halloween “tradisional” (penyihir, death, badut, hantu, setan) yang dikenakan oleh kelompok pembunuh. Dan saya lebih girang lagi saat topeng mereka dibuka satu persatu. Yah sebenarnya ide dasar dalam film ini memang tidak sepenuhnya original. Film-film bertema hallowen lain seperti The Houses October Built (2014) dan Hell Fest (2018) sudah lebih dulu menggunakan ide wahana “rumah hantu” malam halloween yang ternyata berisi psikopat sadis. Saya pribadi sama sekali tidak keberatan dengan penggunaan ulang formula yang sama dalam film slasher semacam ini, apalagi kalau dikerjakan dengan baik seperti film Haunt. Mungkin kita tidak akan pernah bosan menonton film-film dengan ide serupa karena setidaknya selalu ada banyak ruang untuk ketegangan serta kreativitas dalam film semacam ini lewat adegan kejar-kejaran dan cara-cara terbunuhnya para karakter di dalamnya. Haunt adalah film slasher, dan memang itulah yang dicari oleh para penggemar slasher: ketegangan dan kreativitas pembunuhan.
Image yang menempel pada sang produser, Eli Roth, adalah film dengan tingkat shock dan kesadisan yang tinggi. Mungkin karena itulah saya berharap kalau Haunt akan menjadi film yang tak kalah sadis dengan Hostel. Sayangnya visual sadis dalam Haunt tidak sebrutal Hostel. Malah kalau dipikir-pikir, tidak terlalu banyak adegan sadis dalam film ini. Adegan sadis favorit saya dalam Haunt adalah saat salah satu pembunuh menggunakan palu untuk “membuka” wajah korbannya.
Haunt adalah jenis film horror yang lebih seru kalau ditonton tanpa banyak pikir. Tak perlu terlalu serius, tak perlu pikirkan plot hole dan ketidaksempurnaan penulisan. Duduk dan nikmati. Hasilnya, Haunt dengan baik menyajikan film remaja yang penuh kekerasan dengan visual yang bagus, produksi yang solid, dan yang terpenting adalah film horror yang fun untuk ditonton beramai-ramai.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com