fbpx

MOVIE REVIEW: DEEP RED (1975)

DEEP RED a.k.a. Profondo Rosso
Sutradara: Dario Argento
Italia (1975)

Review oleh Tremor

Kalau disuruh berbicara mengenai sutradara-sutradara hebat dalam genre film horror, akan ada banyak nama yang terlintas di kepala. Tapi tentu saja hanya ada beberapa nama yang paling identik dengan film horror dan pantas untuk disebut sebagai master of horror. Dario Argento adalah salah satunya. Hampir semua orang yang secara tidak sengaja mendiskusikan Argento dengan saya, selalu hanya merujuk pada film Suspiria (1977), dan hanya itu saja. Dari mulai para hipster hingga para penggila horror, tentu saja akan menyebut Suspiria. Film tersebut memang sangat fenomenal. Saya pribadi adalah penggemar berat Suspiria. Suspiria sangat menyeramkan sekaligus juga indah. Suspiria adalah masterpiece, karya terbaik dari Argento, dan memang sangat pantas untuk menjadi film Argento yang paling populer. Tapi tentu saja Suspiria bukanlah satu-satunya film buatan Argento, dan dengan berulang kali membicarakan Argento hanya lewat Suspiria dan trilogi supranatural/witchcraft The Three Mothers-nya, lama kelamaan ternyata hal tersebut cukup membuat saya muak. Rasa muak yang saya maksud mungkin setara dengan muaknya saya saat orang-orang hanya menyebut “Tua-tua keladi” saat mendengar nama Anggun C Sasmi, atau “Zombie” saat mendengar nama the Cranberries. Itulah mengapa seperti ada suara di dalam kepala saya yang berteriak dengan gemas, “Film Argento bukan hanya Suspiria!” Jadi ijinkan saya untuk tidak menuliskan review film Suspiria, dan beri saya kesempatan untuk memperkenalkan salah satu subgenre horror yang identik dengan sosok Dario Argento: Giallo.

Giallo, adalah sebuah subgenre horror dalam dunia literatur dan perfilman Italia tahun 1970-an, yang sepintas mirip dengan fiksi kriminal. Fiksi kriminal adalah fiksi yang berfokus pada kasus pembunuhan, melibatkan investigasi pembunuhan yang penuh teka teki dan misteri, membuat pembaca / penonton ikut menerka-nerka, lalu ditutup dengan pengungkapan. Agatha Christie adalah salah satu penulis yang sangat populer dalam genre fiksi kriminal. Lalu apa yang membedakan giallo dengan fiksi kriminal? Giallo bisa dibilang sebagai sebuah fiksi kriminal yang dengan sengaja digabungkan dengan lebih banyak elemen / genre horor lainnya: gore, slasher, banyak darah, isi perut, shocking horror, kekerasan, kesadisan dan bahkan kadang bisa digabung juga dengan unsur supranatural. Kalau boleh disingkat, giallo adalah genre penuh kekerasan yang dibumbui dengan plot intevstigasi. Jadi, kalau dalam fiksi kriminal biasa umumnya tidak terlalu diperlihatkan adegan bagaimana seseorang terbunuh, dalam giallo, justru kalian akan disuguhi tentang bagaimana seseorang dibunuh secara mendetail, dengan cara-cara membunuh yang kadang tidak lazim. Dan para sutradara giallo sangat menikmati hal tersebut. Itulah mengapa seringkali plot giallo memiliki banyak kejanggalan, karena bukan itu intinya. Ada baiknya kalian tidak perlu terlalu banyak bertanya-tanya saat sedang menonton sebuah film giallo, karena biasanya jawaban yang akan kalian dapat sering kali tidak rasional. Ingat, ini giallo, bukan fiksi kriminal seperti Agatha Christie. Menonton giallo tidak akan membuat insting detektifmu terlatih. Yah kira-kira seperti itu garis besar mengenai giallo.

Dan kalau kalian penasaran ingin merasakan sensasi menonton film giallo, saya pikir Deep Red (yang dalam bahasa aslinya berjudul Profondo Rosso) adalah sebuah film yang tepat sebagai permulaan.

Dengan musik latar lagu anak-anak, Deep Red dibuka langsung dengan adegan penikaman di suatu malam natal. Walaupun adegan penusukan di awal film ini hanya berupa bayangan di dinding saja, tetapi tetap terasa kebrutalannya. Beberapa tahun kemudian, seorang paranormal bernama Helga sedang menjadi pembicara di sebuah acara. Saat tengah mendemonstrasikan “kemampuan”-nya, tiba-tiba ia “merasakan” adanya energi jahat sakit jiwa di antara para penontonnya. Tentu saja kita akan teringat dengan sosok pembunuh di awal film. Sang pembunuh ada di antara penonton. Secara spontan Helga berteriak dan mulai meracau mengenai kejadian pembunuhan, dan pembunuh ini akan membunuh lagi. Helga tidak menyebutkan identitas sang pembunuh dengan spesifik. Beberapa penontonpun mulai berdiri meninggalkan kursinya karena ketakutan. Khawatir identitasnya akan diungkap oleh sang paranormal di kemudian hari, sang pembunuhpun membuntuti Helga pulang ke apartemennya, dan membunuhnya dengan cara yang sangat horror-italia.

Kemudian kita diperkenalkan dengan karakter utama kita, Marcus/Marc, seorang pianis yang tidak sengaja melihat kejadian pembunuhan Helga. Malam itu Marc sedang berada di luar gedung apartemennya saat ia mendengar suara teriakan perempuan. Dari salah satu jendela di apartemennya, terlihat Helga sedang meminta tolong. Tiba-tiba muncul sesosok bayangan bertopi fedora dan mengenakan jas panjang, membacok perempuan tersebut.

Marc yang memang mengenali Helga sebagai tetangganya sendiri, bergegas lari untuk menyelamatkan Helga, namun semuanya sudah terlambat. Setelah polisi datang dan Marc memberikan semua keterangan yang bisa ia berikan sebagai satu-satunya saksi mata, iapun berkenalan (dan menjadi semakin dekat) dengan seorang reporter investigasi cantik bernama Gianna yang ingin menulis artikel mengenai pembunuhan ini. Marc mulai terobsesi dengan pembunuhan Helga dan ingin memecahkan misteri serta memburu sang pembunuh lewat semua petunjuk yang bisa ia kumpulkan. Namun obsesinya ini justru membuat Marc pun ikut diburu oleh sang pembunuh.

Pembunuh misterius dengan sarung tangan kulit; perpaduan antara kekerasan, darah saus tomat dan keindahan; penggunaan pencahayaan dengan warna-warna kuat; shot-shot yang rumit dan panjang; komposisi visual yang artistik; dialog picisan; kemampuan acting pas-pasan; plot rumit yang kadang tidak realistis; atmospheric; ketegangan yang diiringi musik-musik absurd jazz/rock progresif; semua itu adalah elemen-elemen penting yang membuat film-film buatan Argento memiliki ciri khas tersendiri. Deep Red adalah film giallo yang sangat horor-italia, dan sangat Argento.

Salah satu hal  penting yang saya rasa patut untuk ditulis disini juga adalah: Goblin, sebuah band rock progresif asal Italia yang kerap diberi kepercayaan untuk menuliskan soundtrack film-film horror Italia seperti Suspiria (1977), Zombi (1978), Buio Omega (1979) dan masih banyak lagi. Nama Goblin sendiri mulai melegenda di kalangan pencinta horror setelah dengan sukses membuat beberapa scene dalam Suspiria menjadi lebih mengerikan lewat iringan musik mereka.  Tapi bagaimanapun juga, kesuksesan Goblin tidak akan pernah tercapai tanpa adanya film Deep Red, yang merupakan proyek perdana Goblin, 2 tahun sebelum Suspiria. Terima kasih kepada Dario Argento.

 

 

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com