MOVIE REVIEW: DEATHWATCH (2002)

DEATHWATCH
Sutradara: M.J. Bassett
UK / Jerman (2002)

Review oleh Tremor

Seperti kita semua bisa sepakati, perang adalah salah satu kejahatan paling mengerikan yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Bukan hanya karena banyaknya korban dan darah, tetapi kita juga tentu pernah mendengar bagaimana perang bisa sangat berdampak secara psikologis. Meskipun perang adalah horor yang sesungguhnya dalam dunia nyata, tapi ternyata tidak terlalu banyak film bertema perang yang digabungkan dengan genre horor. Film-film seperti The Bunker (2001), Dog Soldiers (2002), Outpost (2008) hingga Overlord (2018) mungkin adalah sebagian yang pernah mencoba menggunakan peristiwa perang untuk diolah menjadi film horor. Deathwatch juga adalah salah satunya, sebuah film psychological horror dengan latar belakang perang, debut dari sutradara / penulis asal Inggris M.J. Bassett. Apa yang membuat Deathwatch terasa berbeda dari film bergenre war / horror lainnya adalah, film ini memilih Perang Dunia I sebagai latar belakang. Mengapa ini unik, karena dari banyaknya film bertema perang yang ada, rasanya Perang Dunia I adalah latar yang paling jarang diangkat. Tapi, sebagai sebuah film perang bergenre horor, Deathwatch juga memiliki keunikan lain, yaitu jarang sekali terlihat adegan-adegan pertempuran di dalamnya. Setelah membuat Deathwatch, Bassett kembali membuat film horror yang jauh lebih menyenangkan dan berdarah-darah berjudul Wilderness (2006), film action fantasi Solomon Kane (2009) serta menyutradarai banyak serial TV.

Kisah dalam Deathwatch mengikuti satu kompi tentara Inggris yang tersesat di medan perang. Setelah terjebak dalam kabut yang mereka yakini sebagai serangan gas, kompi tentara Inggris ini menemukan parit (trench) perang milik tentara musuh, yaitu Jerman. Tanpa diduga, mereka hanya menemukan tiga tentara Jerman yang kebingungan dan ketakutan di dalam parit yang cukup panjang dan kompleks tersebut. Setelah membunuh dua dari dua tentara Jerman, dan menyekap satu sisanya, mereka menemukan bahwa parit ini seakan telah ditinggalkan dengan sengaja. Para tentara Inggris ini berpikir bahwa kini mereka telah menguasai parit milik Jerman dengan mudah, dan harus mempertahankannya sampai bantuan datang. Mereka segera memeriksa seluruh jaringan parit rumit yang tampak tak berujung itu hanya untuk menemukan banyak mayat tentara Jerman bergelimpangan, seakan para tentara Jerman yang bermarkas di parit tersebut saling bunuh dengan cara yang mengerikan. Seiring berjalannya film, kejadian-kejadian ganjil bagaikan mimpi buruk mulai terjadi pada para tentara Inggris ini, hingga mereka menyadari bahwa apa yang perlu mereka waspadai sekarang bukan lagi serangan tentara Jerman yang mencoba merebut parit mereka kembali, melainkan sesuatu yang lebih jahat dan tak bisa mereka jelaskan yang datang dari parit itu sendiri.

Bagi mereka yang tidak familiar dengan Perang Dunia I, mungkin saya perlu menuliskan sedikit tentang bagaimana parit adalah elemen yang cukup signifikan dalam pertempuran pertahanan Perang Dunia I. Parit adalah jejaring galian besar di tanah yang selalu basah, dingin, dan penuh lumpur kotor, dan sebagian besar pertempuran dalam Perang Dunia I terjadi di sekitar parit-parit seperti ini. Parit-parit ini biasanya menjadi “rumah” bagi para prajurit yang ditugaskan untuk menahan para musuh yang mendekat. Mereka bisa tinggal di dalam parit selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Setiap hari harus terus bersiaga seandainya ada pasukan musuh mendekati teritori mereka. Tak hanya bagi para prajurit, parit juga menjadi rumah bagi tikus-tikus kotor serta berpotensi berkembang biaknya berbagai penyakit karena kondisi yang sanitasi yang buruk. Karakteristik parit inilah yang dimanfaatkan oleh Deathwatch. Hampir keseluruhan film Deathwatch terjadi di lokasi tunggal parit di mana para tentara Inggris ini terjebak dan terisolasi di dalamnya. Apa yang paling menonjol dari film ini adalah atmosfer yang suram dengan kabut tebal, kegelapan, lumpur, tikus-tikus, hujan, tanpa ada sinar matahari, dipergelap dengan adanya mayat-mayat bergelimpangan di atas lumpur.

Premis Deathwatch cukup menarik, meskipun tidak original. Seiring film ini berjalan, semakin jelas bahwa mereka bukan terjebak dalam parit biasa. Apalagi ketika mereka mulai menangkap frekuensi radio dari kompi tentara Inggris lainnya yang mengabarkan berita bahwa kelompok mereka dinyatakan hilang dan kemungkinan tidak ada satupun yang selamat. Paranoia mulai menyelimuti mereka, hingga sesuai apa yang telah disampaikan dalam pengakuan tawanan tentara Jerman yang mereka interogasi: mereka yang terperangkap dalam parit tersebut pada akhirnya akan saling bunuh, seakan ada entitas jahat yang merasuki dan membuat semua orang kehilangan kewarasan. Walaupun saya merasa durasi film ini terlalu lama, tapi saya cukup menikmati jalannya film ini sambil mencoba menerka-nerka karakter mana saja yang akan mati, kapan dan bagaimana mereka mati. Karena ada banyak kejadian ganjil sejak mereka menetap di dalam parit, mungkin awalnya kita akan berpikir ada elemen supranatural yang berperan besar dalam kejadian-kejadian di film ini. Tetapi ketika film ini disudahi dengan ending yang sedikit ambigu, membuat saya berpikir kalau mungkin sebenarnya mereka telah mati sejak awal dan parit ini adalah semacam limbo bagi jiwa-jiwa mereka.

Tapi film Deathwatch juga memiliki banyak sekali kelemahan, dimulai dari musik latar dramatis konstan yang mungkin lebih cocok terdengar dalam sinetron, serta special effect CGI-nya yang terkadang tampak palsu. Untungnya adegan-adegan CGI nya bisa dibilang cukup singkat. Mengingat bahwa Deathwatch adalah sebuah film debut berbajet terbatas yang diproduksi pada tahun 2002, saya bisa sedikit memaafkan special effect-nya. Selain itu, Deathwatch bukanlah sebuah film yang ditulis dengan baik. Tidak ada twist yang mengejutkan, tidak ada pengungkapan besar, tidak ada hal baru di dalamnya untuk penonton yang sudah sering menonton film horor psikologis, dan alur ceritanya pun tidak terlalu berkembang. Tapi untuk sebuah debut, tentu saja semua ini bisa dimaklumi. Setidaknya film ini memiliki gambaran tentang perang yang jarang dimiliki oleh kebanyakan film horor psikologis lainnya.