ULTHAR ‘Providence’ Album Review
20 Buck Spin. June 12th, 2020
Death metal
Seminggu lalu dalam artikel review debut album VOIDCEREMONY, saya sedikit menuliskan sedikit kekecewaan pada rilsan-rilisan 20 Buck Spin dari awal hingga pertengahan 2020, yang rada mediocre dan tak sebanding dengna hype-nya, tapi bukan berarti semua album yang label bermarkas di kota Pittsburgh, Pennsylvania ini gelontorkan flop semua, selain BEDSORE dengan opus progressive death metal yang sinting punya dalam ‘Hypnagogic Hallucinations’, tentunya ada album kedua dari trio extreme metal asal Bay Area ULTHAR, yang muncul lagi dengan penuh kemurkaan via semburan kedua mereka bertajuk ‘Providence’, Ketika album pertama ‘Cosmovore’ dilepaskan dua tahun sebelumnya, para kritikus sangat mengapresiasi keberanian Steve Peacock (SPIRIT POSSESDION, PALE CHALICE), Justin Ennis (VOID OMNIA, eks-TOMBS, eks-MUTILATION RITES) & Shelby Lermo (VASTUM) dalam menggodok berbagai elemen musik ekstrim mulai dari death metal, black metal, doom/sludge, thrash metal, sampai crust punk, namun album tersebut masih banyak mendapat beberapa catatan karena racikanya rada setengah mateng, terlalu tak beraturan dan tak fokus, layaknya serangan membabi-buta yang tak kena target sama sekali, dan sepertinya ULTHAR menerima segala kritik tersebut secara lapang dada dalam merancang dan menggarap komposisi resep lovecraftian death metal terbaru mereka kali ini.
Lagu pertama “Churn” langsung lewat tanpa permisi dengan gempuran blast-beat dan tremollo riffing jahat tanpa kompromi, lagu tersebut juga menjadi preview singkat konsep menyeluruh ‘Providence’, dimana ULTHAR telah memoles lebih sempurna format non-euclidean death metal mereka jadi lebih padat meskipun struktur lagu nya masih menjuntai kemana-mana layaknya tentakel mahkluk eldritch jadi-jadian, dan yang pasti penuh aransemen-aransemen kompleks. Meskipun jelas lebih ramping dari album pertama, delapan lagu dalam ‘Providence’ tetap penuh tikungan tajam, komponen doom, thrash dan crust dari album sabelumnya dibabat hampir sepenuhnya, memberikan ruang pada hawa black metal untuk merangsek lebih dalam, seperti pada “Undying Spears”, “Through Downward Dynasties”, “Furnace Hiberation”, & “Narcisius Drowning”. yang terdengar layaknya skenario what-if apabila IMMORTAL merekrut Trey Azagtoth dan Karl Willetts untuk menggantikan Abbath, Meskipun begitu ‘Providence’ masih bereksplorasi nyaman dalam ruang lingkup death metal, walau atmosfir Skandinavian black metal nya sangat ketara dibeberapa lagu, secara keseluruhan ‘Providence’ lebih berasa nuansa old-school death metal. terinspirasi band legend macam MORBID ANGEL, INCANTATION, DEMILICH, BOLT THROWER hingga grup era modern seperti HORRENDOUS.
Duet vokal antara Steve Peacock dan Shelby Lermo menjadi salah satu faktor penting sukses nya album ini, dinamika death growl–blackened shriek keduanya menjadikan kedelapan lagu tak monoton, karena banyak pengusung konsep musik kompleks seperti mereka, malah boring di departemen vokal. ULTHAR juga berhasil menemukan titik keseimbangan antara metal kematian sekolah lama dengan death metal era modern, hasil produksi Greg Wilkinson juga mencoba keluar dari pakem lo-fi yang lagi ngetren di kalangan para pengusung extreme metal sepuluh tahun kebelakang, dan memilih karakteristik sound yang lebih clean namun tanpa harus menghilangkan sisi raw, pemilihan karakter sound tersebut tentunya sangat pas dengan materi dalam ‘Providence’ yang progresif dan cenderung technical, bisa terkubur detil-detil riff ngejelimet dan betotan bass nya kalau dikemas dengan sound model busuk. ULTHAR juga tak memberikan ruang pada filler sama sekali, total durasi hanya 35 menit, mungkin tergolong singat untuk sebuah full-length jaman sekarang, namun dengan lagu-lagu super padat seperti yang dibawakan ULTHAR, durasi tersebut sudah sangat pas, karena kalau kepanjangan justru malah fatal dan pengengar bisa-bisa malah buyar karena keburu kelojotan telinganya. Melalui album keduanya ULTHAR telah menampilkan wujud paling berbahaya mereka, walaupun kadang masih suka bikin déjà-vu, setidaknya trio ini mampu memberikan sajian extreme metal lumayan segar untuk memuaskan para Elder Gods ditengah gempuran rilisan OSDM dan black/death yang membanjiri pasaran tiga tahun terakhir. (Peanhead)
8,7 out of 10