ALBUM REVIEW: UADA – CREPUSCULE NATURA

UADA ‘Crepuscule Natura’ ALBUM REVIEW

Eisenwald. September 8th, 2023

Melodic black metal

Lewat album ketiga mereka, ‘Djinn’, yang dilepaskan empat tahun lalu, band asal Portland, Oregon, Amerika Serikat, UADA, menurut saya akhirnya telah berhasil lepas dari bayang-bayang MGLA, pasalnya pengaruh dari duo asal Polandia tersebut bener-bener terdengar dalam dua album pertama ‘Devoid of Light’ dan ‘Cult of a Dying Sun’, malah ada beberapa lagu yang sempet dianggap nyontek secara langsung. Namun dengan ‘Djinn’, grup besutan Jake Superchi (CEREMONIAL CASTINGS) berhasil menemukan jadi diri mereka, via ramuan black metal yang emang sih masih ada influence MGLA-nya, tapi disitu mereka turut memasukan berbagai bumbu yang cukup berani, entah itu punk rock, hard rock via solo gitar yang meraung-raung dan melodius, plus progressive metal khususnya nomor terakhir yang epic banget, “Between Two Worlds”. Berkat kesuksesan album ‘Djinn’, UADA bersama STORMKEEP dan WOLVES IN THE THRONE ROOM (yang lagi naik terus namanya sejak ‘Thrice Woven’), menurut saya menjadi tiga band black metal, yang punyaa kans besar merekrut pendengar-pendengar baru, yang bahkan belum pernah nyelem di aliran tersebut, pasalnya ketiganya punya materi yang lumayan catchy dan straightforward, pas buat pendengar pemula.

Tapi agak disayangkan track pembuka dari album baru yang bertajuk ‘Crepuscule Natura’ ini agak kurang greget, padahal “The Abyss Gazing Back” kurang lebih masih mengusung sound inti yang sama dari rilisan sebelumnya, masih ada gebukan nyerempet punk rock-nya, tapi mungkin cabutnya gitaris James Sloan, yang sudah memperkuat UADA dari album pertama, punya dampak besar pada album baru, pasalnya forgettable banget trek pertama ini, sedangkan title track “Crepuscule Natura” meskipun udah rada mendingan tapi pas bagian instrumental section pas pertengahan hambar banget porsi lead guitar­-nya, gak ada solo meraung-raung yang menyayat qolbu, begitu pula melodic section menjelang akhir, yang masih gitu-gitu aja, padaha lagunya potensial, nuansa DISSECTION berasa tanpa harus jadi kloning mentah-mentah, tapi ya eksekusinya nanggung. Barulah di trek ketiga “The Dark (Winter)”, saya baru nemu posisi enak album baru UADA, perpaduan sinting antara irama 4/4 ala metal epik ala MANOWAR hingga BATHORY, ketemu kocokan nge-punk lengkap dengah sinkop simbal, hingga tremollo riffing macam ENSLAVED dkk, dan yang paling penting semua bagian-bagian lead-nya impresif.

“Retraversing the Void” malah lebih geblek lagi, bahkan riff awal nya kok malah ngingetin ke band post-hardcore kek FUNERAL FOR A FRIEND, FIGHTSTAR, dan 18V era “Obsession”, meskipun tetep komposisi utamanya melodic black metal, dan lagi-lagi performa gitar dalam lagu ini dari awal sampe akhir tetap bersinar (di pertengahan turut pula ada harmonisasi ala IRON MAIDEN), jelas “Retraversing the Void” termasuk sangat pushing the boundaries untuk sebuah lagu black metal yang bener-bener kelewat catchy lurd, CRADLE dan DIMMU pun lewat. “Through the Wax and Through the Wane” yang mengikuti format album sebelumnya, yang mengakhiri LP dengan track berdurasi diatas sepuluh menit, tapi meskipun gak menemukan hal yang bisa saya nitpicking di lagu ini, secara keseluruhan racikannya kurang memorable kayak “Between Two Worlds” kemarenan. Jujur, dari lima lagu hanya dua nomor aja yang ogut bener-bener nyangkut, meskipun kesemuanya oke 3 dari lima cenderung kurang punya daya gedor, dan lebih sering tereduksi jadi background sound pas didengerin padahal udah puluhan kali di putar ulang, ‘Crepuscule Natura’ jadinya menjadi album least favourite saya dalam diskografi UADA. (Peanhead)

7.0 out of 10