ALBUM REVIEW: TURNSTILE – GLOW ON

TURNSTILE ‘Glow On’ ALBUM REVIEW

Roadrunner Records. August 27th, 2021

Hardcore punk/Alternative rock

Ketika TURNSTILE dibentuk pada tahun 2010 oleh penggebuk drum TRAPPED UNDER ICE, Brendan Yates, bersama teman masa kecilnya, Brady Ebert, yang sesama penggila New York Hardcore macam MADBALL dan AGNOSTIC FRONT, tak ada yang menyangka kalau grup yang turut diperkuat oleh Daniel Fang, “Freaky” Franz Lyons, dan Pat McCrory ini bisa menembus pasar arus utama sampe menginvasi late-night circuit segala, karena TURNSTILE awalnya dianggap palingan bakalan jadi proyek sampingan aja kayak DIAMOND YOUTH, apalagi mengingat nama TRAPPED UNDER ICE saat itu memang lagi panas-panas nya pasca merilis album kedua ‘Big Kiss Goodnight’. Setelah merilis dua buah EP (‘Pressure to Succeed’ dan ‘Step 2 Rhythm’, TURNSTILE sepertinya mulai diseriusin dengan dirilisnya album pertama ‘Nonstop Feeling’, apalagi TRAPPED UNDER ICE emang sedang mati suri saat itu. Debut mereka tersebut terbilang sukses, Roadrunner Records pun langsung datang mengetok pintu, karena memang mereka lagi mencoba mengkapitalisasi fenomena hardcore revival terkini, gambling yang akhirnya berbuah manis, karena TURNSTILE, CODE ORANGE, HIGHER POWER, ANGEL DU$T, dan FEVER 333 pada sukses semua, setelah 15 tahun band yang diorbitkanya hampir semuanya madesu.

Konsep hardcore punk yang dibawakan TURNSTILE banyak dipengaruhi sound skena New York era 90’an macam SNAPCASE, SHELTER, QUICKSAND, HELMET, dan era akhir LEEWAY, yang memang udah dirasuki alternative rock, timbre vokal Brendan Yates yang terkubur reverb juga rada mirip-mirip Perry Farell dan Adam “Ad-Rock” Horovitz. Namun ‘Glow On’ isinya tak sekedar daur ulang saja, karena mereka turut memasukan berbagai elemen-elemen lumayan nyeleneh dalam komposisi mereka, seperti “Don’t Play” yang bisa bikin pendegar berdansa dengan irama samba nya, pengaruh band yang suka eksplorasi aneh-aneh/genre-fluid macam JANE’S ADDICTION dan FAITH NO MORE terpampang jelas dalam aransemen TURNSTILE terkini, lalu dalam “Underwater Boi” berserta “New Heart Design” band ini malah berasa new wave, sementara dalam “Alien Love Call” malah tiba-tiba jadi maenin R&B ampe ngundang Dev Hynes aka Blood Orange segala, yang turut  pula mengisi vokal pada trek pop-punk/dream pop “Lonely Dezires”. Namun tenang!. meskipun video klip yang dilepaskan pun sekarang udah kayak iklan Urban Outfitters estetikanya, plus sekarang TURNSTILE udah semakin berani bereksperimentasi ke ranah musik pop, mereka masih belum melupakan akar, karena masih banyak lagu-lagu yang mampu membuat moshpit bergejolak seperti “Blackout”, “Fly Again”, “Wild Wrld”, dan tentunya tiga track yang sudah dipastikan jadi instant classic “Mystery”, “Holiday”, dan “T.L.C (Turnstile Love Connection).

Satu-satu nya kekurangan ‘Glow On’ ada pada penyusunan tracklist nya yang terkesan random, dan transisi dari lagu ke lagu agak jarring gimana gitu, untungnya 15 lagu yang ditawarkan dalam album ketiga TURNSILE ini luar biasa memorable dan catchy, sekali denger bisa langsung terngiang-ngiang dikepala, terakhir kali saya mendengar album rock menstrim yang punya materi se-powerful ini, adalah ‘Wasting Light’ dari FOO FIGHTERS yang muncul tahun 2011 silam (R.I.P Taylor Hawkins). ‘Glow On’ terbukti merupakan sebuah complete package dari materi, rekaman,  hingga A E S T H E T I C nya dapet, jadi bukanlah sebuah anomali kalau ‘Glow On’ bisa sukses dipasaran, merangkul bermacam-macam kalangan, dari skater, anak hardcore dan indies, pendengar kasual, sampe mereka yang sama sekali gak doyan musik HC sekalipun bisa jadi ketularan doyan, saya sendiri yang memang dulu kenal musik hardcore punk dari videogame macam Tony Hawk’s Pro Skater dan True Crime New York City, yang emang soundtrack nya banyak dipenuhi band NYHC, juga langsung kepincut sama ‘Glow On’, yang peningkatan segi kualitasnya sangat drastis dari ‘Time & Space’, yang kurang terlalu masuk di telinga ogut karena nanggung materinya. Masa bodo amat lah di bilang udah jadi band overrated dan overhype, karena ‘Glow On’ emang catchy as fukk dari awal sampe akhir. (Peanhead)

9.4 out of 10