ALBUM REVIEW: THE BLACK DAHLIA MURDER – SERVITUDE

THE BLACK DAHLIA MURDER ‘Servitude’ ALBUM REVIEW

Metal Blade Records. September 27th, 2024

Melodic death metal

Ketika Trevor Strnad berpulang pada 11 Mei 2022 silam, banyak yang beranggapan bahwa THE BLACK DAHLIA MURDER bakalan membubarkan diri. Pasalnya, mendiang Trevor bukan sekadar vokalis kharismatik dan penulis lirik ulung saja, beliau juga menjadi sosok sinonim dengan image THE BLACK DAHLIA MURDER yang friendly, fun, dan approachable (walaupun lirik lagu-lagunya tetap ngeri). Tak seperti banyak band extreme metal lain di pasaran yang cenderung tampil galak dan penuh keseriusan, THE BLACK DAHLIA MURDER justru membawa energi yang lebih gembira. Memang, pembawaan THE BLACK DAHLIA MURDER tersebut sering jadi ajang hujatan kaum elitist. Namun, brand image itulah yang justru menjadikan grup asal Waterford, Michigan, USA ini lebih ramah bagi pendengar baru, mampu merangkul audiens dari berbagai kalangan. Beberapa bulan setelah masa berkabung, THE BLACK DAHLIA MURDER akhirna mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan perjuangan yang sudah dimulai sejak 2001. Alih-alih merekrut vokalis baru, yang sudah pasti bakal kena nyinyiran para fans, gitaris sekaligus co-founder Brian Eschbach memutuskan untuk mengambil alih posisi vokalis, sementara tugas gitaris rhythm diberikan kepada Ryan Knight, yang kembali setelah dulu sempat cabut pasca ‘Everblack’.

Karena ‘Servitude’ merupakan album pertama setelah “comeback” pasca tragedi, THE BLACK DAHLIA MURDER tampaknya masih bermain aman, belum terlalu keluar jalur dari formula ‘Nightbringers’ dan ‘Verminous’. Namun, sebagai bentuk penghormatan kepada mendiang Trevor Strnad, membuat Ryan Knight, Brandon Ellis, Max Lavelle, dan Alan Cassidy benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan mereka, yang langsung terasa di “Evening Ephemeral”, dengan divisi rhythm section yang langsung paling menggila. Brian Eschbach, yang terpaksa mengambil peran vokalis, pun membuktikan kepiawaiannya, meskipun dari segi lirik tidak sebrutal Trevor. “Panic Hysteric” langsung jadi favorit saya di album ini, dengan guitar solo yang luar biasa aduhai, dan entah kenapa malah ada rasa-rasa GALNERYUS. Sayangnya, penyakit lama TBDM yang sering bikin beberapa lagu kurang distingtif alias mudah membaur satu sama lain masih menjangkiti, seperti pada “Aftermath”, title track, dan “Asserting Dominion”, yang sayangnya jatuhnya cuma nyelonong doang lewat saat diputar.

Meskipun begitu, ‘Servitude’ masih menyimpan cukup banyak trek standout. Selain “Panic Hysteric”, ada juga “Cursed Creator” yang super-groovy, serta “Mammoth’s Hand” yang cukup memorable dan layak masuk setlist kekinian. Sayangnya, menjelang akhir album, tensi mulai sedikit menurun. “Transcosmic Blueprint” sebenarnya cukup oke dengan bagian instrumental yang menjurus ke ranah prog metal, ditambah kocokan gitar ala Gothenburg yang bikin nagih. Namun, lagu penutupnya justru terasa medioker. Jujur saja, kalau bukan karena video klipnya yang kocak dengan kostum absurd serta solo section gila dari Knight dan Ellis, gua mungkin bakal kesulitan mengingat lagu ini meskipun sudah diputar berkali-kali. Bagi pendengar lama, ‘Servitude’ mungkin terasa mengecewakan karena terlalu bermain aman. Mereka yang berharap ada the next ‘Ritual’ atau ‘Nightbringers’ bisa jadi bakal gigit jari. Namun, sebagai album penghormatan untuk sang frontman yang telah dipanggil lebih dulu, ‘Servitude’ tetap berhasil merangkum segala keringat perjuangan THE BLACK DAHLIA MURDER selama lebih dari dua dekade. (Peanhead)

8.4 out of 10