fbpx

ALBUM REVIEW: TESSERACT – WAR OF BEING

TESSERACT ‘ War of Being’ ALBUM REVIEW

Kscope. September 15th, 2023

Progressive metal/djent

Setelah kurang lebih lima tahun rehat ngerilis album penuh, band progressive metal sekaligus salah satu pionir djent asal UK, TESSERACT, tahun ini akhirnya melepaskan full-length terbaru mereka ‘War of Being’ via Kscope. Sebagai salah satu band paling penting yang mempopulerkan djent di khalayak umum lewat ‘Concealing Fate EP’ dan ‘One’, dimana debut mereka menjadi rilisan paling penting perkembangan aliran tersebut bersama ‘Nothing’ & ‘obZen’ (MESSHUGGAH), ‘Dualism’ (TEXTURES), ‘The Discovery’ (BORN OF OSIRIS), dan album self-titled dari ANIMALS AS LEADERS dan PERIPHERY. Namun diantara band djent generasi awal lain, nama TESSERACT bisa dibilang tak terlalu menggema, dan belum terlalu bisa mendobrak pasar Amerika Serikat, disaat banyak grup seangkatan mereka udah pada meroket, hal tersebut disebabkan karena selama ini mereka dianggap kurang konsisten, lalu pasca memuntahkan debut fantastis, sang vokalis malah cabut, terus dua kali gonta-ganti vokalis, dan saat Daniel Tompkins akhirnya balik dan didepak Century Media, TESSERACT malah bereksplorasi lewat ‘Polaris’ dan ‘Sonder’, dimana alih-alih main aman buat mengejar pasar, mereka malah makin nge-prog dan seenak jidat.

‘War of Being’, yang menjadi LP kelima TESSERACT ini bisa dibilang merupakan kulminasi eksperimentasi mereka yang dimulai sejak tahun 2015 lalu, dengan tambahan throwback ke album pertama, lewat komposisi yang lebih intens dan garang, dipadukan dengan unsur atmosfir ethereal yang space-rockish, plus sensibilitas pop kental dari ‘Sonder’, elemen-elemen tersebut membuat ‘War of Being’, yang berdurasi 60-menit ini tak terdengar monoton dari awal sampe akhir, karena dari aransemen hingga struktur lagunya distingtif banget, penuh twists and turns yang hampir gak ketebak. Sayangnya ogut agak kurang sreg dengan lagu pembuka “Natural Disaster”, bukan karena lagunya ampas, tetapi saya rasa, single pertama “War of Being” kayaknya lebih pas buat membangun mood, emang sih trek tersebut agak terlalu masif (11 menit) dan mungkin buat pendengar bukan spesialis prog bakal kesulitan mencerna. ‘War of Being’ sendiri merupakan sebuah konsep album yang cukup overarching, dengan tiap-tiap nomor yang nyambung dari awal sampe akhir, dan pendengar perlu nyetel berkali-kali agar bisa nangkep secara sempurna, tapi karena dari segi materi oke sangat, mau digas setel berulang beberapa kalipun saya hampir gak pernah kebosenan sama sekali, dan bagi yang merogoh kocek sedikit lebih dalam, Daniel Tompkins (bersama dua orang developer lain) turut pula membuat first-person puzzle game dengan judul sama bersama dua orang lainnya, yang menjelaskan lebih dalam konsep album ini, dimana Early Access-nya sudah bisa dibeli via Steam, dengan versi full kemungkinan dilepas tahun depan.

Tak sekedar kompleks belaka dan kolosal, ‘War of Being’ pun cukup memorable dan sangat catchy plus groovy AF!, lima lagu pertama khususnya “Natural Disaster”, “Echoes”, “The Grey”, “Legion”, dan “Tender” kalo udah sekali ngena dijamin susah keluar dari ingatan, dan secara overall album ini merupakan salah satu rilisan prog era modern yang paling mudah dikonsumsi orang awam sekalipun, setidaknya sebelum masuk title-track hingga nomor paripurna. Track ketujuh “Sirens” adalah lagu paling saya sering skip ketika muter ‘War of Being’, melodinya rada nanggung, mungkin niatnya buat cooling down pasca lagu sebelumnya yang masif, tapi saya rasa misal lanjut ke “Burden” langsung, flow keseluruhan pasti jadi lebih pas, apalagi misal title track ditarik keatas. Nomor penutup “Sacrifice” meskipun gak terlalu eksplosif tapi kalau melihat konsep albumnya, justru sebenarnya pas banget, gak semua album progressive metal perlu ending yang meledak-ledak kayak “Recharging The Void”-nya VEKTOR. ‘War of Being’ adalah album paling triumphant TESSERACT, hasil akhir evolusi mereka dari album pertama hingga keempat, dan setelah satu decade terakhir tersisihkan PERIPHERY, ANIMALS AS LEADER, dkk, akhirnya TESSERACT akhirnya memperoleh kembali tahta mereka sebagai master of djent, sekaligus menyiarkan kembali sound djent yang baik dan benar seperti apa, buka cuma modal chuggachugga pake gitar tujuh/delapan senar doang. (Peanhead)

9.5 out of 10