TESSERACT ‘One’
Century Media Records
March 22 th , 2011 (Original). May 11th, 2018 (Reissue)
Progressive metal/Djent
Diantara berbagai tren yang mencuat satu dekade ini, salah-satu yang punya impact paling besar saya rasa adalah djent, sebuah aliran progressive metal yang di prakarsai oleh gitaris PERIPHERY Misha Mansoor, mengambil template dari MESHUGGAH berikut pula band math metal/technical metal semacam SIKTH dan TEXTURES. Selain PERIPHERY ada dua grup musik lainya yang sangat berpengaruh pada perkembangan djent, apabila ANIMAL AS LEADERS mempengaruhi style instrumental djent yang lebih eksperimental dan nyerempet jazz fusion, grup asal Inggris yang telah dibentuk dari tahun 2003 silam, TESSERACT juga punya pengaruh penting mengembangkan sisi djent yang lebih melodic dibalut nuansa musik ambient kental. Namun sama seperti tren yang datang silih berganti lainya, makin kesini sudah mulai jarang kelihatan album dari para pengusung aliran ini yang menarik, karena mayoritas band sudah mulai transisi ke-nu metalcore dan post-grunge 2.0 atu berubah jadi band trve prog seperti THE CONTORTIONIST, tak seperti periode 2011-2015 yang dipenuhi rilisan berkualitas seperti ‘The Discovery’ (BORN OF OSIRIS), ‘Måsstaden’ (VILDHJARTA), ‘Guiding Lights’ (SKYHARBOR), dan ‘Living Mirrors’ (DISPERSE). Bahkan para grup pionir nya pun sudah mulai rada melempem, PERIPHERY udah gak segalak dulu, TEXTURES malah bubar, dan TESSERACT dalam album terbarunya ‘Sonder’ (2018) jadi terdengar melempem kurang bertaji lagi, kekecewaan saya terhadap ‘Sonder’ tentunya membuat saya jadi lebih memilih mendengarkan kembali debut album TESSERACT yang fenomenal yaitu ‘One’, dimana album tersebut baru saja di reissue oleh Century Media Records ketiga kalinya selang kurang sebulan setelah ‘Sonder’ dilempar kepasaran.
Keputusan dari pihak label untuk merilis ulang ‘One’ bukan tanpa dasar, walaupun bagi para fans lama ‘Sonder’ rada terdengar biasa-biasa aja, album tersebut sepertinya berhasil membawa TESSERACT lebih populer di kalangan pendengar non-prog, dengan materi yang lebih lembut dan radio-friendly. Berbanding terbalik dengan ‘One’ yang penuh groove rifftastic dan renyah, dan tentunya jangan lupa salah satu lagu konsep progressive metal terbaik sepanjang masa ‘Concealing Fate’ yang terbagi menjadi enam bagian dan merupakan centerpiece album ini, belum lagi ‘One’ punya lagu-lagu timeless lainya seperti “Lament”, “April”, “Sunrise”, dan “Eden”. Sayang nya setelah melepaskan album tersebut, vokalis Daniel Tompkins justru cabut (kemudian bergabung dengan SKYHARBOR) dan membuat TESSERACT sedikit kehilangan momentum karena kehilangan seorang frontman, karena kontribusinya luar biasa penting membuat ‘One’ jadi album one-of the kind, karakter vokalnya lebih soulful dibandingkan rekan-rekan vokalis djent lainya yang pop-punk-ish, dan konsep dari TESSERACT tersebut bakal dikembangkan lebih jauh lagi oleh ISSUES dalam album ‘Headspace’ nantinya. Memang tak lama kemudian TESSERACT langsung memuntahkan ‘Altered State’ (2013), sebuah album yang secara komposisi sebenernya lebih nge-prog dan eksperimental, Ashe O’Hara pun bukan sembarang vokalis meskipun karakternya rada agak mirip Claudio Sanchez (COHEED AND CAMBRIA), yang membuat banyak pendengar rada kurang sreg.
Formasi tersebut juga tak bertahan lama karena setahun kemudian ia pun keluar, dan Daniel Tompkins bergabung kembali hingga kini, tapi musik yang ditawarkan TESSERACT dalam dua album terakhir sudah mulai sedikit mencoba melebarkan sayap diluar progressive metal, namun evolusi tersebut terdengar lumayan nanggung, karena mereka masih menolak meninggalkan riffing chugga-chugga dan harsh vocal. Mungkin kalau TESSERACT lebih berani dalam merombak musik mereka seperti LEPROUS dalam ‘Below’ dan CYNIC dalam ‘Kindly Bent To Free Us’ mungkin hasil nya bakal lebih maksimal dari pada terdengar seperti butt-rock dengan riffs djent. Di dengarkan saat ini pun ‘One’ masih terdengar sangat menyegarkan telinga, jarang-jarang ada grup musik yang langsung berhasil menciptakan sebuah masterpiece di rilisan pertama, sampai saat ini juga saya belum menemukan album djent yang bisa menyamai level album ini, materinya meski kompleks tetap memorable dan perpaduan antara elemen technical metal dan bagian melodic berserta ambient nya membaur begitu halus, tak terdengar maksa sama sekali, karena sekelas PERIPHERY pun kesulitan untuk menggabungkan hal tersebut. Semoga saja TESSERACT setelah misstep bernama ‘Sonder’ (dengan durasi yang lebih cocok di beri titel mini-album/EP), mampu menulis lagi materi se-fenomenal debut mereka, karana hal tersebut bukan tak mungkin dalam scene metal, band yang telah tenggelam puluhan tahun pun bisa bangkit menghasilkan album opus baru. (Peanhead)
9.5 out of 10