SVALBARD ‘The Weight of The Mask’ ALBUM REVIEW
Nuclear Blast Records. October 6th, 2023
Post-hardcore/Blackgaze
Sejak secara gak sengaja nemu tiga buah EP era awal dan dua split, via sebuah blog yang sekarang sudah R.I.P kena DMCA, saya selalu menempatkan SVALBARD ke jajaran atas band hardcore yang sudah pasti ditunggu-tunggu rilisan barunya, selain itu grup asal Bristol, UK ini juga selalu konsisten gak pernah ikut-ikutan tren yang datang silih berganti, karena dari EP self-titled, ‘Gone Tomorrow’, ‘Flightless Birds’ (yang nantinya dirangkum dalam kompilasi ‘Discography 2012–2014’), dan debut album ‘One Day All This Will End’, hingga full-length ketiga yang sangat fantastis ‘When I Die, Will I Get Better?’, SVALBARD selalu menyajikan materi post-hardcore/melodic hardcore bertabur unsur post-rock, crust punk, sampai black metal yang tak pernah meleset, penuh raw energy, ditambah lagi lirik yang banyak mengangkat isu-isu ril. Pada pertengahan tahun lalu Nuclear Blast Records mengumumkan bahwa mereka telah menggaet SVALBARD ke label raksasa tersebut, sekaligus mengakuisisi seluruh back catalogue band yang sebelumnya dirilis Holy Roar, dan setelah melakukan penggodokan materi secara intens, yang menyebabkan sebagian lagu yang telah ditulis akhirnya dicoret, karena dianggap tak sepadan album ketiga mereka, SVALBARD akhirnya menyelsaikan proses rekaman awal tahun ini, dan ‘The Weight of the Mask’ pun dilepaskan di penghujung 2023.
Berhubung sekarang udah masuk label metal gede, kayaknya SVALBARD jadi leluasa melakukan ekspansi, meskipun akar post-hardcore/melodic hardcore mereka masih paling depan, tapi elemen blackgaze/post-metal macam ALCEST, ASTRONOID, NUMENOREAN, HERETOIR, SYLVAINE, hingga AN AUTUMN FOR CRIPPLED CHILDREN jadi semakin dominan dan berani, dan dalam album baru Serena Cherry pun jadi semakin banyak menggunakan clean vocals. Kedua hal tersebut memang membuat ‘The Weight of the Mask’ pas pertama kali didengerin jadi kayak kurang mentah dan kurang daya gedor, tapi setelah didengarkan sampai kelar, album keempat SVALBARD ini memang terbukti banget sangat variatif, dari lagu melodic hardcore frontal kayak “Faking It”, “Eternal Spirits”, dan “Defiance”, ataupun nomor yang lebih berasa nuansa blackened-nya layaknya “November” dan “Lights Out” (yang ini malah lengkap dengan melodi ala folky meloblack), plus dua buah trek ”easy-listening yaitu, “How To Swim Down” dan “Pillar In The Sand”, hanya lagu ketujuh saja “Be My Tomb”, yang menurut saya kurang greget, ditambah lagi closer “To Wilt Beneath The Weight” tak berhasil menutup album ini dengan high note, karena ujungnya terkesan jadi melempem, alih-alih meletup malah justru meletus. ‘The Weight of the Mask’ direkam bersama produser Lewis Johns, yang sudah menemani perjalanan karir SVALBARD sejak awal jadi dari segi produksi ia udah tau banget apa yang diinginkan band. Fans yang udah ngikutin dari awal mungkin bakalan sedikit kesulitan menerima sound terkin SVALBARD yang lebih metal, polished, sekaligus ekspansif, ‘The Weight of the Mask’ pun gak bakal selamat kalo di banding-bandingkan dengan ‘When I Die, Will I Get Better?’ yang notabene album terbaik grup ini, pasalnya ‘The Weight of the Mask’ agak sedikit kepanjangan dan rada terlalu ambisius scope-nya, lalu drum dan vokalnya agak terlalu kedepan ketika di-mixing, meskipun begitu album ini berhasil menjadi landmark baru perjalanan karir SVALBARD sebagai band, yang mampu membawa mereka ke hadapan calon-calon pendengar baru diluar scene hardcore. (Peanhead)
8.9 out of 10