SPECTRAL VOICE ‘Sparagmos’ Album Review
Dark Descent Records. February 9th 2024
Death/doom
Penantian tujuh tahun akhirnya terbayar dengan lunas, karena album penuh kedua SPECTRAL VOICE akhirnya dimuntahkan juga oleh kwartet Eli Wendler, Paul Riedl, Morris Kolontyrsky, dan Jeff Barrett. Kedatangan LP nomor dua SPECTRAL VOICE ini terbilang berjarak cukup lama dari ‘Eroded Corridors of Unbeing’, karena memang tiga perempat personil SPECTRAL VOICE juga pemain tetap di BLOOD INCANTATION, grup metal kematian papan atas yang udah ditarik major label, dengan jadwal tur wara-wiri yang tentunya sangat padat, belum lagi proyekan Wendler & Kolontyrsky bersama Zach Coleman (KHEMMIS) dan Jonathan Campos (PRIMITIVE MAN), BLACK CURSE, cukup aktif dan udah ancang-ancang full-length baru ‘Burning in Celestial Poison’. Tetapi sudah bukan rahasia umum lagi sebenernya kalau SPECTRAL VOICE sudah lama menggodok album follow up ‘Eroded Corridors of Unbeing’, rilisan yang saat ini sudah disepakati sebagai modern death/doom classic, selain itu nama band ini pun tak sepenuhnya menghilang dari peredaran, karena sejak 2018 mereka rajin melepaskan karya, entah itu kompilasi demo ‘Necrotic Demos’ dan juga split, baik itu bersama VASTUM, ANHEDONIST, hingga pertengahan tahun lalu bersama UNDERGANG, yang sempet bikin geger.
Bertajuk ‘Sparagmos’ dan dirilis masih dibawah naungan Dark Descent Records, SPECTRAL VOICE mampu menghadirkan materi yang bahkan lebih sinting dari sebelumnya, dan bagi mereka yang dulu kepincut dengan ‘Eroded Corridors of Unbeing’, siap-siap dibuat menganga oleh empat lagu baru yang dihadirkan dalam ‘Sparagmos’. Kalau album pertama masihlah bisalah jadi bahan pembuat kericuhan di moshpit atau setidaknya headbang dibarisan paling depan kalau pas live, sedangkan empat lagu dalam album ini udah berbanding 360 derajat. ‘Sparagmos’ meski masih dalam ruang lingkup death/doom ortodoks, sudah jelas banget dari nomor pertama “Be Cadaver” jadi semakin lebih mencekam dengan atmosfir suram dan penuh keputusasaan pekat yang membelenggu, memang masih ada letupan pada pertengahan lagu, tapi secara keseluruhan nuansa-nya makin dekat ke band-band funeral doom, belum lagi dipenghujung lagu ada petikan-petikan gitar penuh nestapa lengkap dengan clean vocal samar-samar, yang mengingatkan saya pada BELL WITCH. Transisi antara trek pertama dengan “Red Feasts Condensed into One” nomor kedua juga berengsek, menggunakan drum fills berkecamuk untuk memecahkan kehampaan, yang lalu disamber dengan blast beat ungga-bungga penuh kekacauan ala black/death, tapi SPECTRAL VOICE tak mau berlama-lama dalam dekapan chaos. Karena belum satu menit mereka udah menurunkan tempo tanpa harus kehilangan intensitas, yang mampu dipertahankan selama hampir 13 menit, karena didukung struktur dan progresi lagu sangat ekspansif dan sulit diterka, dimana makin keujung jadi sedikit déjà vu sama BLOOD INCANTATION era ‘Starspawn’ dulu, karena lead ketimteng-an di menit kesembilan dan riffing lengket Azagtoth-ian di akhir track.
Meskipun merupakan lagu berdurasi paling pendek (07:39), “Sinew Censer” justru menjadi nomor paling padat dalam ‘Sparagmos’, dengan durasi yang lebih pendek 50%, SPECTRAL VOICE masih mempertahankan format death/doom non-Euclidean signature mereka tanpa miss, tetapi dibandingkan tiga lagu lain, lagu ini jelas menjadi yang paling lempeng alias straightforward, dan paling pas buat menjadi trek perkenalan ke pendengar baru. Sebagai lagu yang mengakhiri ‘Sparagmos’, SPECTRAL VOICE menyajikan “Death’s Knell Rings in Eternity”, sebuah nomor hampir tigabelas menit yang intens, abrasif, dan yang paling penting punya atmosfir kegelapan super padat yang imersif, mampu membuat pendengar seperti tercabik-cabik dengan serangan sonik kejam dari awal hingga akhir. Apabila dibandingkan dengan ‘Eroded Corridors of Unbeing’, ‘Sparagmos’ jelas merupakan sebuah monster death metal yang jauh bereda, alih-alih memancing pendengar buat bikin circle pit pas dibawain saat manggung, para penonton kayaknya bakalan malah tumbang lalu terkapar di lantai moshpit, efek segala kegelapan dalam alam bawah sadar yang tumpah ruah keluar semua, selain itu ‘Sparagmos’ adalah sebuah album yang pantang didengerin secara diketeng, karena wajib/harus/kudu didengerin secara kontinyu dari awal sampai akhir, biar bener-bener bisa terjerumus kedalam dunia penuh nista yang dihadirkan oleh SPECTRAL VOICE. 2024 memang baru beberapa bulan, dan rilisan-rilisan bajingan lain nya baru mulai bermunculan dari April hingga November nanti, namun bagi saya bakalan sulit menggeser ‘Sparagmos’, dari posisi puncak kandidat Album of the Year 2024, apalagi setelah didengerkan 40x sekalipun belum ada tanda-tanda bikin jenuh, alias punya lasting value luar biasa tinggi. (Peanhead)
10 out of 10