PESTILENCE ‘Hadeon’ Review March 5th 2018,
Hammerheart Records
Death metal
PESTILENCE dalam jagat persilatan Death metal Internasional gak bisa dianggap enteng, album ‘Consuming Impulse’ masih banyak dianggap sebagai album Death metal terbaik sepanjang masa, dan bersama CYNIC ‘Focus’, ATHEIST ‘Unquestionable Presence dan DEATH ‘Human’ di awal 90’an menorehkan jejak sebagai salah satu bapak pionir Death metal progresif dan technical dengan album ketiga mereka ‘Testimony of The Ancients’. Setelah ‘Spheres’ dirilis dan mendapat pujian dari para kritikus, pada tahun 1994 grup musik asal Belanda ini membubarkan diri dan menghilang dari peredaran. Ditahun 2008 Patrick Mameli memutuskan untuk meresureksi PESTILENCE setelah satu dekade lebih terkubur, ‘Ressurection Macabre’ didapuk sebagai album comeback, yang sayangnya terkena virus album reunian lainya dan akhirnya flop, dua album setelah nya juga tidak bisa berbuat banyak, ‘Obsideo’ yg di lepas pada 2013 misalnya, terdengar layak nya band technical death metal kekinian yang sudah banyak membajiri pasaran, minim karakter eksklusif, walaupun keberanian Om
Patrick Mameli untuk eksplorasi style yang kekinian patut diacungi jempol, sampai akhirnya diputuskan untuk dibubarkan kedua kali nya pada tahun 2014.
Ujug-ujug di tahun 2016, PESTILENCE lagi-lagi bangkit dari kubur, seperti pocong yang lupa di buka talinya, Sang kreator sepertinya masih penasaran, dan tak butuh waktu lama, dengan line-up personil yang baru semua, ‘Hadeon’ akhirnya di luncurkan, awal nya saya skeptis malah termasuk udah bodo amat, tapi setelah streaming single pertama ‘Multi Dimensional’ di kanal Youtube, siapa sangka setelah kurang berhasil mendobrak di edisi reuni sebelumnya, ‘Hadeon’ kali ini langsung bisa tokcer. Sedari lagu penuh pertama ‘Non Physical Existent’, PESTILENCE sepertinya kali ini lebih memilih mengulik lagi Death metal sekolah lama, Lebih nge-Thrash dan Groovy layaknya dua album pertama mereka, dengan bumbu-bumbu progresif ala ‘Testimony of the Ancients’ dan elemen fusion dari album ‘Sphere’ di bagian lead guitar. Secara keseuluruhan setiap lagu di album ini terasa lebih simpel dibanding ‘Doctrine’ dan ‘Obsideo’, tapi jangan salah duet maut Patrick Mameli bersama Santiago Dobles (Aghora), masih banyak memainkan kocokan-kocokan teknikal, walau tingkat ke rumitan nya memang sedikit diturunkan beberapa level jadi terdengar lebih lurus-lurus aja. Gaya mastering Dan Swanö yang cukup modern juga lebih cocok dengan materi yang sekarang, impact tiap-tiap instrument khususnya bass gitar dan drum sangat terasa, dan masih tetap terasa manusiawi. Bagi yang memang mencari death metal yang ber-sound busuk mohon ke lapak sebelah saja.
Namun tentunya album ini masih menyimpan beberapa kekurangan, pertama album terdengar hanya seperti kumpulan lagu best-of, saya jamin semua lagu kalau dimainkan saat live pasti bisa langsung memanaskan moshpit, tapi untuk dibilang sebuah album utuh terasa kurang kohesif, tiap-tiap lagu juga terlalu mentok di struktur yang itu-itu aja, pacing nya juga stagnan, dan ketika lagu terakhir selesai rasa nya cukup anti-klimaks (layaknya album ‘Terminal Redux’ dari VEKTOR tanpa epilog ‘Recharging the Void’). Jelas album ini pasti memecah pendengar dan penggemar, banyak yang mengapresiasi PESTILENCE dengan album ‘back to the roots’-nya, banyak juga yang mencak-mencak dengan tudingan self-plagarism, Bagi saya ‘Hadeon’ sudah termasuk bagus, gak bagus-bagus amet sih buat di taro di year-end list, tapi gak jelek juga dan lebih dari biasa-biasa aja, tiap lagu punya potensi besar bikin pendengar ngangguk-ngangguk sampai leher kliyengan, dan gak ada salah nya juga sih kalo yang di tiru emang style mereka sendiri di album terdahulu.(Peanhead)
8.0 out of 10
Bandcamp: https://pestilenceofficial.bandcamp.com/album/hadeon