KNOCKED LOOSE ‘A Tear in the Fabric of Life’ ALBUM REVIEW
Pure Noise Records. October 13th, 2021
Metalcore
Dua tahun setelah ‘A Different Shade of Blue’ yang fenomenal, grup hardcore asal Oldham County, Kentucky, Amerika Serikat, KNOCKED LOOSE, udah nongol lagi dengan gebrakan teranyar mereka, ‘A Tear in the Fabric of Life’, yang digelontorkan oleh Pure Noise Records sebagai rilisan kejutan di penghujung tahun kemarin. Meskipun hanya berupa mini-album/EP yang terdiri dari enam lagu, ‘A Tear in the Fabric of Life’ bukanlah sebuah rilisan transisional, perkenalan haluan baru atau ajang eksperimen coba-coba, karena dalam mini-album ini lah, KNOCKED LOOSE akhirnya telah berhasil menyempurnakan fusi antara metallic hardcore dengan extreme metal (tanpa harus jadi deathcore), yang memang udah terdengar medok banget dalam full-length nomor dua mereka kemarin, yang mengokohkan posisi KNOCKED LOOSE sebagai salah satu garda terdepan gelombang kebangkitan sound metalcore pertengahan 90’an hingga awal 2000’an, bareng nama-nama tak kalah kurang ajar macam VEIN.FM, CODE ORANGE, JESUS PIECE, SEEYOUSPACECOWBOY, KUBLAI KHAN, ORTHODOX, dll. Gak kayak CODE ORANGE, yang makin kesini malah makin lembek, akibat udah kekeuh mau jadi COAL CHAMBER generasi baru alias ngikut tren nu metal 2.0, KNOCKED LOOSE sekarang malah semakin abrasive, suram plus brutal dalam EP terbarunya. ‘A Tear in the Fabric of Life’ sendiri merupakan sebuah concept album yang didampingi film animasi pendek karya sutradara Magnus Jonsson, jadi supaya bisa memahami dengan sepenuhnya narasi utuh, materi terbaru KNOCKED LOOSE ini sangatlah dianjurkan untuk disimak secara berbarengan dengan short film-nya, karena Bryan Garris dkk dalam menulis lirik hingga aransemen dijamin gak asal jeblak, semua parts lagu mulai dari verse, chorus, sampe breakdown udah disesuain dengan alur cerita, yang menceritakan pergulatan psikologis sang karakter utama pasca tragedi.
‘A Tear in the Fabric of Life’ dibuka dengan “Where Light Divides the Holler”, sebuah lagu yang dipenuhi slam riff dan breakdown destruktif, lalu dilanjutkan dengan “God Knows”, yang bertempo lebih cepat namun ujung-ujung nya tetap terjun bebas juga. “Forced to Stay” mempertahankan momentum dari dua lagu sebelumnya, lewat racikan yang terdengar seperti perkawinan terlarang antara TERROR dan SUFFERING HOUR, sebuah bukti kalau kedua axemen, Isaac Hale dan Nicko Calderon, memang referensinya tergolong luas. “Contorted in the Faille” dan “Return to Passion” walaupun impact-nya gak sebesar tiga lagu sebelumnya, tetap lumayan menendang bokong (gak kalah lah stomping riffs nya sama band slamming jebolan eropa timur), ‘A Tear in the Fabric of Life’ ditutup dengan track “Permanent”, sebuah penutup mini-album sekaligus cerita yang impresif, dimana unsur hardcore punk, death metal, sludge metal, sampe black metal dilebur jadi satu, untuk membangun atmosfir penuh keputusasaan, duka, dan kesedihan yang kelewat pekat. Soal rekaman dan produksi, album ini tidak perlu dipertanyakan lagi, Will Putney masih duduk dibelakang layar, dan dibandingkan ‘Laugh Tracks’ dan ‘‘A Different Shade of Blue’, ‘A Tear in the Fabric of Life’ jelas lebih heavy, pas breakdown akhir “Contorted in the Faille” misalnya, udah berasa kayak ditabrak truk tronton ditengah hujan badai. Meskipun hanya berdurasi 20 menit lebih dikit, lewat EP terbarunya, KNOCKED LOOSE, telah menghasilkan karya terbaik mereka semenjak diformasikan tahun 2013 silam, yang pastinya bakal menjadi pekerjaan rumah berat buat Bryan Garris, Isaac Hale, Kevin Otten, Kevin Kaine, dan Nicko Calderon, untuk menghasilkan album follow-up yang setidaknya setara, atau malah kalo bisa lebih sedeng!. (Peanhead)
9.2 out of 10