ALBUM REVIEW: FIT FOR AN AUTOPSY – THE NOTHING THAT IS

FIT FOR AN AUTOPSY ‘The Nothing That Is’ ALBUM REVIEW

Nuclear Blast Records. October 25th, 2024

Deathcore/Progressive metalcore

Sudah hampir satu dekade IT FOR AN AUTOPSY jadi salah satu pentolan paling terdepan genre deathcore, diawali dengan ‘Absolute Hope Absolute Hell’ (2015), yang menjadi debut vokalis Joe Badolato, lalu dilanjutkan dengan tiga buah album critically acclaimed secara beruntun ‘The Great Collapse’ (2017), ‘The Sea of Tragic Beasts’ (2019), dan ‘Oh What the Future Holds’ (2022). Kalau dibandingkan dengan band idola para anak muda macam CARNIFEX, THY ART IS MURDER, SLAUGHTER TO PREVAIL, atau LORNA SHORE, memang konsep deathcore yang dibawakan oleh FIT FOR AN AUTOPSY lumayan beda, influence mereka gak melulu nyangkut disitu-situ aja, ditambah lagi Will Putney, Pat Sheridan, dkk kadang punya tendensi menulis materi lumayan progresif dipenuhi atmosfir suram pekat, alias gak melulu headbang bait doang, yang justru menjadi daya tarik mereka bagi pendengar yang biasanya paling anti sama aliran deathcore sekalipun. FIT FOR AN AUTOPSY saat ini juga lagi naik banget namanya, bahkan album keenam mereka dua tahun lalu sempat menembus US Billboard Top 40 di posisi ke-23, jadi ketika ‘The Nothing That Is’ diumumin bulan Juli 2024, hype-nya langsung membeludak.

Tanpa perlu intro ataupun track ancang-ancang, lagu pertama “Hostage” langsung menggelegar dengan riff super duper heavy, materinya sendiri yang terdengar seperti gabungan antara GOJIRA dengan AS I LAY DYING, sedangkan “Spoils of the Horde” justru menjamah djent macam THE HAARP MACHINE/BORN OF OSIRIS, walau tanpa tone gitar dj000nt. Lalu dalam “Savior of None / Ashes of All” FFAA kembalik melenceng dari jalur lagi, disini malah nyasar jauh hingga ke gothenburg cuma dengan sedikit twist GOJIRA-esque, tapi sampe sekarang, gua masih kurang sreg kadang-kadang dengan clean vocal-nya FIT FOR AN AUTOPSY, yang kadang kurang gahar dan rade emo. Lagu kelima “Red Horizon”, menjadi yang salah satu single andalan, punya groove yang gak ketulungan, dengan lirik dan video klip yang sangat impactful dan bikin goosebumps, Namun, sayangnya title track “The Nothing That Is” kurang mampu menjadi follow-up yang baik, meski sudah saya beri kesempatan dengerin berkali-kali pun tetep gak nyantol karena generik banget, tak punya bagian yang bener-bener oomph, kayak lima lagu sebelumnya.

“Lurch” yang mampu menampar pendengar dengan lirik luar biasa bleak dan dikemas dengan aransemen sinting, tetapi lagu selanjutnya “Lower Purpose”, kurang begitu masuk di telinga ogut, yang akhirnya selalu gua skip pas lagi dengerin rilisan ini, karena sama dengan title track, memang agak terlalu generik, sedangkan untuk dua lagu terakhir cukup oke lah, “Lust for the Severed Head” menjadi nomor paling death metal dalam album ini, sedangkan “The Silver Sun” melanjutkan tren trek penutup epik yang sudah dimulai dari dua album lalu (“Bird of Prey /  Napalm Dreams” dan “The Man That I was Not”). ‘The Nothing That Is’ secara keseluruhan mungkin masih kalah tingkat kebrutalan materinya dari ‘Oh What the Future Holds’, yang punya nomor-nomor berengsek macam “A Higher Level of Hate”, “Collateral Damage”, “Savages”, dan “In Shadows”, namun ‘The Nothing That Is’ (diluar dua lagu agak mid) punya koleksi lagu lebih beragam, yang akhirnya membuat album ini lebih memorable, tapi ya lama-lama FIT FOR AN AUTOPSY agak kurang cocok kalo dilabelin menggunakan deathcore tok, karena makin kesini materinya semakin melebar kemana, tapi hal itu lah membuat tiap-tiap rilisan FIT FOR AN AUTOPSY jadi wajib di pantengin, karena selalu menghadirkan sesuatu yang menyegarkan setiap memuntahkan karya baru. (Peanhead)

8.8 out of 10