fbpx

ALBUM REVIEW: FACELESS BURIAL – AT THE FOOTHILLS OF DELIRATION

FACELESS BURIAL ‘At The Foothills Of Deliration’ ALBUM REVIEW

Me Saco un Ojo/Dark Descent. October 7th, 2022

Death metal

Meskipun nama FACELESS BURIAL sudah tak asing lagi di telinga, namun entah kenapa selama ini saya termasuk rada acuh dan malah selalu mengesampingkan rilisan-rilisan mereka, padahal tiap kali grup asal Melbourne, Australia ini merilis album/EP baru, pasti bakal rame dan langsung jadi bahan perbincangan di dunia maya, situs-situs spesialis musik keras pun selalu ngasih rating tinggi kepada mereka sejak album pertama ‘Grotesque Miscreation’ (2017). Buat album kedua Alex, Max, dan Fuj gak nanggung-nanggung menunjuk Pete DeBoer, sosok dibalik sound fantastis BLOOD INCANTATION, SPECTRAL VOICE, dan WAYFARER untuk mixing dan mastering ‘Speciation’ (2020), yang alhasil membuat album tersebut konon mampu memanjakan telinga para penikmat 90’s death metal lewat sound yang crunchy tapi terdengar sangat organik. Bermodalkan hype masih anget album yang dirilis taun kemaren, nilai tinggi dari website terpercaya, ditambah lagi faktor Pete DeBoer lah yang akhirnya membuat ogut ditengah kerasnya tanggal tua, akhirnya memberanikan diri untuk datang ke tur FACELESS BURIAL bersama ANATOMIA di Rossi Fatmawati, tujuannya satu bukan buat nonton, tapi beli rilisannya secara langsung.

Dan setelah menerobos cuaca panas, kemacetan tak ada obat, hingga ojek online mogok ditengah jalan demi beli CD-nya secara langsung tak berakhir sia-sia, karena ‘At The Foothills Of Deliration’ memang sebajingan itu!!!. Kalau didengarkan secara sekilas memang FACELESS BURIAL masih belum jauh-jauh dari band-band OSDM revival kekinian model BLOOD INCANTATION dan TOMB MOLD, namun secara komposisi trio ini punya racikan yang lebih teknikal dari kedua band tersebut, dan entah kenapa materi dalam album penuh ketiga mereka punya nuansa yang bikin teringat pada SUFFOCATION dan GORGUTS era Roadrunner Records, selain itu pola permainan gitar dari Fuj juga kadang mengingatkan saya pada late era DEATH dan ANATA album ‘Dreams of Death and Dismay’. Secara materi ‘At The Foothills Of Deliration’ jelas menolak hanya jadi ‘Speciation 2.0’ belaka, penulisan lagu mereka lebih on point disini, meskipun aransemennya masih cukup kompleks dengan struktur lagu menjuntai (tapi agak less brutal dari LP sebelumnya), mereka banyak menyelipkan part yang bikin kepala bergoyang seperti pada riff pembuka “A Mire of Penitence” dan bagian pertengahan lalu akhir “From the Bastion to the Pit”. Walaupun sudah jauh lebih fokus dan memorable dibandingkan album sebelumnya, FACELESS BURIAL masih punya tendensi menulis lagu yang kadang terdengar seperti beberapa trek yang digabungin jadi satu tanpa benang merah yang jelas ditambah lagi vokal lumayan monton, padahal kalau mengengok Demo 2015 mereka, Alex sebenarnya punya range harsh vokal yang oke.

kedua hal tersebut tentunya bisa membuat pendengar rada kebingungan sendiri, paling parah sih di track ketiga “Dehiscent”, yang seperti tak jelas arahnya mau kemana, namun temuan-temuan negatif minor tersebut saya rasa tak masalah, karena bukan FACELESS BURIAL saja yang punya masalah tersebut, dan diluaran banyak yang lebih parah dan fatal, apalagi ‘At The Foothills Of Deliration’ punya closer cukup gila, “Redivivus Through Vaticination”, yang pantas apabila saya sebut sebagai nomor terbaik full-length teranyar FACELESS BURIAL ini, Kalo dari segi produksi gak perlu ditanya dah, tinggal langsung didengarkan dan dirasakan sendiri betapa nampolnya hasil mixing dan mastering bos Word Famous Studio ini, dan yang paling penting meskipun materi FACELESS BURIAL terbaru ini lumayan ngejelimet, kepiawaian beliau membuat ‘At The Foothills Of Deliration’ terdengar sangat manusiawi dan natural, tak soulless kayak mayoritas album-album tech death zaman now. Seperti biasa penyesalan datengnya belakangan, melewatkan jadi saksi penampilan FACELESS BURIAL secara langsung didepan mata gara-gara males memanglah suatu kegoblogan yang hakiki, tapi ya mau gimana lagi?, kacang ijo udah terlanjur jadi bubur, akhirnya pelipur laranya hanyalah dua buah CD ‘Speciation’ dan ‘At The Foothills Of Deliration’, hasil tangkapan di depan merch table. (Peanhead)

9.1 out of 10