END ‘The Sin of Human Frailty’ ALBUM REVIEW
CLosed Casket Activities. October 27th ,2023
Metalcore/Grindcore/Blackened Hardcore
Walaupun sebagai sebuah supergroup para personilnya sudah pasti disibukkan dengan band utamanya masing-masih, unit metallic hardcore asal New Jersey, Amerika Serikat, END, justru semenjak terbentuk tahun 2017 terbilang sangat produktif, padahal vokalis Brendan Murphy sangat aktif bersama band hardcore idola para anak muda, COUNTERPARTS, ditambah lagi gitaris Will Putney, meski hanya terlibat proses penggodokan materi/rekaman bersama FIT FOR AN AUTOPSY dan enggak ikut touring, dikenal sebagai salah satu modern metal/hardcore paling dicari-cari jasanya, dari NORTHLANE, THY ART IS MURDER, KNOCKED LOOSE, hingga VEIN.FM teranyar beliau semua yang ngerjain produksinya, dan drummer Matt Guglielmo, yang baru ditarik 2022 lalu, juga akhirnya ditarik THE ACACIA STRAIN tahun lalu. Sejauh ini, selain mempunyai portofolio manggung yang ekstensif, END juga telah mengasilkan beberapa rilisan impresif, mulai dari EP ‘From the Unforgiving Arms of God’, debut album berengsek ‘Splinters from an Ever-Changing Face’, split album bareng CULT LEADER, dan live album ‘Bastard Reflection’, yang sayangnya hanya dicetak terbatas dalam format piring terbang, tanpa ada digital sekali pun, di penghujung tahun kemarin, lepas beberapa bulan pasca manggung di Jakarta, END lantas melontarkan album penuh kedua mereka, ‘The Sin of Human Frailty’ dengan hype yang sudah gak ketulungan.
Ogut sendiri sengaja menunda dengerin ‘The Sin of Human Frailty’, biar hype udah mereda dan gak terlalu menaruh ekspektasi lebih, karena ya ‘Splinters from an Ever-Changing Face’ dulu emang bener-bener sinting dari segi intensitas, jadi hanya sempet salah satu promo sekilas salah satu single via Instagram saat itu. Namun, keraguan saya terhadap LP kedua END berhasil dipatahkan, karena walau kalah groovy dan hooky dari full-length debut, ‘The Sin of Human Frailty’ justru makin abrasif sekaligus intens, seperti pengen membuat pedansa two-step di moshpit kebingungan, karena END disini terdengar seperti anak haram antara chaotic hardcore macam CONVERGE dengan grinding-chaos ala NAILS + FULL OF HELL. Dibuka lewat trisula ganas “A Predator Yourself”, “Gaping Wounds of Earth”, dan title track “The Sin of Human Frailty”, ketiganya secara gambling langsung memuaskan dahaga saya pada komposisi penuh kekacauan tanpa kompromi, yang terakhir kali saya peroleh via ‘Abandon All Life’, tetapi tak hanya copy paste cetak biru dari album tersebut dan ‘Axe To Fall’ , karena END turut pula memboyong breakdown bikin leher keselo dan tone gitar tanpa HM-2 yang bikin rasanya beda, lalu setelah dibantai oleh tiga trek pembuka, grup ini kemudian menghadirkan sebuah nomor industrial metal yang cukup catchy, dan rada ngingetin pada FEAR FACTORY hingga GODFLESH dan PITCHSHIFTER.’
“Embodiment of Grief” yang merupakan trek kelima makin terdengar nyerempet mathcore, begitu pula dengan “Twice Devoured Kill”, yang turut mengundang J.R. Hayes aka pentolan PIG DESTROYER, selanjutnya ada “Worthless Is The Lamb”, yang kembali lagi grinding dengan atmosfir gelap yang jadi kayak ANAAL NATHRAKH versi metalcore. Dengan “Hollow Urn”, END kembali lagi menyelam dalam kubangan industrial metal yang berhasil setting the tone buat tiga agresi terakhir, dilanjutkan “Infest” yang dilengkapi breakdown lumayan bangke, di pertengahan dan akhir lagu, sebelum dilanjutkan dengna penutup super gelap dan epik “Leper”, meski hanya dalam durasi 5 menit saja END mampu menyajikan aransemen yang mampu bercerita, apalagi ditambah vokal dan lirik super depresif dari Brendan Murphy. Meski racikan komposisi jauh dari kata original, alias banyak nyomot dari band-band yang udah tenar sebelumnya, ‘The Sin of Human Frailty’ tetap menjadi salah satu rilisan metalcore/hardcore tahun 2023 kemarin, dari awal sampe akhir END mampu menghadirkan materi berintensitas tinggi, dengan rekaman yang terdengar lebih menyesakan, performa vokal penuh emosi, dan yang paling penting tiap-tiap lagunya gak membaur antara satu sama lain, alias masing-masing trek sangat distingtif, gak bakalan numpak lewat sejenak terus terlupakan, jadi buat yang nyari metalcore dengan sound super suram dan brutal gak perlu jauh-jauh lagi mencari, karena ‘The Sin of Human Frailty’ lah salah satu jawabannya, kekurangannya cuma sedikt, paling durasinya aja bisa dikit lagi aja dipanjangin, dan kadang tone gitarnya kurang dapet. (Peanhead)
9.7 out of 10