EARTH ROT ‘Black Tides of Obscurity’ ALBUM REVIEW
Season of Mist. March 6th, 2020
Death Metal/Black Metal
Setelah sempat bergerilya dijalur DIY selama kurang lebih tujuh tahun di scene bawah tanah Australia, unit death metal EARTH ROT pada pertengahan 2019 akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan sayap mereka setelah menandatangani kontrak aliansi bersama label spesialis extreme metal dan progressive metal Season of Mist. Mini-album (EP) ‘Dirt’ (2014) dan debut album ‘Follow the Black Smoke’ (2014) sebenarnya gak ada yang spesial alias terlalu biasa-biasa aja, mesikpun ramuan OSDM yang mereka tampilkan sudah sesekali disusupi grindcore, doom metal, dan black metal, namun komposisi materi era awal mereka tersebut masih terlalu bland dan juga disokong kualitas produksi ala kadarnya. Pada album sophomore ‘Renascentia’ (2017), EARTH ROT barulah kelihatan karakternya, tak hanya mengandalkan riff metal kematian cap Gothenburg, karena cukup banyak memasukan hawa-hawa dingin nan gelap Skandinavian black metal, yang paling enggak membuat ‘Renascentia’ menarik untuk disimak, ditengah maraknya pengekor kebangkitan death metal sekolah lama yang hanya modal daur ulang.
Bagi yang telah hatam hingga paham diluar kepala ‘Renascentia’ sebenarnya LP ketiga EARTH ROT ini gak mindblowing amat, karena ‘Black Tides of Obscurity’ lebih tepatnya dibalang sebuah penyempurnaan sound saja daripada evolusi, bahkan agak disayangkan karena tak ada kejutan sama sekali seperti sax solo (‘The Bones That Lay Beneath the Earth’) atau petikan gitar akustik khas flamenco (‘Funeral Pyre’) seperti dalam rilisan sebelumnya, ‘Black Tides of Obscurity’ mengutamakan atmosfir suram dan penuh kehampaan, bagian pertengahan hingga akhir single pertama “Dread Rebirth” malah terdengar mirip pentolan depressive suicidal black metal SHINING, lengkap dengan vokal mabok dan guitar solo bluesy meronta-ronta. Penggodokan campuran death metal dan black metal EARTH ROT juga semakin mulus, “New Horns” contohnya sangat luwes memadukan komat-kamit kesetanan kayak Niklas Kvarforth dengan blackened riff model BEHEMOTH, dan kocokan ritem ala Swedish death metal, lagu-lagu berikutnya “Towards a Godless Shrine”, “Unparalleled Gateways to Higher Obliteration”, dan “Ancenstral Vengeance” masih mengikuti pakem yang sama dari dua lagu awal, muter-muter disekitaran zona black metal/death metal, agak disayangkan aja EARTH ROT terlalu main aman kali ini, padahal bos Season of Mist gak pernah komplen kalau ada band dilabelnya yang nyoba menghadirkan sesuatu tidak pada umumnya.
Satu-satunya momen surpise dalam album ini ada pada track “The Cape of Storms” yang tiba-tiba nyelonong jadi stoner metal groovy tanpa ada aba-aba dan jangan lupa nomor penutup album delta blues “Out in the Cold”. Meskipun sekarang semakin banyak menojolkan riffing black metal, namun pengaruh dari DISMEMBER, GRAVE, INTERMENT, dan the almighty ENTOMBED tetap masih terpatri dalam kode genetik EARTH ROT, dan overall ‘Black Tides of Obscurity’ masih lebih cocok dan tepat apabila disandingkan dalam playlist Spotify bareng band macam CREEPING DEATH, NAILS, BLACK BREATH, dan GATECREEPER alias belum masuk kategori trve kvlt. ‘Black Tides of Obscurity’ memang masih belum bisa mengantongi titel modern classics layaknya ‘Anareta’ (HORRENDOUS) dan ‘Starspawn’ (BLOOD INCANTATION), tapi dengan perpaduan apik lintas death metal/black metal lalu didukung dengan produksi lebih nampol kalau dibandingkan dengan ‘Renascentia’, membuat album ini sangatlah sayang kalau dilewatkan begitu saja, apalagi EARTH ROT setidaknya berani dan mau mencoba sedikit keluar dari formulasi Death Metal HM2-core pasaran, ditambah lagi nuansa dan atmosfir mencekam-nya pun dapet, oke lah buat headbang sambil bergulat dengan krisis eksistensi. (Peanhead).
8.3 out of 10